Part 6

11 3 0
                                    


"Lu inget kejadian dirumah gua sebelum lu pulang? Waktu itu gua kena panic attack. Gua lagi dalam kondisi mental yang gak baik-baik aja. Psikiater mengidentifikasi kalo gua menderita GAD Generalized Anxiety Disorder dan salah satu efeknya yang gua alami sekarang adalah penurunan usia mental."

Pengakuan mengejutkan yang tidak pernah aku sangkakan, dibalik keceriaannya, perhatian dan santunnya ternyata menyimpan problema hidup yang sangat berat.

"Sampai sekarang gua masih terapi, lebih dari satu tahun. Sekarang udah lebih baik, sebelumnya gua bahkan gak bisa keluar kamar. Ganggu banget, masa gara-gara ada rambut rontok aja bikin gua cemas berlebihan, gua jadi enggak bisa fokus sama kerjaan, sama keluarga juga. Keluarga gua di luar kota dan mereka tetep support dari jauh. Karena gimanapun cuma diri gua sendiri yang bisa nyembuhin ini, ya tentu didampingi ahli." Faaz berhenti sejenak

"Visit terakhir, Dokter nyaranin gua buat lebih banyak berinteraksi dengan dunia luar. Tapi gua belum siap ketemu orang-orang yang kenal gua, makanya gua bersyukur banget ketemu lu di awal recovery ini. Lu pendengar yang baik dan teh buatan lu the best." Tambahnya lagi sambil mengacungkan kedua jempolnya lalu menyeruput teh yang mulai hangat.

Pandanganku belum bisa lepas dari Faaz. Dalam pikiranku masih belum mencerna apa yang dia katakan.

"Gitu Nei, gua cerita gini bukan mau dikasihani, gua pengen lu tau dan tetap memperlakukan gua seperti sebelumnya. Kalau gua diperlakukan beda malah ga bagus buat mental gua. Jadi buruan ngoceh lagi, jangan diem mulu."

Aku menarik napas panjang "gua cuma lagi ngebayangin kalo gua di posisi lu. Gua salut sama lu, pasti sangat tidak mudah ngejalanin semua ini. Lu tuh pejuang, terus berjuang ya bro. Kalo lu perlu temen lu bisa hubungi gua." Jawabku sambil menepuk pundaknya. "Pemicunya apa?" Aku mulai penasaran.

"Entahlah, mungkin gua terlalu perfeksionis. Karena tekanan hidup yang makin lama makin besar, akibatnya gua jadi terlalu fokus sama hal-hal negatif, terutama pengalaman buruk di masa lalu." Faaz merubah posisi duduknya, menaikan kakinya kirinya ke kursi.

"Gua bukan dari keluarga kaya, bapak meninggal saat gua masih kecil. Sejak umur 17 tahun gua jadi tulang punggung keluarga dan gua selalu berusaha jadi yang terbaik."

"You push yourself too hard Faaz."

"Harus Nei. Awalnya keadaan yang memaksa gua, tapi lama-lama gua menikmatinya. Disaat orang-orang mulai memanfaatkan gua, gua nggak bisa nolak, gua makin nge-push diri gua lebih keras lagi."

"Mungkin Tuhan kasih lu breaktime supaya lu bisa fokus sama diri lu sendiri. Gua yakin lu pasti bisa melewati ini semua."

Harus Ku MilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang