SELAMAT MEMBACA
* * *
Sekar tengah mengoleskan lotian di tangan dan kakinya sebelum tidur, kegiatan rutin yang tidak pernah dia lewatkan. Ketika sedang asik dengan kegiatan rutinnya itu, pintu kamar terbuka. Ndoro Karso yang sejak tadi tidak tahu ke mana itu tiba-tiba masuk. Sekar hanya melirik sekilas dan mengabaikannya. Jangan lupa, mereka masih dalam mode perang dingin. Setelah perang yang dikibarkan sang Ndoro damai, dalam waktu yang singkat justru gantian Sekar yang mengibarkan bendera perang. Janjinya tadi, satu minggu. Apakah, sesuai atau tidak mari kita lihat bersama.
Ndoro Karso pun tidak mengatakan apapun, dia juga hanya melirik Sekar sebentar lalu masuk ke dalam kamar mandi.
"Romomu itu bikin jengkel Cil," ucap Sekar sambil mengusap perutnya dengan sayang.
Sekar lalu keluar dari kamar, ingin minum ke dapur.
Sesampainya di dapur dia melihat Tejo yang sedang sibuk membuat wedang jahe. Di dekatnya ada nampan, yang saat dilirik terdapat beberapa jenis obat di sana.
"Kamu sakit Jo?" tanya Sekar pada Tejo, dia mengambil minum yang kebetulan berada di dekat Tejo.
"Mboten (tidak) Ndoro Putri," jawab Tejo.
"Itu obat siapa kalau begitu?" Sekar menunjuk obat di atas nampan di dekatnya.
"Obatnya Ndoro," jawab Tejo lagi.
"Ndoro sakit Jo?" tanya Sekar langsung.
Sejak siang dia memang tidak melihat suaminya itu, katanya tadi pergi ke kebun. Setelah dari kebun, seharian berdiam diri di ruang kerjanya hanya keluar sebentar tadi saat makan malam setelahnya Sekar tidak lagi melihat ke mana perginya sang Ndoro. Kenapa tiba-tiba bisa sakit.
"Demam sama tensinya tinggi Ndoro Putri, ini obat demam, ini vitamin yang ini obat untuk tensi," Tejo menunjuk obat-obat di dekatnya. Lalu meletakkan segelas air putih dan segelas wedang jahe di atas nampan.
"Minum obat mana boleh sama wedang jahe Jo," ucap Sekar lagi sambil menunjuk segelas wedang jahe yang baru saja dibuat oleh Tejo.
"Minum obatnya pakai air putih Ndoro Putri, wedang jahenya diminum nanti-nanti kalau ingin. Cuma saya siapkan saja," jawab Tejo lagi. Dia lalu mengangkat nampan itu dan ingin segera pergi dari sana.
"Biar aku yang bawa Jo," cegah Sekar langsung. Dia meletakkan gelas bekasnya minum, lalu berjalan menuju Tejo. Sekar mengambil alih nampan di tangan Tejo, lalu pergi begitu saja.
Sekar masuk ke dalam kamar dan melihat Ndoro Karso yang tengah tertidur di atas ranjang. Sekar meletakkan obat dan minuman yang dia bawa ke atas nakas.
Sekar menyentuh kening sang Ndoro dengan pelan. Merasa ada yang menyentuh keningnya Ndoro Karso membuka matanya. Baru Sekar sadar jika mata suaminya memerah.
"Ndoro sakit ya?" Pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dijawab.
"Sedikit," jawab Ndoro Karso lirih. Sang Ndoro semakin merasa tidak nyaman dengan kondisi badannya sendiri.
"Katanya Tejo, Ndoro tekanan, tensinya tinggi. Ndoro jangan makan sate kambing ya, jauh-jauh sama apapun yang bikin darah tinggi. Kayanya daun singkong juga bikin darah tinggi, jangan makan juga, pokoknya hindari semuanya biar tidak darah tinggi. Masa iya, Ndoro darah tinggi sih," cerocos Sekar sambil membukakan obat-obat milik suaminya itu.
Ndoro Karso bangun dari tidurnya, meski dengan tubuh yang kurang sehat namun mendengar ucapan Sekar, sang Ndoro terkekeh pelan.
"Jauh-jauh dari apapun yang bikin darah tinggi ya?" Ndoro Karso mengulang kalimat Sekar untuk memastikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN)
RomanceYang baru ketemu cerita ini jangan baca, sudah di hapus sebagian !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. "Patuh menjadi istri saya, hidupmu akan terjamin cah ayu" ---- Ndoro...