SELAMAT MEMBACA
***
Ndoro Karso sedang duduk santai sambil menemani Sekar yang tengah menonton televisi. Hari ini sang Ndoro tidak pergi ke kebun karena Ndoro Putri yang tidak mau ditinggal. Akhirnya sang Ndoro justru menemani istrinya itu menonton.
Sekar selonjoran di bawah beralaskan karpet tebal dengan kepala di sandarkan pada kaki sang Ndoro yang tengah duduk di sofa.
"Kalau punya suami pelit begitu, aku tukarkan sama ayam biar bisa digoreng," ucap Sekar dengan kesalnya sambil melihat layar televisi yang menyala.
"Masa itu suaminya gajian, istrinya cuma dikasih tiga ratus Ndoro. Uangnya dikasih ke selingkuhannya, bikin kesal," ucap Sekar sambil menoleh pada Ndoro Karso.
"Ya biar saja, haknya dia itu. Ngapain kamu yang marah-marah Nduk," jawab sang Ndoro santai.
"Iya tapi kan seharusnya tidak begitu Ndoro. Dia punya istri lo masa iya istrinya tidak diberi uang, malah uangnya diberikan ke siapa itu. Selingkuhannya, kayanya."
"Itu cuma cerita, biar saja bagaimana maunya yang buat cerita."
Sekar langsung menatap Ndoro Karso dengan sengit. Karena suaminya itu tidak sependapat dengannya. Justru terkesan membela laki-laki di dalam televisi yang menurut Sekar salah.
"Kenapa melihat saya begitu, saya tidak begitu," ucap Ndoro Karso saat Sekar menoleh padanya. Sang Ndoro langsung menangkap maksud dari tatapan Sekar. Pasti dia akan tertuduh lagi setelah ini.
Karena memang seperti itu, setiap kali Ndoro Putri itu melihat sinetron yang tokoh istrinya teraniaya pasti akan langsung curiga padanya juga. Seolah Ndoro Karso adalah laki-laki yang sama dengan yang ada di dalam televisi. Sedikit menjengkelkan sebenarnya. Dan lebih menjengkelkan lagi, acara seperti itu setiap hari ada dan selalu menjadi tontonan wajib untuk istrinya.
"Yang betul?" ucap Sekar dengan tidak yakinnya. Dia bergerak merangkak naik untuk duduk di pangkuan sang Ndoro.
"Betul, mana ada ceritanya saya pelit sama kamu."
"Ada, waktu aku minta uang buat beli bakso. Ndoro cuma kasih dua puluh ribu," ucap Sekar mengingatkan sang Ndoro pada kejadian waktu itu.
Ndoro Karso yang mendengar itu langsung menghela napasnya dengan pelan. Dia hanya bercanda saat itu tapi diungkit hingga hari ini. Lalu cerita yang Ndoro Putri itu dia beri dompet seisinya yang habis dalam waktu tiga hari tidak dibahas sama sekali.
"Iya kan, Ndoro pernah pelit sama aku?" ucap Sekar lagi sambil mengusap rahang suaminya. Sekar gemas melihat wajah suaminya yang menurut matanya saat ini sangat tampan. Kenapa dia baru sadar sekarang, kemarin-kemarin kemana saja.
"Enggih," (Iya) ucap Ndoro Karso mengalah. Lebih baik mengalah saja ketimbang semakin panjang masalahnya.
"Tapi uang panen kopi juga pernah saya berikan semuanya ke kamu, belum lagi panen melon. Kalau dibandingkan saya pelit sekali, sudah saya tebus kan. Lagian dulu itu habis saya kasih dua puluh ribu, kamu dapat dompet saya sama isi-isinya sampai habis. Ke mana cerita yang itu?" Ndoro Karso bertanya dengan lembut pada Sekar.
Sekar yang mendengar itu langsung tertawa pelan. Dia lalu mengalungkan tangannya pada leher suaminya, tertawa dengan senang.
"Jangan dibahas yang itu Ndoro," pinta Sekar.
"Yang jangan dibahas itu yang saya pelit sekali. Kamu ini, saya pelit sekali diungkit sampai hari ini, saya dermawan tidak diingat sama sekali," ucap Ndoro Karso sambil menyentil kening Sekar pelan.
Sekar lagi-lagi hanya terkekeh, menurutnya kalau Ndoro Karso dermawan padanya itu hal yang seharusnya dan tidak perlu dibahas karena memang kewajiban Ndoro itu memberinya uang. Tapi kalau Ndoro pelit padanya itu yang salah, kesalahan itu sewajarnya diungkit kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN)
RomanceYang baru ketemu cerita ini jangan baca, sudah di hapus sebagian !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. "Patuh menjadi istri saya, hidupmu akan terjamin cah ayu" ---- Ndoro...