Sudah lama aku tidak pulang dan makan di meja makan di rumah ibu. Aku baru tiba tadi pagi setelah menyelesaikan syuting untuk proyek yang kugarap sendiri. Sebuah proyek ambisius yang kuidamkan sejak lama menjadi storyboard designer, sutradara dan pemeran untuk MV lagu yang kuciptakan. Sangat tidak mudah dan membutuhkan energi, waktu dan konsentrasi ekstra walaupun hanya untuk sebuah MV.
Ibu sedang menata meja dengan berbagai menu makan siang. Menu simpel kesukaanku, nasi liwet, ayam serundeng, tahu, tempe, tumis kangkung, kerupuk dan sambal. Sambal buatan ibu sangat enak, pedas gurih dengan sedikit hint daun jeruk.
Rumah ini tidak besar tapi cukup untuk ditempati ibu dan Fara, adikku. Fara saat ini kuliah tingkat 2 di sebuah universitas di Jatinangor, tidak terlalu jauh dari rumah. Adikku yang satu lagi Farida sudah menikah dan tinggal dengan suaminya di kota lain.
Fara menuruni tangga menghampiriku dengan tergesa.
"Bang, Abang udah lihat yang lagi viral hari ini?"
"Apaan?" aku yang sedang menikmati makan siang tidak terlalu mempedulikan dan tetap melanjutkan menyantap hidangan.
"Ini siapa bang? punya pacar kok gak dikenalin sama kita" dia memperlihatkan layar ponsel nya sekilas, lalu memberikannya kepada ibu.
"Lihat ini Bu. Abang diem-diem udah punya pacar."
"Mmmh cantik, betul ini pacar kamu Faaz?"
"Paling lawan mainku, Bu."
"Kayanya bukan artis bang, tapi mukanya familiar banget."
"Mana coba ibu lihat lagi?" Ibu kembali memperhatikan foto di layar ponsel.
"Cute banget sih, lari lari sambil pegangan tangan di mall , happy banget keliatannya." Fara terus menggodaku
Aku terdiam, itu momen terakhirku dengan Neira. Kenapa bisa sampai ada di media?
"Coba saya lihat, Bu."
Aku mengambil ponsel Fara dari tangan ibu dan ternyata memang itu fotoku dengan Neira, slide selanjutnya berisi video saat kami berlarian di mall dikejar satpam bertubuh besar.
"oh iya, mirip Neira, itu loh Bu temen TK aku yang pindah ke Laos. Cucunya bos ibu dulu kan?"
"Oh ya ya, ibu ingat. Mirip memang. Dulu kalo gak ada keluarga Bu Dirja, kalian gak akan bisa sekolah. Ayah dan ibunya Neira juga baik sekali. Tapi kasian, ibu dengar kabar kalau mereka sudah meninggal karena kecelakaan. Neira apa kabarnya ya?"
"Terakhir aku chat sama Neira di grup TK kayanya tiga tahun lalu. Dia nanyain kabar ibu, abang sama kak farida. Tapi setelah itu menghilang, nomornya tidak aktif lagi. Eh, Abang juga kayanya pernah ketemu deh, waktu nemenin aku di acara ulang tahun Neira. Kalau nggak salah kita masih tinggal di Jakarta."
Sekelebat muncul memori diotakku yang menampilkan slide-slide masa kecil. Dan ternyata benar yang dikatakan Fara, aku pernah bertemu Neira kecil. Pantas aku merasa pernah berada dirumah Neira sebelumnya. Saat itu Neira memakai gaun ulang tahunnya yang berwarna biru langit. Aku membantu Neira yang sedang menangis karena terjatuh saat berlari dan mencoba menghiburnya.
"Jangan sedih, kelak seorang pangeran akan datang setiap kamu berada dalam kesulitan" kataku sambil menghapus air matanya dengan sapu tangan. Gadis kecil itu berhenti menangis dan tersenyum kepadaku.
"Memang disini ada pangeran?" katanya polos.
"Ini, pangeran kodok." Aku menunjuk diriku sendiri dan berakting menyerupai seekor kodok.
Gadis itu menertawakan tingkahku. Tawa yang lepas dan renyah, tawa yang membuatku tertular saat mendengarnya, tawa yang membuat aku rindu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Harus Ku Miliki
RomanceApa jadinya jika perempuan muda yang sebatang kara dipertemukan dengan seorang idol yang sedang hiatus karena memiliki masalah kesehatan mental. Saling mengisi kekosongan dihidup mereka dan menjadikan dunia mereka lebih berwarna dan bermakna. Namun...