Jalur

56 2 0
                                    

" Kenapa Nona membela saya waktu itu?"

" Tck Januuu, please deh nggak usah tanya tentang itu lagi. Dari beberapa waktu yang lalu kamu tuh nanyain ituuu muluuuu. Bosen tahu dengernya."

Lewat beberapa hari setelah kejadian Esha menampar Artan, Janu kembali menanyakan perihal mengapa Esha melakukan itu untuknya. Entahlah, Janu merasa harus mengonfirmasi hal tersebut. Terbiasa mendapatkan sesuatu yang harus ada bayarannya, pria itu merasa bahwa perbuatan Esha membela dirinya pun juga bukanlah sekedarnya. Ia merasa ada alasan yang jelas mengapa sang nona melakukan itu.

Selama hidup 25 tahun, Janu sama sekali tidak mengenal kasih dan sayang. Yang ia lakukan adalah take and give, yakni menerima dan memberi. Semua yang terjadi dalam hidupnya memang seperti itu. Jika dia menerima maka dia harus memberi. Janu sungguh berprinsip demikian.

Maka dari itu, ia tidak menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh Esha adalah sebuah tindakan ketulusan. Ia juga beranggapan bahwa Esha pasti melakukan itu untuk mendapat balasan suatu hari nanti.

" Tapi saya masih ingin mendapat alasan yang pasti Nona. Karena apa yang Nona lakukan jelas bisa mencoreng reputasi Nona jika hal waktu itu tersebar di media sosial."

" Haaah anak ini bener-bener deh. Oke-oke aku jawab, karena kamu ganteng. Aku nggak tega lihat orang ganteng dihina begitu, buset deh wajah ganteng memesona begini dikatain anjing. Kalau inget pengen aku kruwes tuh mulutnya."

" Ya?"

Mata Janu seketika membelalak mendengar jawaban Esha. Itu adalah jawaban yang sama sekali tidak terpikirkan di kepala. Ia pikir Esha akan menjawab 'kamu adalah pegawaiku, jadi harus ku bela karena kamu akan bermanfaat ke depannya' atau ' itu adalah sebuah hutang yang harus kamu bayar dengan kesetiaan' atau mungkin ' ya sudah sewajarnya kamu ku bela, agar kamu juga membelaku jika ada sesuatu nanti ke depannya'. Kalimat-kalimat itulah yang Janu rasa akan keluar dari mulut Esha, tapi ternyata salah.

Secara tidak langsung Esha tengah memuji Janu, padahal ia tidak berekspektasi tinggi terhadap dirinya sendiri. Akan tetapi Esha berkata dengan gamblang bahwa pria itu tampan dan menawan. Sesaat Janu merasa malu, tapi otaknya kembali berpikir secara rasional. Dimana Janu belum mengetahui bahwa Esha memanglah penggemar pria wajah tampan.

Ya, itu adalah hal yang sudah keluarganya ketahui juga circle pertemanan keluarga. Esha, wanita itu tidak akan ragu memuji siapapun jika itu pria tampan. Bukan hanya di dunia nyata, di dunia Maya pun ia memiliki banyak sekali idola. Sudah berusia 27 tahun, tapi kegemaran Esha adalah membaca komik dari Jepang dan Korea dimana banyak art style  pria-pria tampan.

Esha adalah definisi mencintai dengan melihat cover lebih dulu. Ya tidak ada yang salah sih dengan hal tersebut karena itu adalah hak setiap orang. Mau menyukai dan mencintai lewat jalur apa, hanya saja Esha tidak pernah beruntung dengan jalur itu.  Namun dia tetap wanita yang realistis, jika disakiti maka tidak akan menjadi buta walaupun harus melalui tiga kejadian lebih dulu.

" Udah kan, udah dijawab kan. Nah sekarang ayo kita keluar memeriksa pabrik. Hari ini jadwal kunjungan ke pabrik. Daddy sama Abang lagi nggak bisa karena mereka berdua lagi ngurus sesuatu, jadi sekarang aku yang diminta ke sana."

" Baik Nona."

Janu menghela nafasnya, jawaban yang diberikan oleh Esha sebenarnya tidak memuaskan baginya. Tapi biarlah, mungkin memang seperti itu yang ada dalam kepala Esha.

Klotak klotak klotak

Dua orang berjalan dengan anggun keluar dari ruangan, Esha berjalan beriringan dengan Janu. Keduanya tampak serasi, ya bagaimana tidak serasi Janu sungguh menyesuaikan pakaian Esha. Seperti keinginan Esha tempo hari bahwa mereka harus mengenakan pakaian yang matching.

Bukan hanya pakaiannya saja sebenarnya, tapi wajah keduanya yang tampan dan cantik membuat karyawan perusaan MoonDrink pun mengakui bahwa nona ,Uda dan asistennya itu malah terlihat seperti pasangan.

" Jangan peduliin tatapan dan omongan orang."

" Baik Nona, sesuai perintah Anda."

Pada dasarnya Janu sama sekali tidak peduli dengan apa yang orang-orang katakan tentang dirinya. Namun tentu dia tidak bisa mengabaikan jika ada yang bicara buruk terhadap Esha. Bagaimanapun saat ini Esha adalah nona yang ia layani, dan sebuah tanggungjawab bagi Janu untuk membuat Esha tidak jadi bahan gunjingan.

Seperti sekarang ini, ketika hendak masuk ke dalam mobil seseorang mendekat hendak menarik tangan Esha. Meskipun Janu belum pernah bertemu dengan orang itu sebelumnya, namun dia langung tahu siapa dia.

" Maaf, ada keperluan apa Anda di sini. Sepertinya Anda Tidka punya janji dengan Nona Esha."

" Esha, siapa dia. Berani-beraninya bicara nggak sopan sama aku!"

" Hadeeeh, kamu kali yang nggak sopan Rem. Apa yang dikatakan Janu bener kok. Dia adalah asisten pribadiku, jadi dia tahu persis siapa yang harus aku temui hari ini. Tuan Remi yang terhormat, jika Anda tidak membuat janji dengan asisten saya ini, maka berarti Anda tidak bisa bertemu dengan saya."

" Apa?"

Remi, pria itulah yang datang menghampiri Esha. Ia hendak menarik tangan Esha namun berhasil dihadang oleh Janu. Saat ini bahkan Janu berdiri tepat di depan Esha guna melindungi nona nya itu.

Sedangkan Remi, dia nampak kesal dan marah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Esha. Dia juga heran, sejak kapan Esha memiliki asisten pribadi seperti ini. Terlebih pria itu tampak tampan dan gagah, benar-benar seperti selera Esha.

" Kamu kok gitu sih Sha, aku kan pacar kamu. Masa ketemu kamu aja harus bikin janji." Sungguh tidak tahu malu bukan? Remi masih mengganggap hubungannya dengan Esha belum berakhir dan dengan lantang mengatakan bahwa dia adalah kekasih Esha.

" Oh helloooo, gila aja gue masih mau pacaran laki model kek elo gini. Sorry to say ya, gue masih bisa dapetin cowok yang lebih dari tukang celap celup nggak jelas kayak Lo. Jijik tahu nggak gue, bisa-bisa gue kena penyakit kalau bisa beneran nikah sama Lo. Amit-amit jabang bayi, najis sumpah."

Agaknya apa yang dikatakan oleh Esha kali ini adalah ungkapan hatinya dia yang dipendam saat memergoki Remi waktu itu. Meskipun kala itu Remi belum sampai menyatu dengan si wanita, tapi Esha yakin bahwa selama ini Remi memanglah pria bejat nan brengsek yang menganggap hubungan seks sebelum menikah adalah hal yang wajar dan lumrah.

Sebenarnya dari kejadian Remi, Esha bersyukur karena terselamatkan oleh pria semacam itu. Melihat dengan mata dan kepalanya sendiri bagaimana Remi mendesahh dibawah seorang wanita membuat perutnya bergejolak. Rasa mual karena jijik seketika langung menyerangnya.

" Esha! Kata-kata mu beneran udah ngehina aku tahu nggak!"

" Woaaah, iya kah. Huuu takuuuut, Daddy help ada yang marah. Tck, jangan sok bener dan suci Rem. Lo emang bangsat, dan sumpah ya gue nyesel pernah berharap bahwa Lo bakal jadi pria terakhir gue. Janu, ayo pergi. Aku eneg lihat muka pria bejat kayak dia."

" Baik Nona."

Janu membukakan pintu mobil, dan Esha langung masuk ke dalamnya diikuti oleh Janu. Dengan segera Janu melajukan mobil, meninggalkan Remi dengan wajah yang merah padam diselimuti kemarahan yang luar biasa.

" Apa nona tidak apa-apa?"

" Apa, aku? Nggak, aku nggak apa-apa. Aku malah lega dan puas, akhirnya aku bisa ngeluarin itu semua dalam hati. Jadi, nggak perlu khawatir. Dan ingat jangan laporin ini ke Daddy, mommy, ataupun Abang."

" Ya?"

TBC

Dicintai Nona Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang