Tanda Lahir

49 3 0
                                    

" Janu, ayo kita pergi berenang."
" Ya? Tiba-tiba berenang?"
Janu mengerutkan keningnya, ia melihat Esha dari kaca spion. Terlihat wajah nona mudanya itu sangat serius. Sehingga Janu memilih untuk diam dan menuruti keinginan Esha.
Sebuah hotel berbintang dipilih Janu, bukan hanya untuk sekedar menikmati kolam renangnya, Janu juga memesan kamar untuk Esha bisa beristirahat. Sepertinya hari ini Esha menjadi memiliki suasana hati yang buruk karena pertemuannya dengan Artan.
Padahal Janu pikir Esha sudah baik-baik saja. Tapi ternyata tidak, luka hati itu nyata adanya. Ia tidak berpikir bahwa semua itu akan selesai dengan cepat. Dan kini Janu pun mengerti bahwa Esha tak ubahnya seperti wanita pada umumnya yang juga bisa merasakan kegalauan karena putus cinta. Yang membedakan hanyalah Esha mampu menyimpannya sendiri.
Janu berkesimpulan seperti itu karena selama dia berada di sisi Esha, nona mudanya itu tidak terlihat memiliki teman dekat. Kecuali circle pertemanan keluarga mereka. Dan itu juga Esha tidak bercerita apapun tentang perasaan yang sebenarnya ia miliki.
Dikhianati bukanlah hal yang mudah untuk dilupakan begitu saja. Pastinya akan membekas. Ibarat luka, pasti akan tetapi terlihat meskipun rasa sakitnya sudah tidak terasa. Namun kenangan ketika mendapatkan luka itu tidak akan pernah bisa dilupakan.
" Jan, ikut masuk!"
" Ta~ ya baiklah. Tapi tunggu sebentar Nona. Saya akan mencari pakaian ganti lebih dulu."
Byuuuur
Ketika Janu membalikkan tubuhnya, Esha sudah melompat ke kolam renang dengan mengenakan pakaian lengkapnya. Tentu saja itu dilakukan karena Memnag mereka tidak membawa baju renang. Hanya saja yang menjadi heran adalah Esha memasukkan tubuhnya ke dalam air tanpa melepas jaket yang ia kenakan untuk olah raga.
Janu tidak mampu berkata-kata. Ia hanya bisa diam dan melakukan apa yang seharusnya dilakukannya. Yakni, ia mendatangi pihak hotel lalu menyewa seluruh kolam renang pagi itu setidaknya untuk 2 sampai 3 jam mendatang.
Setengah jam berlalu, Janu kembali dengan membawa beberapa paperbag yang berisi baju ganti untuk Esha dan tentu saja untuk dirinya dan juga makanan.
Sesuai keinginan Esha, Janu pun ikut terjun ke dalam kolam. Tapi pria itu tidak berenang, ia hanya mengawasi Esha yang meluncur kesana kemari. Beruntungnya Esha sudah melepaskan jaketnya itu.
" Phuaaaah, seger. Nih otak jadi bersih bersinar."
" Apa sudah cukup Nona? Jika sudah mari segera kembali ke rumah."
" Nggak, aku lagi nggak pengen pulang. Ayo kita jalan-jalan. Aah iya aku nggak bawa uang, aku pinjam uangmu dulu. Nanti ku ganti oke?"
Janu menghembuskan nafasnya pelan. Agaknya hari ini dia akan mengawal nona mudanya yang tengah galau dan gundah gulana layaknya ABG putus cinta. Tapi tidak mengapa, Janu tahu dan memaklumi akan hal tersebut.
" Jan, di punggungmu itu apa ya?"
" Aah ini. Saya juga tidak tahu Nona. Ini sudah ada sejak saya kecil."
Esha mendekat ke tempat Janu berada. Dia lalu melihat dengan seksama. Di punggung Janu tepatnya di bahu belakang sebelah kiri ada semacam tanda lag. Tapi hebatnya itu membentuk pola. Dan jika diamati secara seksama itu seperti gambar belati atau pedang.
" Kalau orang sekelebat lihat, kayak tato ya Jan."
" Benar Nona, saya juga nggak tahu. Dulu padahal tidak terlalu terlihat tapi semakin bertambahnya usia malah tanda lagi itu semakin jelas."
Esha mengangguk-anggukan kepalanya. Ia merasa bahwa tanda itu adalah sesuatu yang spesial. Tapi ia sendiri juga tidak tahu mengapa bisa berpikir demikian.
TBC

Dicintai Nona Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang