Dan hari itu tidak berakhir pada permasalahan kemeja saja. Segala macam hal kecil seperti tatanan rambut, dasi, dan parfum dibahas oleh Esha. Esha menginginkan Janu tampil seperti apa yang dia inginkan. Sebuah peringatan dari Esha bahwa setiap hari Janu harus bertanya kepada Esha mengenakan pakaian warna apa, karena pria itu harus menyesuaikannya. Janu sungguh dibuat pusing dengan nonanya itu. Tapi mau tidak mau dia harus mengikutinya.
" Semua ini nanti aku yang akan bayar, jadi kamu nggak usah bingung. Sebagai asisten pribadiku kamu harus perfect, jangan sampai ada yang menghujatmu. Aku nggak mau ada yang menghina orang ku, ngerti!"
" Baik Nona, sesuai perintah Anda."
Janu pasrah, wajahnya sudah cukup lelah karena seharian ini berkeliling di pusat perbelanjaan bersama Esha. Jika boleh memilih, dia lebih baik lari berkilo-kilo meter dari pada mengikuti wanita itu berbelanja. Rasanya tidak pernah cukup dan selesai, ada saja yang membuat Esha tidak puas ketika memasuki sebuah toko sehingga ia akan pergi ke toko lainnya.
Berbeda dengan Janu, Esha sangat menikmati hari ini. Dia menikmati setiap momen mengerjai Janu. Ini seperti hiburan baginya.
Rasa sesak dan sedih akibat putusnya dia dengan Remi, tersamarkan oleh kegiatannya mengerjai asisten pribadinya yang baru. Terlebih Janu juga tidak protes. Ya bagaimana mau protes, mau bagaimanapun Esha adalah atasan yang harus diikuti kata-katanya.
" Ughh hari ini beneran menyenangkan. Janu, kita makan dulu. Kamu suka makan apa?"
" Ya?"
Janu tersentak, selama ini tidak pernah ada yang menanyakan perihal apa yang dia sukai. Dan Esha melakukannya. Padahal dia pasti akan menurut ketika Esha masuk ke dalam tempat makan apapun asalkan berlabel halal. Ia juga tidak akan menolak makanan yang diberikan asalkan itu masih bisa dimakan oleh mulutnya.
" Saya ikut saja Nona?"
" Jangan gitu, kamu udah seharian ini ngikutin apa mau aku, jadi sekarang kamu kemukakan apa yang kamu mau."
" Ya baiklah, saya mau makan di situ saja."
Janu menunjukan salah satu tempat makan yang ada di pusat perbelanjaan. Esha mendadak diam, bukan tanpa alasan wanita itu begitu. Tempat makanan yang baru saja Janu tunjuk adalah tempat makan yang biasanya ia datangi bersama Artan, mantan pacarnya yang kedua.
Akan tetapi Esha tentu tidak ingin menolak permintaan Janu, terlebih tadi dia sendiri yang bilang mau mengikuti apa yang Janu inginkan. Ia harus bertanggungjawab terhadap ucapannya sendiri.
" Ada apa Nona, apa Nona tidak suka makan disitu?"
" Bukan, aku suka kok. Aku nggak ada masalah, lagian aku juga nggak pilih-pilih makanan. Ayo segera masuk dan pesan, aku juga udah laper."
Esha melenggang masuk ke tempat makan terlebih dulu. Rupanya beberapa karyawan masih mengingat Esha, mereka menyapa Esha dengan ramah. Tapi menurut mata Janu, ada beberapa diantara mereka yang memberikan tatapan tidak suka kepada Esha.
Janu menyadari akan hal itu saat Esha sudah mengambil tempat duduk. Bahkan Janu merasa tatapan mereka sungguh mengganggu.
" Kalau Anda tidak nyaman, kita bisa pergi ke tempat lain Nona," ucapnya tenang namun Janu sudah bersiap untuk beranjak dari tempat duduk.
" Nggak perlu, aku udah biasa dapat tatapan begitu. Santai aja Janu, lagian aku nggak pernah ngusik mereka. Aku hidup tanpa bergantung sama mereka kok, jadi apa yang perlu dikhawatirin?" jawab Esha dengan begitu tenang.
Mendengar ucapan Esha membuat Janu mengerti bahwa wanita yang saat ini adi atasannya itu tidak peduli dengan pandangan orang. Ia juga mengetahui bahwa Esha tidak mau ambil pusing terhadap apa yang orang bicarakan tentang dirinya. Ini adalah hal yang baik tapi juga tidak selalu baik, karena Esha akan dianggap semakin buruk di luaran nantinya.
Meski begitu, Janu tidak ada kewajiban ataupun hak untuk menasehati Esha. Yang pasti, apa yang saat ini dialami dan dirasakan oleh Esha dia tidak tahu dengan jelas dan pasti.
" Ohoo, siapa lagi kali ini Eshania? Gandengan baru lagi hmm?"
Esha yang tengah menyuapkan makanan ke dalam mulutnya seketika meletakkan sendok nya di meja dengan keras sehingga menimbulkan suara. Sering pria berdiri di sebelah kursi Esha sambil melipat kedua tangannya. Pandangan matanya sinis dengan senyuman meremehkan.
Esha semakin kesal ketika pria itu menarik kursi dan duduk di sebelahnya. Janu yang langung tahu siapa pria itu hendak berdiri dan menyingkirkannya. Namun kode tangan dari Esha membuat Janu kembali duduk.
" Kamu mau apa Artan, ngapain kamu di sini? Buat selera makan ku ilang tahu nggak?" ucap Esha dengan nada ketus.
Tapi bukannya sadar diri, Artan malah tersenyum lebar ke arah Esha sehingga membuat wanita itu semakin kesal. Terlebih dengan tidak tahu malu Artan mengambil makanan Esha melalui sendok yang tadi dipakai Esha.
Melihat hal itu Janu sudah tidak bisa diam, dia langung mengambil tangan Ertan dengan kasar dan menariknya sehingga tubuh pria itu menjauh dari Esha.
" Jangan bersikap tidak sopan Tuan, bagaimanapun kami sekarang sedang makan. Anda bukan orang yang tidak mempunyai adab kan?"
" Hohoho setelah ku lihat, ternyata hubungan kalian bukan kekasih melainkan anjing dan majikannya. Esha, dimana kamu dapat anjing yang begini patuh. Aku juga mau satu."
Plak!
Tangan Esha melayang ke pipi Artan. Sungguh hal yang tidak pernah Artan duga, pria itu tampak sangat terkejut. Dan suasana tempat makan itu pun menjadi tegang terlebih wajah Artan menjadi sangat marah saat ini.
Satu hal yang tidak pernah Esha lakukan kepadanya, bahkan ketika dia ketahuan menipu pun Esha tidak sampai seperti itu. Tapi kali ini Esha terlhat sangat marah dengan apa yang baru saja ia katakan.
" Kau gila ya Sha, aku hanya bilang kayak gitu aja kamu malah jadi nampar aku!" pekik Artan keras.
" Dengarkan Tuan Artan yang terhormat, dia punya nama. Namanya Janu, dan Janu adalah orangku. Jika kamu berani berkata buruk kepada orang ku, maka berarti kamu juga berkata buruk kepadaku. Haah, emang kamu itu dari dulu sampah."
Setelah mengatakan itu, Esha langung pergi sambil menarik tangan Janu. Janu yang masih speechless dengan pembelaan Esha itu hanya menurut saja. Dan Esha mengatakan kepada karyawan tempat makan itu akan mengirim orang untuk membayar makanan yang sudah ia pesan. Ia tidak ingin berlama-lama ditempat yang sama dengan Artan.
" Dasar bedebah, nggak bosen apa dia jadi sampah terus. Sekali sampah tetep aja sampah. Cih."
Esha masih terlihat kesal, sepanjang jalan menuju ke mobil dia terus mengomel tanpa melepaskan tangannya dari tangan Janu. Sedangkan Janu, dia memilih diam membiarkan nona mudanya meluapkan kekesalan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dicintai Nona Muda
Romance" Jadilah suamiku!" " Maaf Nona, saya tidak berani." Janu Mahendra, pria berusia 25 tahun yang belum lama bekerja sebagai asisten pribadi Eshania Riulla Edmund dengan tenang dan ekspresi datar menolak dengan tegas keinginan nona nya. Track record Es...