Hari keempat Faaz di laos, kami berencana untuk stay di Vientiane, setelah dua hari kemarin ke Luang Prabang untuk wisata alam. Kondisi alam disini hampir sama dengan indonesia, ada hutan, sungai, air terjun, hanya saja disini banyak gajah, makanya disebut juga negara 1000 gajah. Gajah sangat dihormati dan dianggap sakral juga menjadi simbol kekuatan negara ini.
Aku menjemput Faaz di hotelnya, kutunggu dia di Lobby. Seseorang menghampiriku, ternyata Yoga. "Nei, sedang apa disini?"
"Nunggu temen, kak. Sebentar lagi turun."
"Aku telepon kamu berkali-kali kenapa tidak dijawab?"
"Sinyalnya jelek, kemarin aku ke luang prabang. Ada apa kak?"
"Mau ngajak jalan, kupikir kamu sendirian selama libur pi mai."
Kulihat Faaz menghampiri, aku mengalihkan pembicaraan dan mengenalkan Faaz kepada Yoga.
Yoga menjawab jabatan tangan Faaz "Oh ini temen Neira. Lo penyanyi itu ya?" Faaz hanya menjawabnya dengan tersenyum.
"Kami jalan dulu kak." Pamitku pada Yoga.
Dijalan sedang diadakan festival air, perayaan tahunan setiap 14 sampai 16 April. Karena bulan april menjadi bulan dengan suhu paling tinggi di Laos, seluruh kegiatannya tidak terlepas dari air. Mereka menggunakannya untuk membersihkan rumah, patung, menyiram teman, keluarga dan orang yang kita temui, seperti halnya festival songkran di Thailand.
Baru saja kami keluar hotel, beberapa orang menembaki kami dengan pistol air. Secara refleks Faaz melindungiku dengan punggungnya, tangannya melingkar melindungi kepalaku.
Aku selalu menyukai momen saat kami dekat seperti ini, merasa diperhatikan dan dilindungi. Walau aku tidak benar-benar peduli apakah Faaz merasakan hal yang sama denganku. Bersamanya seperti ini sudah cukup bagiku.
Setelah cukup lama karena orang-orang yang mengikuti pawai ini sangat banyak, akhirnya Faaz melepas rangkulannya. Faaz basah kuyup, sedang aku hanya basah dibeberapa bagian saja.
"Kita balik lagi ke hotel buat ganti baju." Ajaknya sambil menarik tangan kananku.
Saat melewati gerbang hotel, kulihat Yoga memperhatikan kami dari dalam mobilnya. Dia memang cukup lama berusaha mendekatiku setahun ini. Tapi aku menganggap dia seperti kakakku, tidak lebih.
Aku mengikuti Faaz ke dalam kamarnya. Agak berantakan, kurapikan sedikit saat dia berganti pakaian di toilet.
"Mau ganti baju? Pakai punyaku aja masih ada yang bersih di koper." Teriaknya dari dalam toilet.
Aku membuka kopernya, kulihat beberapa bajunya masih terlipat dengan rapi. Aku mengambil kaos paling atas berwarna putih dan sebuah celana pendek dengan pinggang yang bisa diserut.
"Ada?" Faaz keluar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Tampak sexy apalagi sekarang dengan badannya yang berotot itu membuatku menganga melihatnya. Mungkin jika tidak cepat tersadar air liurku akan menetes.
"Yang ini boleh?" kataku sambil memperlihatkan satu stel bajunya. Faaz mengangguk.
Aku masuk ke dalam toilet dan mengganti bajuku yang basah dan melipatnya dengan handuk agar airnya terserap lalu mengantungnya dengan hanger supaya cepat kering.
"Celananya kebesaran. Pakainya gini aja ya" Aku keluar toilet sambil menarik bagian pinggang celana hingga ke dada.
"Haha, bagus, sini aku gambarin kumis biar mirip jojon."
"Jojon, siapa?"
Faaz menunjukan pencarian foto sosok yang disebutnya Jojon. Aku mengambil hapenya lalu dengan sigap mengambil bantal dan mengejarnya.
"Haha, ampun." Faaz terjatuh di kasur dan kuhujani dengan pukulan bantal. Dia menarik dan memelukku untuk menghentikan aksiku. Sekarang kami berdua berada diatas kasur, badanku menindih badan Faaz dan hanya terhalang bantal.
"Boleh peluk kan? Hari ini terakhir aku disini." Aku merasa kikuk dan hanya terdiam. Kami berpandangan dengan jarak yang dekat sekali. Tatapan Faaz kali ini berbeda, tidak seteduh biasanya. Sangat tajam, nafasnya memberat.
Dia merubah posisi kepalanya semakin mendekatiku, mulai memejamkan matanya. Aku menelan ludah. Ini tidak benar, ciuman diatas ranjang adalah bahasa nafsu. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, aku tidak berani membayangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harus Ku Miliki
RomanceApa jadinya jika perempuan muda yang sebatang kara dipertemukan dengan seorang idol yang sedang hiatus karena memiliki masalah kesehatan mental. Saling mengisi kekosongan dihidup mereka dan menjadikan dunia mereka lebih berwarna dan bermakna. Namun...