Tidak Punya

40 2 0
                                    

Mobil yang dinaiki Esha semakin menjauh, lalu membaur dengan jalan raya. Mengikuti jajaran kendaraan lain yang memiliki tujuan masing-masing. Sedangkan Ferdy, ia masih mematung. Nampaknya ia terlalu syok terhadap sikap Esha. Waktu itu ketika dia datang ke rumah, ia pikir sikap dingin Esha hanya karena wanita itu tengah lelah atau sedang memilki pikiran yang berat. Tapi saat melihatnya sekarang, Ferdy menjadi yakin bahwa Esha memang bersikap dingin terhadap dirinya.

Bunga-bunga yang dulu Esha sukai, dan ia kirimkan waktu itu dikembalikan lagi padanya. Itu adalah salah satu tanda bahwa Esha memang sudah berubah.

" Sialaaaan, lalu sekarang aku harus gimana biar bisa dapetin dia lagi!"

Ferdy memijit kepalanya yang terasa berdenyut. Pemikirannya untuk kembali dekat dengan Esha tidak semudah bayangannya. Semua menjadi lebih sulit sekarang, karena Esha terlihat berubah. Ferdy menjadi kebingungan, dan yang akan ia lakukan hanyalah masuk ke dalam mobil dan kembali ke rumah.

Sebanyak apapun ia mencoba untuk memikirkannya, namun jalan keluarnya belum juga muncul. Tapi Ferdy tentu tidak akan menyerah dengan mudah. Esha adalah hal yang harus ia dapatkan.

Sungguh lucu, dia menganggap Esha sebagai sesuatu barang. Karena Ferdy beranggapan bahwa Esha akan menjadi jalannya untuk mendapatkan sesuatu. Sungguh pria yang buruk. Ia sama sekali tidak belajar dari masa lalu. Ia juga tidak bisa menilai dengan cermat serta menelaah bahwasanya keruntuhan kehidupan finansial nya  terjadi setelah ia berbuat buruk terhadap Esha.

Ckiiit

Tap tap tap

Cekleek

" Gimana Fer, apa Esha mau sama kamu lagi."

" Tck, udah deh Ma, jangan bikin aku pusing. Esha Esha Esha terus dari kemarin. Mama emangnya nggak capek apa. Dulu pas aku sama Esha, Mama minta aku berhubungan sama wanita lain hanya karena dia anak pejabat. Tapi sekarang Mama bilang aku kudu deketin Esha lagi."

" Halah, jangan bicara kayak gitu. Jangan sok-sokan ngerasa kamu dituntut sama Mama. Kamu kan juga suka sama wanita itu, dan nyatanya kamu duluan yang bikin dia hamil meskipun pada akhirnya anak kamu tidak selamat."

Ferdy membuang nafasnya kasar. Berdebat dengan ibunya selalu membuatnya naik darah. Ia menganggap bahwa wanita paruh baya itu hanya selalu menuntut tanpa mencari solusi terbaik dari setiap masalah yang mereka alami. Bahkan ketika dirinya diceraikan oleh mantan istrinya, sang ibu juga hanya bersikap acuh.

Pada akhirnya pria itu memilih untuk masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan si ibu yang masih tampak kesal karena tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.

" Dasar anak nggak ada guna. Haah, lalu aku harus apa. Apa aku coba bujuk aja Nyonya Cilla ya?"

***

Dewantara Internasional School/DIS

Esha bersama Janu baru saja sampai di tempat parkir, dan dia tidak menyangka bahwa dirinya akan bertemu dengan sang sepupu di sana. Ravindra Faiwas William, dia adalah kakak sepupunya. Ravi adalah anak dari Charles dan Rinjani, ia juga akan jadi pembicara di DIS bersama Nataya Giandra Lagford dan Yasa Naratama Dwilaga.

Mereka sengaja di datangkan untuk berbicara tentang profesi yang mereka tengah jalani. Tentu saja ini menjadi salah satu acara yang akan menyenangkan. Seharusnya ada Nandita Jyotika Lagford, seorang letnan kolonel, namun ia tidak bisa hadir karena bertepatan dengan tugas luar daerah.

Karena mereka sudah saling mengenal dan juga istri dari Nataya juga merupakan Direktur Utama DIS, maka suasananya terasa hangat dan sama sekali tidak tegang. Para siswa juga menikmati setiap pembicaraan dari masing-masing mereka. Dan diantaranya pun langsung berkeinginan untuk mengikuti profesi salah satu dari mereka. Dari dokter, dosen, direktur dan CEO, sungguh profesi yang sangat inspiratif bagi para murid di DIS.

" Jadi, ini adalah orang yang 'menjagamu' dari para bajingan itu!" tanya Ravi. Ia sengaja menemui adik sepupunya itu setalah acara talk show selesai.

" Dia aspri Bang asisten pribadi, bukan pengawal. Pasti Bang Ekhtan cerita macem-macem sama Abang ya."

Esha menatap Ravi dengan tatapan menyelidik. Tapi Ravi tampak tenang, pasalnya bagi Ravi, Esha juga adlah adik perempuannya. Adik kandungnya laki-laki, jadi Ravi menjadi begitu sayang kepada Esha karena tidak memiliki adik perempuan.

" Ya kalau Ekhtan cerita emangnya kenapa? Ya nggak masalah kan. Kamu tuh lho udah dibilangin buat hati-hati, jangan percaya sama tampang. Di rumah, di sekitarmu kan banyak cowok ganteng, kok ya kamu masih bisa lho tergoda sama model laki macam begitu."

" Stttt, udah deh Bang. Iya iya aku tahu salah, udeh ya ngomelnya. Aku duluan ya, masih ada yang harus aku kerjain setelah ini. Dadah Abang Raviiii."

Dengan langkah cepat sambil menggandeng tangan Janu, Esha meninggalkan Ravi yang terlihat masih ingin bicara banyak. Tentu saja Esha tahu bahwasannya Ravi masih ingin berbincang, namun dia memilih untuk melarikan diri. Ia tidak ingin mendapat ceramah lebih lama dan panjang. Pasalnya Ravi lebih bawel dari pada Ekhtan yang merupakan kakak kandungnya. Meskipun demikian, Esha tahu bahwa itu lagi-lagi bentuk kepedulian dan kasih sayang dari kakak sepupunya.

" Haaah, akhirnya bisa lepas juga."

" Apa kita akan kembali ke perusahaan, Nona?"

" Makan dulu aja deh, laper."

Janu menganggukkan kepala tanpa banyak bertanya. Jika Esha berkata ingin makan, nanti biasa Esha akan menunjukkan sendiri dimana tempat makan yang akan mereka datangi.

Sepanjang jalan, tidak ada kata yang keluar dari bibir keduanya. Janu tengah fokus dengan mengemudikan mobil sedangkan Esha sedari tadi terus mengamati Janu dari belakang.

Dilihat dari manapun Janu memanglah pria tampan tanpa cacat. Setidaknya itulah yang terlihat dari tampilan luar dari Janu.

" Apa ada yang ingin Anda katakan kepada saya, Nona Muda?"

" Tck, peka banget sih."

Sebuah gerutuan yang pertama keluar dari bibir Esha. Ia semakin yakin bahwa Janu ini memiliki basic seorang pengawal, karena hanya diperhatikan begitu saja pria tersebut langsung menyadari.

Ya sebenarnya bagaimanapun Janu akan tetap sadar karena apa yang Esha lakukan terlihat dari kaca spion depan.

" Aku hanya penasaran aja sih, apa kamu punya pacar? Terus kamu tinggal sama siapa? Terus orang tuamu dimana? Setelah aku pikir-pikir, aku sama sekali nggak tahu tentang kamu."

Janu terdiam untuk sesaat, lebih tepatnya dia terkejut mendengar serentetan pertanyaan dari Esha. Selama ini tidak ada orang yang bertanya demikian kecuali orang terdekatnya. Semua rekan kerja di Linford Transportation, ya hanya sebatas teman kerja tanpa pernah bertanya hal pribadi karena dia pun juga demikian.

" Ehmm, kalau nggak mau jawab nggak pa-pa kok."

" Saya tidak punya pacar, saya tinggal sendiri, dan saya tidak punya orang tua. Saya sudah yatim piatu sejak kecil. Bahkan saya tidak tahu siapa orang tua yang telah membuat saya terlahir di dunia ini."

" Aaah begitu, maaf aku nggak maksud."

Sebuah gelengan kepala dilakukan oleh Janu yang berarti bahwa ia tidak masalah dengan pertanyaan Esha. Malah dia tersenyum, senyuman tulus seakan-akan sebagai sebuah ungkapan terimakasih karena bertanya tentang dirinya yang selama ini belum pernah ia ceritakan terhadap orang lain.

" Anda tidak perlu minta maaf Nona. Saya tidak apa-apa, karena itu memang keadaan saya yang sebenarnya."

TBC

Dicintai Nona Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang