Emang Dasar

91 3 0
                                    

Sudah lewat dua Minggu setelah kejadian Remi yang dipergoki tengah bercumbu dengan karyawannya, dan selama itu juga Remi selalu berusaha menemui Esha. Namun tentu saja tidak pernah berhasil. Penjagaan yang semakin ketat, bahkan di bagian security depan perusahaan sudah diberi peringatan untuk tidak mengizinkan pria bernama Remi untuk masuk.

Remi jelas frustasi, kabar gagalnya pertunangannya dengan Esha sudah menyebar. Hal itu mengakibatkan banyaknya investor mundur juga.

" Bangsaaat, kenapa sih. Kenapa harus ketahuan. Selama ini semua aman-aman aja. Sialan, kalau saja wanita itu nggak sok jual maha aku nggak bakalan juga nyentuh wanita lain. Arghhh."

Nah kan, pria model seperti ini memang tidak layak untuk dicintai. Dia sama sekali tidak merasa bersalah karena sudah berselingkuh dan malah melemparkan alasannya kepada pihak lain. Sungguh sangat brengsek bukan? Dan jelas sekali bahwa Remi tidaklah tulus berhubungan dengan Esha. Tersirat dari apa yang ia katakan tadi bahwa ia mengambil keuntungan dari hubungan mereka selama ini.

Kekesalan Remi semakin menjadi ketika ada beberapa netizen yang mengomentari tentang perpisahannya. Ya, tidak semua netizen menjadi pemuja Remi. Ada diantara mereka yang berkomentar buruk juga tentang pria itu.

Tok! Tok! Tok!

" Pak, ini saya."

" Masuk!

Seorang wanita masuk ke dalam ruangannya, dan tanpa banyak berkata wanita itu langung memeluk Remi dari belakang. Ia menghirup kuat-kuat bau Remi dengan hidungnya. Bukan hanya itu, tangan si wanita sudah bergerilya di dada Remi, menyentuh dada bidang dan perut Remi yang terbentuk sempurna.

Remi tentu memiliki badan yang bagus, dia rajin melakukan olah raga untuk membentuk badannya tersebut. Jadi bukan hanya sekedar wajah saja yang menawan, namun tubuhnya berbanding lurus dengan wajah sehingga tampilannya sempurna. Maka dari itu banyak sekali wanita di dunia Maya yang mengidolakannya.

" Haaah, aku lagi nggak mood Selin."

" Apa Bapak tahu, untuk menghilangkan pikiran yang penat dan juga lelah, cara seperti ini akan lebih baik. Lihat kan, tubuh bapak bereaksi lebih jujur dari pada bibir Bapak."

" Ughh, sial. Kamu selalu pinter buat nyenengin aku."

Remi langung menjatuhkan Selin, wanita yang tempo hari dipergoki oleh Esha. Ia merupakan salah satu karyawan Remi sekaligus mainannya. Entahlah, bukan hanya satu atau dua saja karyawan wanita yang bermain dengan Remi selama ini, namun mereka tampak senang dan bahkan menikmati.

Satu persatu kancing kemeja Selin sudah terlepas, menampilkan dada nan sintal yang membuat Remi berkali-kali mengerjapkan matanya. Pria itu memang selalu menyukai hal-hal demikian, terlebih Selin, wanita tersebut selalu berani menggodanya lebih dulu.

Dari semua karyawan yang pernah bermain dengannya, hanya Selin yang ia nilai cukup berani dan memiliki tubuh paling bagus. Baik dada maupun bokongg, memang lebih berisi. Mungkin memang seperti itulah selera Remi sehingga Selin menjadi wanita paling lama yang ia 'kencani'.

" Kayaknya ukurannya tambah gede, hmmmmp."

" Ahhhh, Bapak bisa saja. Tapi seandainya pun iya, itu kan karena Bapak."

Selain mulai kehilangan dirinya, tubuhnya terasa melayang ketika Remi mulai bermain di dadanya menggunakan tangan dan mulut. Bukan tanpa alasan Selin melakukan ini semua, tentu saja banyak hal yang ia harapkan. Sedikit mengesampingkan bahwa Remi adalah seorang pria yang suka 'bermain', wanita itu berharap mendapatkan posisi yang tinggi yakni 'istri'.

" Ughhh, aku udah nggak tahan Sel."

" Kalau begitu, lakukan Pak. Dengan senang hati saya akan menerimanya, lagi pula pintu ruangan sudah saya kunci saat masuk."

Bibir Remi menyeringai, ia tentu tidak lagi menunggu lama. Dengan cepat ia menurunkan celana, mengangkat Selin dalam pangkuannya dan memulai hal yang selama ini dia nikmati bersama wanita itu.

Sebuah erangann menggema ketika Remi mendapatkan apa yang ia inginkan, di susul oleh Selin. Sungguh tidak tahu malu, orang bejat seperti Remi  mendambakan wanita seperti Eshania.

" Sialan, kalau aja wanita itu nggak sok suci. Ughhh, hah hah hah."

Remi teringat kepada Esha, padahal saat ini tubuhnya tengah menyatu dengan Selin. Tampak sekali wajah Selin yang muram ketika nama wanita lain disebut oleh Remi, namun dia bis menyembunyikannya dengan baik.

Sebenarnya bukan sekali ini Remi seperti itu, tidak jarang ketika tubuh pria itu mengungkung Selin, nama Esha keluar dari mulutnya. Ibarat kata, dia bermain dengan siapa namun yang disebut siapa.

Semua itu memang karena Remi menginginkan kontak fisik lebih terhadap Esha. Selama berpacaran dengan Esha, mereka tidak pernah skinship melebihi bergandengan tangan, cium pipi dan kening. Tiap kali Remi mengajak berciuman, Esha selalu menolak. Hal tersebut membuat Remi kesal, bukan seperti itu yang dia inginkan. Pada akhirnya Remi memilih untuk bermain di belakang Esha demi memuaskan hasratnya yang membuncah. Namun nama Esha selalu mewarnai setiap ia bergelung panas dengan wanita lain termasuk Selin.

" Tahan tahan, nggak apa-apa. Semua bakalan baik-baik aja. Aku akan dapetin Hati Pak Remi, dan ngehapus nama wanita itu dari kepala Pak Remi."

Selain bermonolog dalam hati, dengan posisi masih berada di atas tubuh Remi, ia memikirkan cara bagaimana untuk mendapatkan hati Remi sesegera mungkin. Dan saat ini, ia langung meraup bibir Remi. Selin ingin menghapus jejak nama Esha yang tadi diucapkan oleh Remi.

Babak kedua hendak dimulai, namun pintu ruangan Remi sudah diketuk dengan keras. Bukan hanya itu, teriakan dari luar menggema memanggil nama Remi dengan kasar. Hanya satu orang yang mampu melakukan itu, siapa lagi kalau bukan orang tua Remi.

" Bocah sialan! Buka pintunya, kamu lagi ngapain hah ngunci pintu siang-siang gini! REMI!!! BUKA PINTUNYA!" pekiknya. Terang saja Remi dan Selin kalang kabut. Remi segera bergegas merapikan celananya sedangkan Selin berlari ke kamar mandi untuk bersembunyi. Dia tidak ingin ketahuan oleh tuan besar, yakni ayah dari Remi. Jika itu terjadi maka habislah dirinya, karena Sopyan akan membuat dirinya menghilang dari perusahaan ini.

" Pa, kenapa sih teriak-teriak?" ucap Remi dengan tenang sambil membuka pintu.

" Kamu apa-apaan sih pakai ngunci pintu segala. Ada yang mau Papa omongin, kenapa kamu bisa putus sama Esha. Gila kamu ya Rem, wanita spek Esha kamu sia-sia begitu. Lalu gimana soal investor?"

Remi hanya mampu terdiam, dia tentu tidak tahu harus menjawab apa karena dia tidak tahu jawaban yang akan ia berikan kepada Sopyan.

" Soal putusnya kamu sama Esha papa nggak mau tahu dan nggak akan ikut campur, tapi kamu jelas harus bertanggungjawab perihal investor yang tiba-tiba kabur. Walaupun alasan mereka kabur Papa tahu. Ingat, selesaikan itu. Jika kamu nggak bisa, maka kamu nggak pantes mimpin perusahaan ini. Cam kan itu!"

Remi mengusap wajahnya kasar. Seketika leher belakangnya terasa sangat kaku dan pangkal hidungnya berdenyut. Pelepasan hasrat tadi hanyalah sementara menghilangkan pikiran kalutnya. Dan kini semua itu kembali karena memang harus diselesaikan.

" Sialan!"

TBC

Dicintai Nona Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang