Part 33

9 0 0
                                    

Selanjutnya kami berjalan kaki sepuluh menit menuju Pantai Mandorak yang letaknya tidak jauh dari Waikuri, masih cukup waktu untuk mendapatkan lanskap matahari terbenam.

Pantainya masih alami berpasir putih halus dengan batu karang besar dikedua sisinya menyerupai gerbang portal menuju dimensi lain. Air lautnya yang jernih kebiruan, berombak besar menggelegar, pemandangan ini disempurnakan dengan lembayung senja saat matahari terbenam.

Tidak ada penjual makanan disini, hanya ada penjual kelapa dan anak-anak pantai yang menjual cinderamata yang akan mengikutimu sampai barang dagangannya terjual. Sangat disayangkan beberapa anak lain bahkan meminta-minta uang, sehingga mengurangi kenyamanan turis yang berkunjung.

Disini tidak banyak pengambilan gambar, kami surving mengejar ombak, melompat dari karang dengan tiga kali pengulangan lalu berlarian di pantai . Aku yakin gambar yang akan menjadi highlight pastinya saat Andrea melakukan lompatan backward, dengan posisi badan membelakangi laut lalu meloncat dan salto di udara dengan background matahari yang yang mulai terbenam berwarna jingga.

"Good job Andrea, keren banget." Ujarku sambil bertepuk tangan saat dia berjalan ke pantai menghampiriku dan Marco yang sudah tiba lebih dulu.

"You are seriously gifted at this!" Marco menyambutnya dan memberikan handuk kepada Andrea.

"Yeah, you can count on me untuk hal ini." Andrea menjawabnya dengan tersenyum dan menuju ruang ganti pakaian.

Walau dia mengenakan spring suit tanpa lengan yang tidak terlalu terbuka, tetapi tetap tampak terlihat seksi. Setiap lekuk tubuhnya ideal dan proposional, mungkin ini bentuk tubuh yang diibaratkan gitar spanyol.

Tapi seindah apapun makhluk Tuhan dihadapanku, hati dan pikiranku selalu tertuju pada Neira. Entahlah, sejak aku mengenal Neira, tidak pernah terbesit olehku untuk menjalin hubungan dengan wanita lain.

Syuting hari ini diakhiri dengan duduk mengelilingi api unggun, sedang aku bermain gitar mengiringi Andrea dan Marco bernyanyi bersama saat matahari semakin terbenam. Hari mulai gelap, Sam, tour guide kami memberi tahu kalau sebaiknya kami segera bersiap untuk pulang ke hotel.

"Sam, pernah lihat cewek ini?" Tanyaku sambil memperlihatkan foto Neira kepada Sam. Pertanyaan yang selalu aku tanyakan kepada semua tour guide yang kutemui. Karena kupikir mereka lebih banyak berhubungan dengan turis atau orang dari luar daerah. Jadi lebih besar kemungkinan untuk bertemu atau bahkan kenal dengan Neira.

Saat di Banyuwangi aku bertemu dengan guide yang mengenal Neira dan mendapat info kalau akan meneruskan perjalan ke timur Indonesia.

"Harim ko bang?" Sam balik bertanya dengan bahasa yang asing ditelingaku.

"Harim?"

"Pacar eee."

"Teman."

"Sa balom katumu. Kalo ko mo, sa bisa tanya teman."

"Boleh, boleh, nanti saya kirim fotonya."

"Masih cari cewek itu? Mau sampai kapan? Indonesia luas bro. For real? lu bisa dapatkan cewek manapun yang lu mau. Andrea ada didepan mata lu cuekin, kalo lu gak mau gua yang maju." Marco menyela obrolan antara aku dan Sam.

"Gua rasa Lu belum ketemu spek cewek yang bikin lu mikir 'she's the one'. Selamat berpetualang, Bro." Aku menepuk pundaknya dan meninggalkannya menuju mobil.

Harus Ku MilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang