BAB 68: CEMBURU

38.2K 5.1K 411
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
Sekar sedang duduk di tepi kolam, sambil kakinya dia celupkan ke dalam air. Sedangkan matanya sibuk memperhatikan pohon delima di hadapannya yang mulai berbuah. Sambil memikirkan kapan kira-kira delima itu bisa dia makan.

Sekar menghela napasnya dengan pelan, dia mulai merasa bosan karena menunggu Ndoro Karso yang tidak pulang-pulang. Padahal tadi pamitnya cuma sebentar, kalau tahu perginya lama begini lebih baik dia ikut tadi. Ketimbang merasa bosan begini di rumah. 

"Enten mriku damel nopo Nduk?" (Di situ buat apa) sebuah suara mengejutkan Sekar. Sontak saja Sekar langsung menoleh, dan dia langsung tersenyum melihat siapa yang tengah berdiri di belakangnya itu. Tapi bukannya langsung berdiri dan menghampiri sang Ndoro, Sekar justru tetap betah dalam duduknya.

"Nungguin suamiku pulang Pakde," jawab Sekar dengan kekehan pelannya.

"Lha suamine teng pundi Cah Ayu?" (La suaminya ke mana cantik) Meski kesal karena dipanggil pakde, tapi sang Ndoro tidak mempermasalahkannya. Karena yang memanggilnya seperti itu adalah Sekar, manusia dengan 1001 keunikannya.

"Kepincut janda di Pulo Gebang," jawab Sekar dengan mengambil penggalan lirik lagu lawas yang sempat ramai dulu.

Ndoro Karso hanya menggeleng pelan, tanda prihatin. Entah prihatin perihal apa.

"Ayo berdiri," ucap Ndoro Karso ingin membantu Sekar berdiri. Namun, Sekar hanya menggeleng.

"Ndoro kita ke kebun stroberi yuk Ndoro, aku mau stroberi."

"Lha enggih, menawi ajeng teng kebun niku pra nggih ngadek riyen. Terus mlampah mriko, lha nek lenggah teng mriki mawon pripun saget e dugi kebun stroberi?" (La iya, kalau mau ke kebun itu kan harus berdiri dulu. Terus jalan kr sana, kalau cuma duduk di sini bagaimana bisa sampai di kebun stroberi) ucap Ndoro Karso dengan sabarnya.

"Pusing banget aku translet kalimatnya Ndoro," rengek Sekar pelan. Namun, rengekan Sekar hanya dijawab kekehan pelan oleh sang Ndoro.

"Ayo ke kebun, kalau mau stroberi." Ndoro Karso menggandeng tangan Sekar dan ingin membawanya ke kebun.

***
Sekar sedang asik memetik stroberi ditemani oleh Ndoro Karso yang sekarang bertugas membawakan keranjang stroberi milik Ndoro Putri itu.

"Sudah mau penuh ini Nduk," ucap Ndoro Karso memperlihatkan keranjang di tangannya yang hampir penuh.

"Belum, kalau penuh ambil keranjang baru, Ndoro," jawab Sekar dengan entengnya.

Ndoro Karso tidak lagi bicara, dia hanya terus mengikuti istrinya hinggap di sana sini.

"Ndoro, kalau stroberinya aku gunduli semua kira-kira Ndoro marah?" tanya Sekar sambil jongkok di dekat media tanam, memilih stroberi yang sekiranya bisa dia petik.

"Apa selama ini kamu tidak menggunduli kebun saya. Apa saya ada marah sama kamu Nduk?" jawab Ndoro Karso dengan santai.

"Asal yang kamu petik yang sudah matang dan kamu makan habis, saya tidak marah."

"Bagusssss, soalnya kalau sampai marah Ndoro itu keterlaluan. Orang stroberi dimakan anak dan istrinya sendiri kok sampai marah. Apa tidak aku ungkit sampai tua kalau begitu betulan," ucap Sekar dengan santainya.

"Nggih, Ndoro Putri. Mpun, terserah mawon. Sing penting dangang," (Iya, Ndoro Putri. Sudah, terserah saja. Yang penting tidak rewel) jawab Ndoro Karso langsung.

Memang apa lagi yang bisa sang Ndoro katakan selain terserah saja.

Andri yang kebetulan baru kembali dari menyemprot obat untuk hama, bahkan tangki samprot masih ada di gendongannya menyapa sang Ndoro dan istri yang kebetulan ada di jalur yang dia lewati.

NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang