"Tadi aku sudah hubungi manager apartemen untuk melihat rekaman CCTV, memang ada orang yang meletakkan paket itu di depan pintu tapi wajahnya nggak jelas. Dia pake jaket hoodie, topi dan masker."
Lalu dia mengambil boneka dan menelitinya, mengoreknya seperti mencari sesuatu.
"Ini ada kameranya, Nei cari lakban dan box." Seru Faaz sambil menutup satu titik yang dicurigainya sebagai kamera dengan jari jempolnya.
"Niat banget sih lu, gua pasti cari lu sampai ketemu." Faaz berbicara kepada boneka itu melakbanya dan memasukannya ke dalam box lalu membuka ponselnya dan memainkan jarinya dengan lincah diatas layar.
"Got ya!" Faaz girang mendapatkan apa yg dia cari lalu melakukan panggilan telepon. Nada sambung terdengar satu kali dan langsung diangkat oleh seorang pria disebrang sana.
"Pak, saya sudah kirimkan username WIFI yang mencurigakan. Tolong dicek apakah ini jaringan dari apartemen? Segera kabari saya kalau sudah ada info, oke, terima kasih" Faaz menunggu sampai lawan bicaranya menutup sambungan teleponnya.
"Kok bisa tahu?" tanyaku penasaran.
"Kamera tersembunyi biasanya harus terhubung ke jaringan WiFi lokal supaya bisa dilihat dari jarak jauh. Tinggal pindai di aplikasi, nanti keluar nama jaringan yang mencurigakan buat mendeteksinya, barusan aku telepon manager minta bantuan buat lacak usernamenya. Gitu sayang."
"Pinter banget sih sayangnya aku." Ujarku sambil meremas gemas tangannya.
Seperti itu setiap kali kami bertemu, sering kali bercanda, lalu lima menit kemudian saling beradu argumen, lalu berubah sedih dan kadang bertingkah konyol. Seperti wanita dalam periode PMS, emosi tidak menentu, naik turun seperti roller coaster. Selalu ada warna, bagai lampu hias dihari kemerdekaan, awalnya biru, lalu berubah kuning terang, ungu, merah, hijau, dan terus berulang.
"Aku boleh nginep disini? Males pulang. Siapa tahu orang iseng itu muncul lagi" Walaupun apartemen ini miliknya dia selalu berlaku seperti tamu disini.
"Yakin? Ajak kak Mala gimana?" Aku ragu dengan keinginannya.
"Dia lagi ada perlu." Jawab Faaz datar.
"Gimana kalau aku antar kamu pulang? Pasti kamu capek harus nyetir lagi ke rumah."
"Trus yang anter kamu balik lagi siapa? Kayanya kamu nggak mau aku tidur disini. Kenapa? Takut diapa-apain. Kalau kamu mau tidur kunci aja pintu kamarnya." Nada bicaranya sedikit tinggi. Moodnya cepat berubah kalau dia sedang kelelahan.
"Ngapain pakai dikunci segala? Aku percaya kok sama kamu. Aku cuma ngehindarin fitnah. Bukan cuma kamu yang jagain aku, aku juga harus jagain kamu."
Handphone Faaz berdering, panggilan dari manager apartemen. "Halo pak, bagaimana sudah ketemu? Dari unit mana? 1812, Bisa saya dapat info pemiliknya? Oh begitu, oke, terima kasih." Aku ikut menghafal angka yang Faaz sebutkan.
"Gimana? kita ke 1812 sekarang" tanyaku antusias.
"Let's go!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Harus Ku Miliki
RomanceApa jadinya jika perempuan muda yang sebatang kara dipertemukan dengan seorang idol yang sedang hiatus karena memiliki masalah kesehatan mental. Saling mengisi kekosongan dihidup mereka dan menjadikan dunia mereka lebih berwarna dan bermakna. Namun...