SELAMAT MEMBACA
* * *
Sekar meraba tempat tidur di sebelahnya dan merasakan seseorang tertidur di sana. Sekar langsung membuka matanya.Ketika Sekar membuka mata dia langsung melihat Ndoro Karso yang tidur di sebelahnya, padahal pagi tadi saat Sekar bangun untuk sarapan, sang Ndoro belum pulang. Tapi sekarang sudah pulang, setelah pergi empat hari lamanya.
"Ini Ndoro atau bukan?" tanya Sekar langsung. Sambil tangannya menyentuh wajah sang Ndoro. Jujur saja, empat hari ditinggal, Sekar merasakan rindu. Atau mungkin, ini karena anak di dalam perutnya yang rindu sama romonya.
"Bukan," jawab Ndoro Karso dengan tenang tanpa membuka matanya.
"Terus ini siapa?" tanya Sekar lagi.
"Jin penunggu kamar," tanpa disangka Ndoro Karso meladeni pertanyaan ngawur istrinya. Mungkin dia juga merindukan istrinya yang sering tidak normal itu.
"Ndoro Jin, suamiku mana?" bukannya berhenti Sekar justru kembali bertanya.
Mendengar itu, sang Ndoro langsung membuka matanya dan menatap Sekar dengan teduh, tatapan khas Ndoro sekali.
"Belum pulang," jawab Ndoro Karso sambil menarik tubuh Sekar agar semakin mendekat padanya.
"Ndoro Jin, bilang sama suamiku suruh dia pulang. Masa pergi empat hari tidak pulang-pulang. Alasannya ada kerjaan penting. Masa kerjaan sampai empat hari. Dia kan petani bukan anggota dewan yang gayanya perlu rapat ke luar kota. Dia betulan kerja atau kecantol janda sebenarnya. Suruh dia pulang, istrinya sudah secantik ini tidak perlu cari janda lain yang belum tentu cantik. Kalau istrinya jelas cantik luar dalam. Ndoro Jin bilang sama suamiku, istri cantiknya kangen. Jangan jadi Ndoro Toyib yang tidak pulang-pulang," ucap Sekar dengan sendunya. Bahkan saking seriusnya, Sekar tidak tertawa sedikitpun. Padahal pasti semua orang yang mendengar ucapannya barusan, akan tertawa.
Ndoro langsung menyentuh kening Sekar, siapa tahu selama dia tinggal empat hari kemarin istrinya demam tidak ketahuan sampai menganggu kesehatan otaknya.
"Nduk, saya tinggal cuma empat hari kok sepertinya kamu kurang sehat begini pikirannya," ucap Ndoro Karso dengan pelan.
"Soalnya kangen sama Ndoro. Ndoro jahat, aku tidak boleh ikut," keluh Sekar lagi.
"Tebih Cah Ayu, mengke sayah," (Jauh cantik, nanti lelah) ucap sang Ndoro memberi pengertian pada istrinya. Dia harus pergi jauh kemarin, tidak mungkin membawa istrinya yang tengah hamil. Karena pasti akan kelelahan.
"Aku mau tanya sama Ndoro, sesuatu," ucap Sekar lagi.
Mendengar itu sang Ndoro langsung melonggarkan dekapannya pada Sekar lalu menatap wajah ayu yang sudah empat hari ini dia rindukan.
"Iya, saya cinta kamu. Saya sayang kamu," ucap Ndoro Karso bahkan sebelum Sekar mengucapkan pertanyaannya.
Bug...
Sekar langsung memukul punggung Ndoro Karso karena merasa kesal. Apa tidak bisa sang Ndoro itu mendengarkan dulu apa yang mau dia ucapkan.
"Aku bukan tanya itu, Ndoroooooo," ucap Sekar dengan kesal.
"La terus?"
"Makanya dengarkan dulu!"
"Nggih, nggih. Badhe tanglet nopo Sayang?" (Iya, iya. Mau tanya apa Sayang)
Sekar menggeser tubuhnya, mencari posisi nyaman. Bukan bangun, dia masih malas. Salahkan saja anak Ndoro di perutnya ini, kenapa dia mempengaruhi ibunya untuk ikut-ikutan malas
"Istri Ndoro yang dulu namanya siapa?" tanya Sekar dengan tiba-tiba. Membuat Ndoro Karso langsung mengernyitkan keningnya. Heran dengan pertanyaan tiba-tiba istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN)
RomanceYang baru ketemu cerita ini jangan baca, sudah di hapus sebagian !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. "Patuh menjadi istri saya, hidupmu akan terjamin cah ayu" ---- Ndoro...