Aku bangkit dan berlari sekencang aku bisa meninggalkan Andrea di puncak bukit dengan tangan masih mencekik plastik teh itu.
Tak kupedulikan debu-debu yang berterbangan dari tanah merah yang kuinjak. Aku berlari seperti kuda pacu yang hanya tertuju pada garis finish.
"Sam, dimana orang yang tadi kasih teh ini?" Aku bertanya kepada Samuel, orang pertama yang kujumpai disepanjang jalan itu.
"Mereka su pulang, pakai oto."
"Ke arah mana? Saya pinjam motor." Sam memberikan motornya tanpa banyak bertanya sambil menunjuk arah kiri jalan.
Aku memacu motor Sam secepat mungkin. Jalan lengang namun sempit berkelak kelok. Terkadang kita tidak tahu apakah ada kendaraan lain dari arah berlawanan d1balik kelokan bukitnya.
Aku yakin teh ini buatan Neira. Mungkin dia enggan bertemu denganku karena permintaanku saat terakhir kami bertemu. Jadi dia hanya melihatku dari jauh dan memberikan tehnya kepada kru.
Tanpa kusadari plastik teh itu masih kupegang sedari tadi. Sesekali aku mengisapnya lagi sambil membayangkan sebentar lagi aku akan bertemu perempuan yang sudah enam purnama aku cari. Terbayang juga sosok perempuan dengan wajah berseri, matanya yang berbinar dan pipi merona walau tidak sedang kepanasan. Membayangkannya saja hatiku menjadi hangat sekali.
Nampak sebuah kendaraan di seberang bukit, kurasa itu yang dimaksud Sam dengan oto. Mobil penumpang menyerupai truk yang dimodifikasi layaknya seperti bus dan cara menaikinya pun harus memanjat melewati lubang jendela, karena oto tidak memiliki pintu untuk penumpang.
Kubunyikan klakson berkali-kali, namun oto tetap melaju. Kendaraan itu sarat dengan penumpang dan barang muatan, beberapa penumpang tampak tertidur, sisanya menoleh kearahku dan para gadis mulai meneriakan namaku sambil melambaikan tangannya.
Mataku belum menemukan sosok Neira, kurasa aku harus menghentikan oto ini untuk memastikannya dan mulai menyalip dari sebelah kanan jalan.
Ketika motor yang kukendarai sudah sejajar dengan pengemudi, tiba-tiba sopir berteriak "Turuun! Turuun!" perintah itu serta merta dituruti oleh semua penumpang dibelakangnya tanpa terkecuali. Mereka saling membantu untuk melompat turun melalui celah lubang bagian belakang.
Ternyata oto tidak kuat naik bukit karena tanjakannya sangat tinggi dan kelebihan beban. Karena itulah supir meminta penumpang untuk turun. Sepertinya hal itu sudah biasa karena penumpang mengikuti perintah supir tanpa ba-bi-bu.
Aku memutar berbalik arah dan menghampiri penumpang yang sedang berjalan kaki di jalan yang menanjak.
Kulihat satu-satu, tidak ada Neira. Kuputuskan untuk menghampiri tiga penumpang gadis muda yang berjalan beriringan dengan harapan mereka mengenal Neira. Dari penampakannya mereka bukan penduduk asli, sepertinya pendatang.
"Halo dek." Sapaku hangat
"Aaaa bang Faaz." Salah satu dari mereka terkejut saat mengetahui aku berada disampingnya karena sedari tadi mereka terlalu fokus dengan jalan yang mereka lalui. Ketiga gadis itu menghentikan langkahnya.
"Adek yang tadi kasih teh manis untuk kami?" Tanyaku pada mereka
"Betul bang, teh itu dari kami. Tapi tak sempat ketemu bang Faaz. Minta foto ya bang?" Jawab perempuan yang memakai topi berwarna coklat muda.
"Boleh, kalau boleh tahu adek kenal Neira, Neira Pradnya Dibrata?"
Mereka saling berpandangan lalu serempak menjawab "Kenal."
"Saya Vero, teman sekamarnya." Ujar gadis berbaju biru sambil membetulkan posisi ransel besarnya.
"Bisa tolong tunjukan dimana Neira?"
"Sekarang Neira sedang di SD Mahambala. Dari sini ikuti jalan, sebelum gereja Tanarara belok kanan. Kami menjadi sukarelawan disana."
"Oke, makasih ya."
"Bang, foto dulu!"
Kami berswafoto terlebih dulu sebelum akhirnya kembali menancapkan gas menuju lokasi yang sudah ditunjukan. Sepanjang jalan aku mengulang nama SD itu, berjaga jaga jangan sampai aku lupa jika harus bertanya lagi untuk menemukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harus Ku Miliki
RomanceApa jadinya jika perempuan muda yang sebatang kara dipertemukan dengan seorang idol yang sedang hiatus karena memiliki masalah kesehatan mental. Saling mengisi kekosongan dihidup mereka dan menjadikan dunia mereka lebih berwarna dan bermakna. Namun...