Janu Kemana?

65 2 0
                                    

Perjalanan pulang kerja bagi Janu kali ini sungguh terasa lama. Sepanjang jalan dia kembali mengingat apa yang terjadi di ruangan Esha.
Siapa sangka Esha tiba-tiba menciumnya ketika dia menanyakan apakah Esha mencintainya atu tidak.
Kecupan singkat itu berhasil menggentarkan seluruh tubuh Janu terutama hatinya. Ya, jantungnya berdegup kencang dan sepeti ada sesuatu yang terbang di perutnya. Hal ini adalah hal yang baru bagi Janu tentunya. Sehingga dia Tidka bisa mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada hatinya.
Namun jika boleh berkata jujur, dia tidak merasa tidak suka dengan apa yang Esha lakukan. Ia menyentuh bibirnya lagi, dan kembali mengingat kecupan singkat yng Esha lakukan. Dan ingatan betapa lembutnya bibir  Esha itu tertanam di kepalanya. Tanpa ia sadari, dirinya mengingkanmya lagi.
" Astaghfirullah Jan, eling Jan eling." Janu mengusap wajahnya kasar. Ia seakan tersadar bahwa apa yang dilakukannya ini adalah hal yang salah.
Ckiiiit
Sebuah mobil tiba-tiba menghadang mobilnya tepat didepan. Janu yang sedikit tidak fokus harus menginjak pedal remnya secara tiba-tiba dan alhasil keningnya terhantuk stir mobil.
" Siapa sih, kok main berhenti asal gitu."
Janu menggerutu, ia merasa kesal akan hal tersebut. Tapi karena tidak mau berurusan dengan orang asing, Janu memilih kembali menjalankan mobilnya. Hanya saja ia tidak bisa melakukan itu karena tanpa ia sadari dirinya sudah dikelilingi oleh orang-orang tidak dikenal. Melihat wajah dan tinggi tubuh mereka jelas sekali bahwa orang-orang itu bukan lah orang Indonesia.
" How are you!"
" Excuse me Sir, can't  you help us? Saya ingin Anda keluar sebentar karena ada yang ingin saya pastikan."
Janu tentu tidak bisa langung percaya dengan ucapan orang-orang asing itu, terlebih mereka sepeti akan menyergapnya. Tapi jika tidak kooperatif bisa saja nyawanya melayang. Kemampuan beladirinya bagus, namun jika menghadapi orang sebanyak ini sama saja dengan mati konyol kalau melawan.
Pada akhirnya Janu memilih untuk keluar dari mobil. Bagaimanapun juga di tidak bisa kabur. Salah seorang dari mereka yang Janu rasa adalah pemimpinnya secara tiba-tiba membungkukkan kepala. Janu masih bingung, dengan siapa mereka. Saat hendak bertanya tiba-tiba dirinya sudah dipukul dari belakang dan kesadarannya lambat laun menghilang.
Beberapa jam kemudian setelah kejadian itu.
" Apa?"
Esha yang tengah merebahkan tubuhnya amat sangat terkejut saat seseorang menghubunginya dari ponsel Janu. Orang tersebut mengaku polisi yang menemukan mobil dan ponsel Janu di pinggir jalan tanpa ada orangnya.
Esha langung bergegas keluar kamar, dia mengetuk-ngetuk pintu kamar Ekhtan.
" Kenapa Sha."
" Bang, ayo temenin aku. Janu ilang, aku baru aja dihubungi polisi katanya mobil sama hape Janu ditemuin di pinggir jalan. Padahal Janu udah pulang dari 3 jam yang lalu. Ayo Bang, aku takut Janu dibegal atau dirampok."
Esha tampak panik sekali. Sebenarnya Ekhtan jga terkejut, tapi ia harus bersikap tenang. Dan ia pun menyetujui Esha untuk pergi bersama Esha.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi keduanya sampai di lokasi. Ada setidaknya 2 orang polisi disana. Salah satunya menjelaskan apa yang mereka temukan. Sedangkan Esha berusaha mencari Janu atau tanda-tanda kekerasan yang ada. Esha sungguh takut ada hal buruk yang menimpa Janu.
" Jika ini pembegalan atau perampokan, sepetinya tidak Tuan Ekhtan, karena semua barang masih ada di sini. Dan tanda-tanda kekerasan juga tidak tampak."
" Lalu, apa ini penculikan?"
" Entahlah, kami belum bisa menganalisa motifnya. Tapi kami akan mencari tahu akan hal itu."
Ekhtan mengerti, ia menyerahkan kasus ini sepenuhnya kepada polisi. Akan tetapi Esha tetap tidak tenang. Ia pun mengajak Ekhtan untuk mendatangi apartemen Janu. Ia harus memeriksa tempat itu juga dan berharap Janu berada di sana.
Namun nihil, Janu tidak ada di apartemennya juga. Bahkan isi apartemen itu sangatlah rapi dan tidak ada tanda-tanda baru saja di datangi.
" Bang, Janu kemana ya? Tadi kan aku masih ngobrol sama dia."
" Kita tunggu polisi aja ya. Kita tunggu kabar dari dia."
Esha sudah ingin menangis. Baru kali ini dia takut kehilangan. Mungkin apakah dia sungguh sudah mencintai Janu? Ada rasa sesal dalam dirinya, seharusnya tadi ketika Janu bertanya dia menjawabnya dengan pasti bahwa dirinya mencintai pria itu.

TBC

Dicintai Nona Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang