SELAMAT MEMBACA
***
"Nduk, ayo pulang. Bangun dulu," ucap Ndoro Karso membangunkan Sekar. Namun, sejak tadi dibangunkan Ndoro Putri itu sama sekali tidak mau bangun. Dia hanya bergerak sedikit, bahkan kembali tidur lagi.
"Ayo bangun kok, malah tambah pules tidurnya," Ndoro Karso menepuk pelan lengan Sekar. Namun, usahanya tetap saja nihil.
Bahkan ketika satu persatu penonton di lapangan sudah pergi, sang Ndoro belum bergerak dari duduknya. Menunggu putri tidurnya itu bangun.
"Ayo Sayang, pulang," ucap sang Ndoro dengan sabarnya.
"Ndorooo ngantukkkk..." Sekar merengek dengan kesal karena merasa tidurnya terganggu.
"Makanya bangun dulu terus pulang, tidur di rumah."
"Gendonggggg," rengek Sekar lagi masih dengan mata setengah terpejamnya.
"Dari pada minta gendong, saya tinggal di sini ya. Besok pagi biar dijemput sama Tejo ya," ucap Ndoro Karso lagi.
Bukan apa-apa, sebenarnya menggendong istrinya itu sesuatu yang mudah bagi sang Ndoro. Tapi tidak di tengah keramaian seperti itu. Apa yang akan mereka gunjingkan tentang istrinya nanti kalau sampai Ndoro Karso benar-benar menggendongnya seperti anak kecil yang hanya tidur saja harus digendong. Beda cerita jika istrinya sakit, pasti meski di tengah keramaian sang Ndoro tidak akan berpikir dua kali untuk langsung menggendongnya. Tapi ini, hanya tidur. Demi Tuhan, tidur bisa dibangunkan.
Sekar langsung merangkul lengan, sang Ndoro dengan erat. Di dalam hati, sebenarnya dia sudah bangun. Hanya saja dia ingin digendong pulang, bukan dibangunkan seperti ini.
Ndoro Karso hanya bisa menghela napasnya dengan lelah. Setiap hari ada saja gebrakan istrinya itu, untuk bisa menguji kesabarannya.
"Cantiknya perempuan itu Nduk, jalannya bisa anggun begitu. Loh loh, Nduk lihat itu, cantik begitu ya, anak siapa itu. Jadikan istri ke dua bagus sepertinya." Ndoro Karso menepuk pundak Sekar. Sekar yang mendengar Ndoro Karso memuji cantik dan ingin menjadikan istri ke dua, langsung membuka matanya. Anak-anak atau orang dewasa yang dipuji barusan. Saat Sekar melihat ke arah yang ditunjuk oleh sang Ndoro, ternyata perempuan dewasa. Sekar tidak bisa melihat wajahnya karena hanya ada punggung yang terlihat.
Seketika, Sekar langsung berdiri dan berjalan dengan kesal ke arah di mana mobil parkir. Dia sudah lupa dengan ngantuknya, hatinya panas membara, tidak ngantuk lagi. Mendengar Ndoro memuji perempuan lain, hatinya gondok setengah mati. Jika tidak mengingat dosa, Ndoro Putri itu ingin sekali memukul bibir suaminya yang baru saja memuji perempuan lain barusan. Dipukul atau digigit saja bagusnya ini.
Ndoro Karso yang melihat itu, langsung tertawa dengan pelan. Akhirnya tidak perlu susah-susah membujuk lagi Ndoro Putri itu sudah pulang dengan kakinya sendiri. Masalah bagaimana nanti sesampainya di rumah, pikirkan nanti. Yang penting pulang dulu.
***
"Kamu tidur kaya baling-baling begitu kok terlalu minggir apa tidak jatuh nanti." Ndoro Karso menarik tangan Sekar agar tidur lebih ke tengah. Tahu kan, gaya baling-baling Ndoro Putri itu kalau tidur. Kalau sampai jatuh, apa tidak menambah pekerjaan."Jangan sentuh. Jangan dekat-dekat, kita marahan," ucap Sekar dengan ketusnya. Dia kembali menggeser tidurnya menjauh dari suaminya. Tidak lupa Sekar meletakkan dua buah guling di antara mereka.
"Jatuh nanti kalau ke pinggir begitu," ucap Ndoro Karso lagi.
"Biar saja jatuh, biar," ucap Sekar dengan kesal.
Tahu kan kekesalan Sekar karena apa. Tentu saja masih perkara Ndoro Karso yang memuji perempuan di lapangan balai desa tadi, memangnya apa lagi.
"Pokoknya aku marah, kita marahan. Satu bulan titik."
KAMU SEDANG MEMBACA
NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN)
RomanceYang baru ketemu cerita ini jangan baca, sudah di hapus sebagian !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. "Patuh menjadi istri saya, hidupmu akan terjamin cah ayu" ---- Ndoro...