Panjat Sosial

69 3 0
                                    

Setelah mengantarkan Esha ke rumah dengan selamat, dan sejenak menungguinya di sana untuk beberapa saat, akhirnya Janu kembali ke apartemen miliknya.  Atas perintah dari dari sang nona muda, Janu membawa mobil yang ia kendarai tadi bersamanya.

Cekleek

Sebuah apartemen yang tidak besar namun cukup dan nyaman untuknya beristirahat. Ia mendapatkan apartemen itu tentu dengan bekerja. Berada dibawah naungan Silvya si mantan Queen Mafia Wild Eagle, tentu Janu setelah lulus sudah bekerja di perusahaan milik Silvya yang bernama Linford Transportation (LT) . Dari hasil kerjanya itu dia membeli apartemen untuk ditinggali.

Menjadi yatim piatu sejak kecil bahkan tidak pernah mengingat siapa orang tua yang membuatnya ada di dunia ini, Janu memang termasuk pria introvet. Dia tidak banyak memiliki teman dekat, hanya orang-orang dari Wild Eagle saja yang menjadi rekan sekaligus keluarganya. Ketika di perusahaan LT dia juga tidak banyak memiliki teman. Ada rasa minder dalam dirinya yang besar sebagai yatim piatu. Namun Nataya dan Smith baik kepadanya, mereka berdua adalah putra dari atasan dan asistennya. Kedua orang itu sangat baik kepadanya sehingga ia pun merasa nyaman berada di tengah-tengah mereka.

" Haaah, aku kok ngerasa Nona Esha sedikit aneh ya. Apa mungkin memang kepribadiannya begitu?"

Janu berbicara sendiri sambil sibuk di dapur. Malam ini dia akan memasak. Tadi tidak sempat beli, dan beruntung masih ada bahan makanan di kulkas. Sambil mengolah bahan makanan, Janu terus berpikir tentang Esha. Ia berkata aneh karena dirinya merasa diamati.

Sudah beberapa hari bekerja dengan Esha, Janu masih merasa kaku karena tatapan mata nonanya itu seakan-akan tengah menilai dirinya. Ada rasa tidak nyaman, namun Janu tentu saja tidak berani mengungkapkannya langsung kepada Esha.

" Ya biarin aja lah, paling nanti beberapa hari lagi juga nggak. Dia mungkin masih nggak nyaman kalau ada pria yang berada didekatnya selain keluarga dan kekasihnya. Ah iya, soal barisan para mantan itu, kayaknya aku butuh mempelajari mereka. Nyonya Silvya sudah memberikan semua datanya, tinggal dibaca nanti."

Janu meletakkan makanan yang sudah selesai ia masak itu ke meja. Terlebih dulu ia ingin membersihkan tubuhnya baru menikmati makanan. Makan sendirian seperti ini adalah hal yang sudah biasa dan lumrah bagi Janu. Menjadi seorang yatim piatu sedari kecil membuatnya tidak pernah mengeluhkan perihal kesendiriannya.

Sebenarnya Janu juga bukan sepenuhnya orang yang introvet, jika sudah mengenal dengan baik dia juga akan menjadi ekstrovet. Dalam artian yang lain, Janu akan menjadi pribadi menyenangkan dan terbuka jika bertemu dengan orang yang tepat. Seperti rekan-rekannya di Wild Eagle dan juga anak-anak dari tuannya ( anak Silvya dan asisten Ian). Dua anak dari tuan-tuannya itu lumayan bisa membuat kepribadian Janu yang pendiam menjadi berbeda.

Sore berganti malam, Janu berada di kamarnya sambil membaca informasi barisan para mantan dari nona yang ia layani. Jika dilihat secara garis besar, tidak banyak yang membuat mereka menarik selain wajah tampan dan tampilan yang menawan. Prestasi pada bidang yang mereka geluti pun juga tidak ada. Malah dari data yang diberikan, banyak sekali kekurangan dai ketiganya.

Baik Remi, Artan maupun Ferdy, mereka memang memiliki sesuatu yang menarik perhatian lawan jenis, yakni wajah tampan dan bentuk badan mereka. Namun dalam hal yang lebih dalam lagi, mereka tak ubahnya pria brengsek. Satu kesamaan dari mereka bertiga selain tampan dan brengsek yakni sama-sama menggunakan Eshania sebaiknya alat untuk menginjak lingkaran sosial yang lebih tinggi. Sebutan yang mudah yakni mendompleng popularitas, netizen zaman sekarang menyebutnya 'panjat sosial', mereka menaikkan nama mereka melalui Esha.

" Buseeet, banci bener sih laki modelan begini. Anehnya, kok ya Nona Esha bisa kepincut sama mereka."

Satu hal yang Janu belum sadari bahwa Esha teramat mudah terpukau dengan wajah yang tampan. Bagaimanapun Esha adalah wanita normal yang matanya akan bersinar saat melihat pria tampan.

Namun apapun itu saat ini Janu tidak mau banyak berspekulasi tentang Esha. Yang harus dia lakukan adalah mempelajari hal-hal yang dibutuhkan Esha dari dirinya dengan jabatan yang saat ini ia dapatkan.

Asisten pribadi sekaligus pengawal. Jika Esha hanya tahu bahwa Janu merupakan asisten pribadinya, maka tugas terselubung yang Janu terima adalah pengawal. Darius dan Ekhnat lebih menekankan hal tersebut kepadanya, dimana sebelumnya Janu juga sudah diberitahu oleh Silvya.

Hingga tengah malam Janu terus mempelajari banyak hal Esha. Mulai dari sikapnya, kebiasaan, kesukaan dan sebagainya. Melayani seseorang tentu dia harus paham betul terhadap orang yang dilayaninya.

" Laah, nggak kerasa bener udah malem. Baiklah ayo tidur, besok harus mulai lagi aktivitas melayani Nona Muda. Semoga dia nggak rewel ya."

Doa Janu itu bukanlah sekedar main-main, dia sungguh berharap bahwa Esha tidaklah rusuh atau membuatnya bingung. Jika hanya diributkan oleh masalah pekerjaan, maka hal itu bukanlah masalah besar. Namun jika hal yang lain yang sifatnya bukan pekerjaan tapi harus menjadi pekerjaan, maka itulah yang akan membuatnya pusing.

Dan ternyata doa serta harapan Janu sama sekali tidak terkabul. Masih pagi saja Esha sudah membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Padahal itu bukan masalah besar, dan bisa dibilang sepele. Yakni, Esha yang tidak suka melihat kemeja Janu yang berwarna putih.

" Maksud Nona?" tanya Janu untuk kembali memastikan apa yang baru saja diucapkan oleh Esha menggunakan telinganya.

" Aku udah bilang, ganti kemeja mu. Hari ini aku nggak suka warna putih. Aku mau kamu pakai warna biru muda."

" Tapi Nona, sudah hal biasa mengenakan kemeja putih di balik jas. Lagi pula tidak kelihatan juga kan."

" No, aku mau matching sama baju yang aku pakai sekarang. Ah iya, dasinya juga ganti, aku nggak suka."

Mata Janu membelalak seketika. Dia berniat pagi sekali berada di kediaman Edmund untuk menjemput Esha karena hari ini mau ada pertemuan dengan klien. Tapi siapa sangka perihal kemeja saja membuatnya kebingungan seperti ini.

" Nona, saya sungguh minta maaf. Bukannya saya mengacuhkan perintah, namun di lemari baju saya hanya ada kemeja putih. Tidak ada warna biru muda seperti yang nona inginkan."

" Huh payah, ya udah kita berangkat dulu. Setelah selesai meeting sama klien, kita ke toko pakaian buat nyari kemeja selain warna putih."

" Ya?"

Janu sungguh tidak mengerti, mengapa tiba-tiba Esha menjadi tantrum begini. Padahal beberapa hari yang lalu wanita itu masih biasa saja layaknya seorang atasan. Tapi entah apa yang sudah membuatnya kesal sehingga hari ini Esha tampak lain. Sikapnya yang seperti ini sungguh tidak berbanding lurus dengan usianya yang sudah di angka 27 tahun. Esha malah terlihat seperti gadis yang baru menginjak usia 20 an.

" Haaah, sabar Janu sabar. Orang sabar kuburannya luas."

TBC

Dicintai Nona Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang