Butuh waktu bagi Janu untuk memenangkan dirinya dan mencerna apa yang terjadi. Meskipun benar dia tidak peduli dengan asal usulnya tapi itu semua tidak serta merta membuatnya acuh.
Janu adalah pria yang cerdas, beberapa prediksi pun ia buat sehingga diputuskan untuk tidak gegabah memanggil bantuan dari Silvya. Kekuatan wanita yang bernama Lovisa itu bukanlah abal-abal. Janu tadi sempat melihat sekeliling, terdapat banyak kamera pengawas dan juga penjaga bayangan di area tempat itu.
" Ini nggak akan mudah. Dan nggak mudah juga buat bisa pulang cepet. Haaah Nona, semoga dua buaya itu nggak ganggu Nona."
Bukan dirinya yang Janu khawatirkan, melainkan Esha. Saat ini semua pikirannya tertuju kepada Esha. Mulai dari bagaimana Esha nanti bekerja hingga bagaimana jika para pengganggu itu datang. Janu sungguh tidak tenang, tapi dia tetap harus bisa berpikir jernih untuk saat ini.
" Nyonya Silvya ... ."
" Jan, gimana kabarmu?"
" Tidak buruk tapi juga tidak baik. Anda pasti tahu kan dimana saya?"
Diseberang sana Silvya tersenyum simpul. Bagaimanapun darah yang mengalir pada tubuh Janu adalah darah bangsawan yang memiliki karakteristiknya sendiri. Pemikiran cepat, intuisi yang tajam dan celah sempit pun mampu dia ketahui.
Silvya juga sudah bisa mengira kalau Janu tahu tentang campur tangan dirinya atas pencariannya selama ini.
" Apa Nyonya sudah tahu semuanya?"
" Nggak sih, aku belum tahu sampai mereka mendatangiku. Aku harap kamu nggak marah Jan, aku cuma mau kamu menyelesaikan masa lalu mu. Karena jika bukan sekarang, maka nanti pun mereka akan datang. Lebih cepat akan lebih baik."
Tidak ada yang salah dengan ucapan Silvya, semuanya benar-benar adanya. Dan mungkin saat ini adalah saat yang tepat bagi Janu untuk bertemu dengan semua hal yang berkaitan dengan masa lalu serta asal-usulnya.
" Baiklah Nyonya, terimakasih. Dan saya harap Anda akan membantu saya jika saya memintanya nanti."
" Tentu saja, katakan waktunya dan aku akan langsung bergerak. Ah iya segera selesaikan Jan, karena dia terlampau cemas menunggumu."
Degh!
Janu sangat tahu siapa yang dikatakan oleh Silvya. Dia yang dimaksud itu pastilah Esha. Sehingga Janu sekarang menyadari bahwa wanita itu sungguh tulus mencintainya. Terlebih bagaimana nada bicara Esha waktu dia menelpon tadi, terdengar sangat jelas rasa cemas dan khawatirnya Esha terhadap dirinya.
Janu termenung sembari duduk di samping jendela dan melihat ke luar, saat ini dia seperti tuan putri yang tengah dikurung. Namun diamnya Janu tentu bukan hanya sekedar diam. Dia sedang menyusun sebuah rencana. Bukan hanya itu, dia juga mencari tahu tentang keluarga Aspenas dan Carpelan. Dia harus tahu sejarah dari dua keluarga yang merupakan nenek moyangnya itu.
" Waah beneran ada ternyata. Bangsawan ya, hmmm mungkin wanita tua itu bakalan ngelakuin hal yang sama seperti puluhan tahun silam lagi ke aku. Pernikahan politik, sampe kapan para bangsawan ini akan melakukan ini."
Tok! Tok! Tok!
" Tuan, waktunya Anda untuk makan siang. Nyonya Besar sudah menunggu di ruang perjamuan."
Fyuuuuh
Janu membuang nafasnya kasar, untuk saat ini dia akan melihat dengan benar apa yang sekiranya akan dilakukan oleh wanita yang mengaku sebagai neneknya itu.
Bagaimanapun juga dia saat ini hanya sendirian, sama sekali tidak punya kekuatan ataupun kekuasaan untuk melawan. Jatuhnya akan percuma jika dia memberontak sekarang ini. Yang ada malah dia sendiri yang akan rugi, setidaknya itu yang Janu pikirkan.
" Cucuku silakan duduk." Lovisa tersenyum lebar, sangat berbeda ekspresi wajahnya dari yang tadi pagi. Tapi Janu tidak menanggapi senyuman Lovisa itu, dia tetap konsisten dengan ekspresinya yang dingin dan datar.
Berbagai macam makanan tersaji di meja tapi Janu sama sekali tidak menyentuhnya, ia hanya menenggak air yang ada di gelas kristal.
“ Apa kamu tidak lapar, atau ini tidak sesuai dengan selera mu?”
" Saya punya memiliki sebuah keyakinan yang saya anut. Dalam agama saya, saya tidak bisa memakan makanan yang ada di meja ini karena beberapa makanan tidak diperbolehkan untuk dimakan. Dan saya juga tidak tahu adakah campuran zat yang juga tidak diperbolehkan dalam agama saya."
Lovisa mengangguk-anggukan kepalanya paham. Ia baru ingat bahwa kepercayaan yang dianut sang cucu berbeda dengan dirinya, dan dia juga sedikit tahu bahwa memang ada beberapa larangan tentang makanan di agama yang Janu anut.
" Baiklah maafkan Nenek karena kurang memerhatikan hal tersebut, makanlah buah-buahan ini dulu. Nanti aku akan minta koki untuk mencari makanan yang boleh kamu makan. Dan silakan masuk Nona, duduklah."
Klotak klotak klotak
Suara sepatu hak beradu dengan lantai sehingga bunyinya terdengar nyaring. Dalam suasana yang tenang dan sunyi itu, suara kursi ditarik pun terdengar sangat jelas.
" Selamat siang Nyonya Lovisa dan Tuan Muda Janu, perkenalkan nama saya Adelaide De Vios."TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dicintai Nona Muda
Romance" Jadilah suamiku!" " Maaf Nona, saya tidak berani." Janu Mahendra, pria berusia 25 tahun yang belum lama bekerja sebagai asisten pribadi Eshania Riulla Edmund dengan tenang dan ekspresi datar menolak dengan tegas keinginan nona nya. Track record Es...