Tamu?

57 2 0
                                    

Hari ini berlangsung dengan baik, kunjungan ke pabrik tidak ada hambatan dan semuanya tidak ada masalah yang berarti. Pihak karyawan juga tidak ada yang mengeluh karena Darius memang memerhatikan kesejahteraan para karyawannya. Bahkan pimpinan utama MoonDrink saat ini memberlakukan cuti selama satu bulan bagi suami yang istrinya melahirkan. Sungguh hal yang jarang didapatkan pada perusahan lain.

" Hari ini cukup Jan, kita pulang ke rumah?"

" Baik Nona."

Esha mengerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, lehernya terasa kaku sehingga ia melakukan hal itu. Tentu saja apa yang dilakukan oleh Esha tertangkap mata. Saat ini mereka masih di sebuah ruangan yang diberikan oleh manajer pabrik untuk istirahat. Janu yang duduk di seberang Esha tiba-tiba bangun dan berjalan ke belakang Esha, ia lalu mengulurkan tangannya untuk memijat tengkuk wanita itu.

Awalnya Esha terkejut, tapi lambat laun ia menikmati setiap pijatan dari tangan Janu. Sebuah pujian pun ia utarakan kepada asisten pribadinya itu yang ternyata memiliki banyak bakat.

" Sepertinya Anda harus mulai olah raga Nona. Saya memerhatikan dari tadi, Anda sudah terlihat lelah padahal baru sebentar berkeliling pabrik. Berkali-kali Anda mengibaskan kaki Anda juga. Sebaiknya next kunjungan Anda menggunakan sepatu yang nyaman."

" Hmm, bener juga ya. Kayaknya aku emang kudu olah raga deh. Dan beneeeer bangeeet, huh kakiku sakit euy."

Esha melepaskan sepatu high heels nya. Ia lalu meminta Janu untuk berhenti memijat dan mengajak untuk segera pulang. Sebuah hal yang tidak diduga yakni Esha hendak berjalan tanpa sepatunya. Tentu saja Janu tidak membiarkan hal tersebut, ia kemudian berlari untuk mendapatkan sebuah sendal.

" Apa Anda benar-benar akan bertelanjang kaki begitu Nona?"

" Nggak masalah kok, soalnya beneran kakiku sakit pakai heels. Tapi makasih ya udah gercep nyari sendal."

Janu hanya mengangguk, sambil menenteng sepatu milik Esha, ia berjalan di sebelah Esha menuju ke luar pabrik. Rasanya ia sangat puas karena bisa melakukan hal yang baik untuk nona mudanya.

Meskipun sederhana tapi rupanya Esha sungguh mengapresiasi tindakan Janu yang cepat tanggap itu. Awalnya ia pikir keberadaan Janu di sisinya akan menjadi sesuatu yang percuma karena dirinya merasa bisa melakukannya sendiri. Namun siapa sangka adanya asisten pribadi menjadi hal yang bermanfaat, setidaknya Esha menjadi tidak sendirian.

Eshania Riulla Edmund, putri kedua Darius Edmund itu menempati posisi sebagai direktur utama di perusahaan MoonDrink. Ia dikenal sebagai wanita yang cerdas dan cekatan serta mandiri. Kepribadiannya juga tegas dan tidak jarang dikatai judes. Namun sebenarnya Esha memiliki hati yang baik dan juga lembut. Terlebih terhadap orang-orang yang dia sayangi. Maka dari itu terkadang dirinya tidak sadar sudah dimanfaatkan oleh para mantannya.

Bagaimanapun yang namanya manusia tidak ada sempurna dan pasti memiliki kelemahan. Dan ya, kelemahan Esha adalah terlalu mudah terhadap ucapan lembut dari pria tampan.

Ckiiit

Mobil yang dikendarai Janu berhenti tepat di depan rumah. Rumah itu masih tampak sepi karena memang mereka kembali lebih awal. Jadi selain Esha, penghuni yang lain belum pulang dari pekerjaan mereka.

" Kamu pulang aja Jan, aku mau istirahat."

Terlihat wajah Janu yang merasa tidak ingin meninggalkan Esha sendiri. Terlebih belum lama ini mantan pacar Esha sampai menemui Esha di depan perusahaan, jadi ada kemungkinan mereka akan muncul juga di rumah. Hal tersebut membuat Janu menjadi lebih waspada. Tugasnya bukan hanya sebagian asisten pribadi, tapi juga sebagai orang yang menjaga Esha.

" Saya akan di sini sampai Tuan, Nyonya atau Tuan Muda pulang," jawab Janu setelah ia diam untuk beberapa saat.

" Eeyyy, nggak perlu kali Jan. Aku cukup bisa jaga diri. Gini-gini paling nggak aku menguasai ilmu karate. Ya walau masih tingkat awal sih. Tapi aku bisa lah jaga diriku."

" Maaf Nona, saya tidak bisa memercayai Anda. Pasalnya, tadi Anda jalan memutari pabrik saja sudah lelah. Stamina Anda sungguh buruk. Dan saya yakin Anda sudah sangat lama tidak berlatih. Maka dari itu, saya tidak mau menanggung resiko."

Esha seketika langung memberengut, apa yang dikatakan oleh Janu itu memang benar adanya. Dan akhirnya mau tidak mau ia membiarkan Janu untuk tetap tinggal. Padahal dia sungguh ingin bersantai di rumah tanpa ada siapapun.

" Anda jangan merasa terganggu dengan adanya saya, silakan lakukan apa yang Anda mau lakukan."

Sambil duduk dengan tenang, Janu mengatakan hal tersebut. Sedangkan Esha, ia segera kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri dan menjalankan kewajiban agaknya. Beberapa saat kemudian, ia kembali keluar dari kamar. Esha baru ingat kalau mereka belum makan siang tadi, sehingga ia memutuskan untuk ke dapur dan membuat makanan.

Tidak banyak yang tahu, Esha yang dilihat dari luar sebagian wanita karir yang tampak hanya sibuk di perusahaan itu memiliki kemampuan memasak yang baik. Karena ia memang senang melakukan itu ketika memiliki waktu luang.

Sebelum masuk ke dapur, Esha lebih dulu mencari Janu yang tidak ada di tempat duduknya. Rupanya asisten pribadinya itu tengah berada di ruangan kecil yang memang difungsikan untuk tempat beribadah di rumah itu. Esha melihat Janu tampak khusyu dalam melakukan ibadahnya. Ini juga merupakan sisi lain yang belum pernah ia lihat dari sosok Janu.

Jika boleh jujur, dia sendiri pun terkadang masih suka tidak penuh dalam beribadah, terlebih ketika bersama dengan pacar-pacarnya dulu. Esha tidak pernah melihat para mantannya itu melakukan kewajiban agamanya. Mengapa Esha bisa berkata demikian, karena ketika ia dan bekas pacarnya itu pergi, tidak pernah sekalipun baik Remi, Artan atupun Ferdy yang menjalankan kewajiban agama mereka meskipun sudah masuk waktunya.

" Woaaah, memang beneran salah nyari pacar aku dulu tuh. Kok ya bisa gitu lho, aku kepincut sama cowok-cowok model mereka. Haisssh, tobat Sha Esha. Cowok ganteng nggak selamanya oke dalam banyak hal. Tapi jika baik dalam banyak hal dan ganteng ya tetap nggak nolak. Alaaaah, apaan sih."

Esha menggelengkan kepalanya sambil menepuk kedua pipinya dengan tangan. Ia lalu bergegas menuju ke dapur untuk membuat makanan. Dan ya, ia sangat menikmati setiap momen menyiapkan bahan makanan lalu memasaknya.

Ketika dia sedang bersemangatnya mengolah bahan makanan, Esha mendengar bel pintu berbunyi. Ia melihat ke arah jam yang menggantung di dinding, ini adalah waktu yang masih awal untuk keluarganya pulang ke rumah. Dan dia juga tidak punya janji untuk bertemu seseorang.

" Biar saya saja Nona yang melihatnya."

" Okeee, tolong ya Jan."

Janu menganggukkan kepala, ia segera menuju ke depan karena sepetinya si tamu tidak cukup sabar menunggu di bukakan pintu oleh sang tuan rumah.

Cekleeek

" Siapa kamu, mana Esha?"

TBC

Dicintai Nona Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang