BAB 64: KEBUN TANDA CINTA

38.9K 5.8K 628
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
"Ndoro cicipin Ndoro," Sekar mengulurkan sepotong melon ke arah Ndoro Karso. Sang Ndoro menerimanya dengan senang hati.

"Enak Ndoro?"

"Enak," jawab Ndoro Karso.

"Enak mana sama aku?" tanya Sekar dengan tawa riangnya.

"Enak kamu," bisik Ndoro Karso dengan lirih di dekat telinga Sekar.

Sekar semakin keras tertawanya ketika mendengar jawaban sang Ndoro. Sebenarnya dia sudah siap mengamuk jika sampai Ndoro Karso bilang enak melon. Tapi karena jawabannya enak dirinya, ya sudah tidak jadi marah.

"Ndoro, kenapa tidak menanam melon di sini?" Sekar menunjuk halaman belakang sang Ndoro yang belum ada melon di sana. Semisal Ndoro menanam melon di belakang rumah kan dia bisa makan melon tidak harus ke kebun. Bisa langsung petik.

"Melon nggih (ya) di kebun sana. Bukan di sini," jawab Ndoro Karso lagi.

"Itu buah naga ada, padahal di kebun juga ada."

"Beda Nduk, buah naga itu perawatannya lebih mudah ketimbang melon. Kalau melon tidak berbuah nanti kalau tidak di rawat dengan baik." Ndoro Karso menjelaskan dengan detail pada Sekar. Sekar hanya mendengarkan semuanya dengan wajah tidak terlalu pahamnya itu.

"Kata Tejo dulu di sini di tanami bunga, kok sekarang jadi buah Ndoro?" Tiba-tiba Sekar teringat dengan masalah kebun Ndoro yang lumayan misteri itu menurutnya.

"Kamu mau tahu?"

Sekar langsung mengangguk dengan semangat. Dia lumayan penasaran dengan gebrakan sang Ndoro yang mengubah taman bunganya jadi kebun buah.

"Tidak usah, nanti kamu cemburu malahan," ucap Ndoro Karso lalu menyuapkan sepotong melon untuk dirinya sendiri.

Sekar yang mendengar itu langsung ingin protes. Namun, sepertinya sang Ndoro tidak memberi celah. Ndoro Karso langsung menyuapkan sepotong melon untuk Sekar. Mau tidak mau, Sekar pun mengunyahnya.

"Kasih tahu Ndoro," rengek Sekar setelah menelan melonnya. 

"Tidak usah Nduk, nanti cemburu kamu," jawab Ndoro Karso lagi.

Sekar langsung menarik kerah baju Ndoro Karso agar suaminya itu menoleh padanya.

"Kenapa aku harus cemburu?"

"Soalnya kalau menceritakan asal-usul  kebun ini, bawa-bawa nama perempuan."

"Maksudnya Ndoro tanam bunga buat mantan istrinya Ndoro, karena dia suka bunga. Terus sudah cerai Ndoro ganti tanam buah soalnya perempuan itu suka buah. Maksudnya begitu Ndoro, iya begitu?" ucap Sekar dengan tidak sabarannya.

"Bisa di lkatakan begitu?" jawab Ndoro Karso dengan santainya. Entah tidak melihat sinyal bahaya atau sang Ndoro yang sengaja mencari bahaya. Mungkin hidup Ndoro Karso sudah terlalu nyaman makanya senang memancing perkara.

"Apa maksud Ndoro ini. Terus sekarang perempuannya mana. Mana orangnya, bawa sini. Aku mau lihat cantik dia atau cantik aku," ucap Sekar dengan kesalnya.

"Dia sudah jadi istri orang," jawab Ndoro Karso masih dengan santai. Seolah apa yang dia katakan bukan sesuatu yang menyedihkan sama sekali.

"Kapokkk, sukurin. Sana cabutin pohon buahnya, kan perempuannya sudah jadi istri orang," ucap Sekar dengan ketus. Dia bahkan melengoskan wajahnya tidak mau menatap sang Ndoro karena saking kesalnya.

"Ngapain dicabut. Kan sudah berbuah. Kamu juga suka, dari pada dicabut lebih baik dirawat saja biar berbuah semakin banyak untuk kamu makan kan Nduk."

"Aku tidak mau makan buahnya lagi," ucap Sekar langsung dengan ketus.

NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang