Part 22

7 1 0
                                        


Ternyata video itu menampilkan cuplikan saat Faaz memukul Yoga di cafe. Seorang turis merekam kejadian itu dan mengunggahnya di media sosial dan diposting ulang oleh beberapa akun hingga akhirnya viral.

"Mal, telepon Bang Oki bilang gua mau ngadepin wartawan siang ini." Kak Mala keluar kamar dan menelepon bang Oki, manager Faaz.

Aku hanya bisa menatap Faaz, tentu dia kalut menghadapi semua masalah yang bertubi-tubi. Aku khawatir semua ini memicu penyakitnya kambuh lagi.

"Tenang Nei, ini masih bisa aku handle." Sempat-sempatnya dia masih memperhatikanku disaat seperti ini dan aku yakin dia memang bisa menangani hal ini.

"Kamu sudah makan? Aku siapin ya?"

"Nggak perlu, aku sudah ngopi."

"Ada yang harus dipersiapkan? Tadi kamu bilang mau wawancara."

"Biar Mala yang siapkan. Kamu istirahat disini. Nanti aku turun buat ketemu wartawan sebentar, di halaman depan saja supaya santai dan nggak banyak yang harus disiapkan."

"Semoga semuanya lancar."

Faaz tersenyum, senyumnya selalu memberi kehangatan dihatiku. 

"Kamu beneran nggak apa-apa? Seandainya aku ga pulang dan masih menemani kamu disana, orang itu pasti gak akan ..."

"Ssst, jangan berandai. Ambil positifnya, aku masih dalam keadaan baik-baik saja nggak kurang suatu apapun dan bisa bersama kamu lagi." 

"Semua akan baik-baik saja. Sekarang aku turun dulu, mau meeting lanjut nemuin wartawan. Setelah semua beres aku balik lagi kesini. Kalo kamu perlu apa-apa bisa hubungi Mala atau bi Yati."

Aku mengangguk dan Faaz berlalu meninggalkanku sendiri.

Tepat jam satu siang, aku menonton live wawancara Faaz di akun sebuah media online.

"Faaz, bisa dijelaskan tentang video yang sedang viral, video Faaz yang sedang memukul seseorang?" Seorang wartawan memulai pertanyaannya.

"Bisa lihat dulu video yang mana?" 

Wartawan yang bertanya meminjamkan handphonenya untuk dilihat Faaz.

"Oh, yang itu. benar itu saya. Waktu itu saya berencana makan siang disana, tapi salah satu pengunjung melakukan pelecehan secara tindakan dan verbal sama teman saya. Saya nggak terima dong, ya terjadilah hal yang seperti teman-teman lihat disitu."

"Teman cewek atau cowok, Bang?" Wartawan lainnya bertanya.

"Temen saya cewek, ini yang pake hijab"

"Temen apa pacar?"

"Teman, teman hidup. Maksudnya, orangnya masih hidup, haha." Faaz mengelak untuk menghindari kemungkinan perkataannya dijadikan bahan gosip.

"Itu kejadiannya dimana? Seperti bukan di Indonesia."

"Itu di Laos. Ada yang pernah kesana? disana itu unik loh, kaya Indonesia tahun 80-90an. Gak macet, gak banyak gedung pencakar langit. Yang mau nostalgia ke masa itu bisa dicobain kesana. Mata uangnya juga lebih murah dari rupiah, jadi berasa banyak duit kalau disana."

"Dalam rangka apa kesana?" 

"Healing aja sih, sambil jalan-jalan cari suasana baru sebelum tour dimulai"

"Tournya ke mana saja?"

"Jakarta, Bandung, Yogya, Malang, lanjut terakhir ke Denpasar. Nonton ya."

"Oke temen-temen wartawan semua, mohon maaf sekian dulu sesi tanya jawabnya karena kami harus mempersiapkan tour yang tinggal beberapa hari lagi. Terima kasih buat semuanya." Bang Oki menutup wawancara dan membawa Faaz masuk ke dalam rumah.

"Gimana respon audiens?" Faaz bertanya kepada Bang Oki

"Dari komennya positif, mereka pikir itu heroik, sejauh ini oke. Mereka malah seneng label badboy lu muncul lagi. Cuma kata 'teman hidup' bisa diartikan lain sama netizen."

"Ya bebaslah mereka mau berasumsi gimana, hak mereka."

"Jadi sebenarnya Neira ini siapa kamu?" tanya Bang Oki.

"Ya seperti yang udah gua bilang, Bang. Udah lah, Gua keatas dulu."

Harus Ku MilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang