Part 28

4 1 0
                                    


Keesokan harinya aku bangun saat matahari sudah terbit. Semalam Faaz pun akhirnya pulang setelah memastikan aku terlelap.

Rasanya malas untuk bangkit dari tempat tidur. Kuambil buku untuk melanjutkan bacaan kemarin dan tenggelam dengan alur ceritanya yang magis, alurnya dan bahasa penyampaiannya menarik membuatku tak berhenti membacanya.

Tak terasa hari sudah siang, aku menyadari saat melihat jam di layar untuk mengecek pesan masuk, tentu saja pesan dari Faaz karena tidak ada lagi yang menghubungi aku selain dia, atau sesekali kak mala.

"Nei, lagi apa?"

Aku mengambil foto buku dengan halaman yang sedang kubaca dan mengirimkannya. "Bukunya bagus. Nggak bisa berhenti baca."

Telepon berdering, komunikasi kami berubah menjadi panggilan video.

"Bagus kalau kamu suka. Nanti kalau sudah selesai kita bedah bukunya. Oh ya, aku sudah mendapat nomor telepon pemilik unit 1812"

"dapat darimana?"

"iklan di internet. Aku juga udah telepon dan cerita kejadiannya, akhirnya dia kasih data penyewa seminggu kebelakang."

Faaz meneruskan pesan dari pemilik unit 1812 berisi data-data penyewa, mulai dari telepon, foto kartu identitas, juga data tanggal check in dan check out.

"Nanti sore aku mau datangin langsung ke alamatnya. Kalo ditelepon ada kemungkinan diblok terus pelakunya kabur. Kebetulan gak jauh dari lokasi syuting."

"Aku perlu ikut?"

"Nggak usah. Setelah dari sana aku ke apartemen. Sudah dulu ya aku mau take lagi"

"Oke, take care."

Setelah bersih-bersih dan mengisi perut aku melanjutkan membaca buku lagi. Kembali menyelami dunia sastra yang dituturkan dengan bahasa yang indah.

Hari sudah mulai gelap, sudah kulahap buku ini lebih dari setengahnya. Dari ruang tamu terdengar suara pintu terbuka, aku segera mengecek ke depan, ternyata Faaz.

"Hai, tumben nggak ada suaranya. Diluar panas ya, aku buatkan minum dulu, kaya biasa kan?"

Tidak ada jawaban atau suara apapun. Hanya helaan nafas yang berat, seperti amarah yang tertahan dan menunggu untuk meluap ke permukaan.

"Faaz, ada apa?" Aku menghampiri dan duduk disebelahnya. Hembusan nafas itu terdengar lagi.

"Nei, kamu lihat ini." Faaz memperlihatkan video yang berisi seorang perempuan berusia 20an dan laki-laki yang tampak lebih tua dari perempuan itu.

"Kamu kenal mereka?"

"Mmm, nggak."

"Mereka adalah orang yang membuat teror akhir-akhir ini." Faaz menekan tombol play video itu.

Perempuan berambut panjang dicat coklat cerah hampir pirang memakai bando kuning polkadot yang pertama berbicara.

"Puput fans berat Bang Faaz, dari pertama abang muncul ampe sekarang, udah 7 tahun. Puput gak suka lihat si Neira deket-deket abang. Soalnya Puput tau akal bulus itu cewek. Dia tuh Cuma mau manfaatin abang, sok alim padahal hatinya busuk."

"Kamu ada bukti?" terdengar suar faaz dari belakang camera.

"Cowok Puput punya buktinya Bang. Keluarin buktinya beb!" Pintanya kepada lelaki disebelahnya. Lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

"Jadi Puput sama Zaki lagi nonton infotainment. Pas ada abang sama si Neira, trus Zaki bilang dia kenal cewek itu. Puput penasaran terus paksa Zaki biar bongkar infonya, kalau nggak Puput minta putus."

"Iya bang, sebetulnya saya gak mau melanggar kode etik. Tapi saya nggak bisa nolak kemauan pacar saya, ini buktinya saya kasih Abang." Tambah Zaki menyerahkan sebundel berkas kepada Faaz

"Dia cewek nggak bener bang. Masa dia sampe sewa detektif buat kepoin Abang. Niat banget deketin kayanya. Ini baru yang kita pegang buktinya, apalagi yang belom ketauan, untung nggak sampe ke media. Katanya ortunya udah meninggal ya? Bisa jadi bikinan dia supaya dapet hartanya. Jago banget actingnya, jangan-jangan hidupnya rekayasa semua." 

"Hus, udah" Zaki menyuruh Puput menghentikan ocehannya.

Aku terdiam, terkejut dengan isi video itu, kata-kata tentang ayah dan bunda terdengar sangat menyakitkan. Tidak pernah terbesit sedikit pun dalam pikiranku.

Faaz menghentikan video itu. "Benar apa yang mereka bilang?" Sambil menyerahkan sebundel kertas berisi chat, foto, dan bukti transfer. Semua tampak familiar untukku.

"Betul, aku pernah menyewa jasa penyelidik dari sebuah website, tapi aku bisa jelaskan Faaz."



Harus Ku MilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang