Opini publik seketika berbalik kepada Esha. Orang yang awalnya menghujat Esha kini memberikan simpati kepadanya. Namun dirinya tidak lagi peduli akan hal yang semacam itu.
Sebuah pesan juga diterima oleh Esha. Pesan itu ternyata dari Remi, pria tersebut menyampaikan permintaan maaf. Meskipun hanya melalui tulisan tapi Esha tahu bahwa Remi tulus dengan niatnya. Esha hanya menyunggingkan senyum. Meskipun Remi telah mengkhianatinya dan sempat tidak tahu malu karena tidak mengakui pengkhianat yang sudah dilakukan, tapi Esha akui dia mantan yang paling gentle karena berani meminta maaf.
Tidak seperti dua mantan pacarnya yang lain. Artan dan Ferdy, Hinga saat ini dua pria itu sama sekali tidak pernah memiliki itikad baik untuk meminta maaf atas kesalahan yang pernah mereka lakukan. Tapi Esha pun acuh, dia juga tidak akan mengharapkan itu dari mereka berdua.
Meskipun begitu masih ada juga yang menghujat dirinya. Diantara mereka mengatakan bahwa apa yang Remi lakukan itu adalah karena terpaksa dan atas desakan Esha. Ya terserahlah, pada hakikatnya orang yang sudah membenci maka sampai akhir pun tetap membenci. Dan kamu tidak perlu melakukan hal baik untuk membuat orang tersebut menyukaimu, karena tidak akan pernah baik apa yang kamu lakukan di matanya.
Maka dari itu Esha tidak pernah menggubris hujatan dari para pembencinya. Semua itu hanya akan membuat isi kepala semakin penuh dan sakit hati tentunya.
" Janu, keluar yuk?"
" Ya?"
Janu yang tengah merapikan berkas itu langung menghentikan kegiatannya mendengar ajakan Esha pergi keluar. Mereka baru saja menyelesaikan pekerjaan perihal sponsor olah raga. Memang sudah dari pagi tadi keduanya sibuk bekerja, jadi wajar saja Esha merasa lelah.
" Aku mau keluar bentar."
" Baik Nona."
Tanpa bertanya Janu seger menyelesaikan pekerjaannya. Hanya beberapa menit saja ia sudah merapikan meja yang tadi berantakan.
Esha tersenyum, pekerjaan pria itu sungguh cepat sehingga ia tidak perlu banyak memberi perintah dalam pengerjaannya.
Sreet
Janu sedikit tersentak ketika tangan Esha menggamit lengannya. Itu Memnag bukalah pertama kali Esha melakukan itu, tapi di perusahaan menjadi hal yang pertama setelah kemarin Esha melakukan di depan para mantannya.
Jelas rasanya tidak nyaman karena semua mata menatap kearahnya. Tapi Janu tetap menegakkan tubuhnya dan berjalan dengan percaya diri. Dia tidak boleh menunjukkan wajah gugupnya.
Jika boleh dibilang ia sungguh merasakan itu. Bagaimana tidak gugup, Esha yang merupakan putri pemilik MoonDrink ini memiliki paras yang cantik, tubuh yang bagus dan setiap dia melintas maka akan menjadi pusat perhatian. Tampilan dirinya selalu menarik perhatian baik dari orang yang menyukainya ataupun yang membencinya. Dan berada di sisi Esha, berjalan berdampingan begini secara langung membuat Janu ikut ditatap oleh banyak pasang mata.
Jika boleh jujur, Janu tidak pernah suka menjadi pusat perhatian. Baginya itu hanya menjadi hal yang sia-sia karena Janu selalu merasa bahwa dia bukanlah seseorang yang perlu diperhatikan.
" Jangan tegang, aku kan cuma ngegandeng kamu, bukannya nyium kamu."
" Nona!"
" Ish, tawaranku masih berlaku lho. Kamu mau nggak jadi suamiku. Aku serius."
" Haaaah, saya lelah setiap Anda bicara seperti itu. Jangan bercanda terus."
Janu menghela nafasnya yang terasa berat. Setiap ada kesempatan, Esha selalu mengatakan hal tersebut. Tanpa wanita itu ketahui bahwa Janu merasa tertekan karena pasti ayah dan kakak lelaki Esha sedang mengawasinya atas perkataan Esha yang dilontarkan kemarin kepada para mantannya.
Darius dan Ekhtan menempatkan Janu di sisi Esha agar bisa menjaga wanita itu dari pria hidung belang. Lalu mereka mendengar ucapan Esha tempo hari yang ingin menikah dengan Janu, meski mungkin itu hanya cara Esha untuk membuat pukulan kepada para mantannya tapi tentu saja membuat Darius dan Ekhtan menjadi waspada terhadap Janu.
Sebenarnya Janu cukup peka, bahwa dirinya diawasi juga oleh seseorang. Ia yakin orang itu adalah orang dari Darius atau Ekhtan. Tapi dia hanya diam seolah-olah tidak tahu. Hanya saja yang menjadi masalah adalah mulut Esha yang suka bicara sembarang seperti tadi.
" Anda mau kemana Nona?"
" Ke rumahmu. Kamu tinggal dimana?"
" Apa?"
Baru saja Janu menyalakan mobilnya, ia kemudian mematikannya kembali setelah mendengar ucapan Esha. Janu mengusap wajahnya kasar, tampaknya nona muda yang saat ini ia layani ini gemar sekali membuat dirinya kesulitan.
" Nona, tidak ada yang menarik dengan tempat tinggal saya. Dan tempat tinggal saya itu juga bukan sebuah tempat wisata yang pantas untuk dijadikan tempat tujuan berkunjung."
" Menarik apa nggaknya rumah mu itu aku yang mutusin. Jadi, ayo kesana sekarang."
Reflek Janu membuang nafasnya kasar, dia juga mengusap wajahnya. Baru kali ini dia bekerja tapi memiliki banyak kekhawatiran dan tidak bisa sepenuhnya menjalankan pekerjaannya. Esha, entah apa tujuan dan maksud wanita itu, Janu sungguh sama sekali tidak bisa menebaknya.
" Baik Nona, saya akan membawa Anda ke tempat tinggal saya."
" Bagus, ayo cepetan."
Ekspresi wajah Janu dan Esha sungguh sangat berbeda. Esha tampak sumringah sedangkan Janu terlihat muram. Sepanjang jalan Janu berpikir, kira-kira apa yang akan terjadi pada dirinya nanti. Apa yang akan dikatakan oleh Darius dan Ekhtan terhadap peristiwa kali ini. Meskipun Janu sama sekali tidak memiliki niat apapun terhadap Esha tapi pasti berbeda dengan praduga ayah dan kakak laki-laki Esha.
Ckiiit
" Kita sudah sampai Nona."
" Ohooo, kamu tinggal di apartemen ya. Oke sih, jadi ayo kita masuk."
Janu masih berpikir bahwa Esha hanya bercanda ingin tahu rumahnya, tapi melihat Esha yang antusias membuatnya merasa yakin bahwa nonanya itu serius.
Rasanya sangat enggan mengajak Esha masuk ke dalam apartemennya. Tengkuknya terasa panas karena sepasang mata mengawasinya dengan tajam. Tapi apa mau dikata, ia hanya bisa mengikuti perintah Esha untuk saat ini.
" Silakan masuk Nona."
Esha masuk sambil melihat sekeliling. Sebuah senyuman mengembang di bibir Esha. Meskipun dekorasi punya sederhana tapi terasa nyaman dan tenang. Esha lalu menghempaskan tubuhnya di sofa kemudian ia memejamkan matanya sejenak.
Sedangkan Janu, ia pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman bagi Esha. Ia juga berinisiatif untuk membuat makanan. Mengingat sekarang waktunya makan siang, jadi Janu hendak membuat makan siang sederhana sesuai dengan bahan makanan yang ia miliki.
Hanya butuh 30 menit untuk Janu membuatnya, ia pun segera memanggil Esha. Ia pikir Esha hanya sekedar duduk saja, tapi saat dirinya mendekat, Janu menemukan Esha yang tertidur pulas. Wajah yang damai ketika tidur itu sungguh berbeda saat terjaga. Raut wajahnya juga terlihat lebih tenang sekarang ini.
Tapi sedetik kemudian Janu dikejutkan dengan isakan Esha. " Anda bahkan menangis dalam tidur Nona. Apa yang Anda impikan, atau apakah luka hati Anda begitu dalam?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dicintai Nona Muda
Romance" Jadilah suamiku!" " Maaf Nona, saya tidak berani." Janu Mahendra, pria berusia 25 tahun yang belum lama bekerja sebagai asisten pribadi Eshania Riulla Edmund dengan tenang dan ekspresi datar menolak dengan tegas keinginan nona nya. Track record Es...