Jadi Sasaran

67 3 0
                                    

Entahlah mengapa Esha harus terganggu dengan jawaban dari Janu, tapi yang pasti ia jadi memikirkan ucapan Janu. Hatinya seakan tercubit mendengar Janu yang ternyata hidup sebatang kara di dunia ini. Semuanya sangat berbeda dengan dirinya yang hidup dalam keluarga yang hangat. Dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya, dimana Janu sama sekali tidak merasakan itu.

" Pantas saja sikapnya dingin dan datar begitu ke orang lain. Kadang kayak robot aja tuh anak. Tapi kalau dia murah senyum dan ramah, beuuuh pasti banyak cewek yang ngikutin. Kayak anak bebek ngikutin induk bebek."

Esha membayangkan hal tersebut sambil membandingkan dua ekspresi Janu yang berbeda. Tentu saja semuanya hanya sebatas khayalan Esha karena hingga saat ini ia belum pernah melihat Janu tersenyum ramah kepada seseorang. Bahkan kepada dirinya saja tidak.

Tok! Tok! Tok!

" Masuk Janu, ada apa!"

" Maaf Nona, tapi dibawah ada tiga orang brengsek yang mencari Anda. Apa perlu saya langung usir mereka?"

Esha mengerutkan keningnya, awalnya ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Janu dengan pria brengsek. Tapi setelah terdiam sejenak ia pun paham, bahwa tiga orang brengsek itu adalah para mantan kekasihnya.

Beberapa saat yang lalu, secara berurutan tiga buah mobil datang. Mereka salah Artan, Ferdy dan Remi. Masing-masing dari mereka keluar sembari menenteng buket bunga dan sebuah bingkisan. Bingkisan itu sepertinya berisi barang mahal karena pada paper bag nya terdapat sebuah logo. Beruntungnya apa yang mereka bawa sepetinya tidak sama. Namun buket yang mereka bawa sama.

" Cih, ngapain orang kayak Lo kesini? Bukannya nama Lo udah di blacklist ya buat masuk ke gedung ini," ucap Artan sinis kepada Remi. Ya dia tahu karena mencari informasi perihal itu.

" Dih, mantan napi, jangan sok asik deh Lo. Lho kali yang di blacklist, dan Lo juga duda ngapain di sini," sahut Remi dengan sengit.

Remi dan Artan terlihat saling adu mulut, tapi Ferdy memilih diam. Baginya hanya akan membuang tenaga sia-sia jika ikut menanggapi mereka. Maka dari itu Ferdy dengan langkah pasti dan mantab menuju ke gedung dan hendak masuk. Akan tetapi langkah Ferdy harus terhenti saat dua orang petugas keamanan merentangkan tangannya sebagai tanda bahwa ia tidak bisa melangkah masuk.

" Hahahha, jangan sok kepedean deh duda busuk, kamu nggak mungkin dibolehin untuk masuk. Dan kau juga kan, jadi permisi kalian berdua, tuan Artan akan masuk sendirian."

" Maaf Tuan, anda bertiga tidak diperkenankan untuk masuk."

" Apa!"

Artan berteriak dengan keras, ternyata bukan hanya Remi dan Ferdy yang tidak boleh masuk ke dalam gedung MoonDrink, tapi dirinya juga. Artan yang memiliki emosi meletup-letup, tidak hanya diam menerima. Dia meletakkan barang bawaannya dan berusaha menerobos dua penjaga keamanan. Namun usahanya hanya sia-sia.

Artan mundur, dan menghampiri Ferdy juga Remi. " Gimana kalau kita kerja sama nglumpuhin tuh dua satpam," usul Artan.

" Haah, nggak. Percuma, mereka kuat. Lebih baik gedor-gedor aja tuh pintu biar yang di dalam keluar," sahut Remi cepat.

Dan entah sejak kapan ketiganya menjadi kompak. Mereka bertiga bersama-sama menggedor-gedor pintu lobi sambil memanggil nama Esha. Kejadian itu ternyata diketahui oleh Janu sebelum salah satu security melapor kepada Esha. Sehingga Janu langung menuju ke ruangan Esha untuk memberitahu nonanya perihal tiga badut itu.

" Apa yang mereka lakuin emangnya?"

" Menggedor pintu sambil memanggil nama Nona. Seperti bocah yang dihukum di kamar mandi, ya seperti itu lah ibaratnya Nona."

" Dasar brengsek! Ngapain sih mereka selalu bikin rusuh. Nggak bisa lihat gue hidup tenang."

Ekspresi wajah Esha jelas sangat marah saat ini, Janu bisa melihatnya saat kedua tangan Esha mengepal. Tapi dia memilih diam karena ingin tahu apa yang nonanya itu lakukan untuk menghadapi para mantan.

" Janu, ikut aku!"

" Baik Nona."

Janu menurut, tanpa tahu apa yang ada di kepala Esha. Ia tidak akan pernah tahu cara apa yang digunakan Esha untuk menghentikan Artan, Ferdy dan Remi kali ini. Dimana cara itu nantinya akan sedikit membuat Janu kerepotan karena dia akan jadi tameng yang dipilih Esha.

Melihat lobi yang dipenuhi oleh beberapa karyawan membuat Janu seketika meminta mereka untuk bubar. Perintah bubar langsung dilaksanakan tanpa harus diulang dua kali. Security yang ada di dalam diminta Esha untuk membuka pintu, namun security di luar diminta untuk menjauhkan mereka bertiga dari pintu terlebih dulu.

" Apa tidak apa-apa Nona?" Tanya si security.

" Nggak apa-apa Pak, aman kok."

Tanpa bertanya lagi penjaga keamanan tersebut membuka pintu. Disis lain Janu tersentak, pasalnya Esha menggamit lengannya, dan sejak detik itu muncul perasaan tidak nyaman. Janu memiliki firasat bahwa ada hal yang tidak mengenakkan akan terjadi padanya.

Tapi Janu hanya diam dan tidak bertanya apapun kepada Esha. Ia mengikuti langkah Esha menuju ke luar gedung untuk menemui tiga pria brengsek yang sudah mengacaukan hari karena membuat keributan.

" Esha, aku ke sini mau minta maaf Sha."

" Esha ... ."

" Esha .. ."

Artan, Ferdy dan Remi berebut untuk bicara dengan Esha. Namun sikap sigap penjaga keamanan membuat dinding pertahan di depan Esha dan Janu membuat mereka bertiga terdiam.

" Tck, kalian ini kenapa sih, bikin rusuh di tempat orang. Hellooooo, malu lah sama follower yang mengidola-idolakan kalian. Aku nggak tahu ya, kalau sampai kejadian kali ini masuk di media sosial. Aah aku tahu, palingan aku lagi kan yang dihujat dan kalian hanya bisa diam tanpa ada pembelaan. Pengecut, looser, munafik."

Memang seperti itu kejadiannya, selama ini jika ada ujaran buruk tentang Esha, mereka sama sekali tidak pernah melakukan pembelaan apapun. Seakan-akan menikmati semua itu. Narsistik personal disorder, agaknya ketiganya sama-sama memiliki syndrom itu.

" Esha, maafin aku, aku janji nggak bakalan gitu lagi. Aku bakalan bela kamu kalau ada yang jahatin kamu lagi," ucap Artan.

" Sha, sekarang juga aku bakalan bikin story kalau akulah penyebab kita putus. Aku bakalan bilang kalau aku lah yang salah dan kamu nggak salah apapun," imbuh Remi.

" Afah iyaaah. Cih, aku udah nggak peduli tuh kalian mau ngomong apa di sosmed. Nggak penting, dan asal kalian tahu. I have a new boyfriend, and we will get married someday. Jadi kalian harus pergi yang jauh dari kehidupan aku. Ingat ya, mantan itu sampah. Dan aku punya prinsip bahwa sampah yang aku buang nggak akan aku pungut lagi."

Para mantan itu terkejut melihat Esha menggenggam erat lengan Janu yang mereka tahu sebagai asisten pribadi Esha. Terlebih kata-kata Esha yang mengatakan bahwa pria itu adalah kekasihnya. Bukan hanya mereka, Janu pun terkejut dengan ucapan Esha itu. Bagaimana bisa Esha bicara dengan santai begitu perihal kekasih dan juga pernikahan.

" Haah, rupanya ini to perasaan nggak enak yang dari tadi aku rasain. Nona Muda, sebenarnya apa sih yang Anda inginkan. Dan kenapa harus aku yang jadi sasaran. Huft!"

TBC

Dicintai Nona Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang