Minimal Nge-blush

46 2 0
                                    

Hari libur berakhir, dan dimulai dengan awal pekan yang penuh dengan jadwal pekerjaan. Janu sudah berdiri di depan rumah dan tengah menunggu Esha untuk keluar.

Ia juga bertemu dengan Darius, Ekhtan dan Cilla. Rata-rata mereka mengatakan hal yang sama, yakni meminta untuk menjaga Esha dengan baik. Dan juga menghalau pria-pria brengsek yang ingin mendekati Esha.

Namun ada sebuah pesan yang sedikit berbeda, yakni dari Cilla. Wanita paruh baya itu berkata banyak sekali kepada Janu tentang Cilla. Dan poin utama yang Janu ambil adalah bahwa Esha adalah wanita yang lembut hatinya, ia tampak keras di luar karena bentuk perlindungan diri dari mulut jahat orang-orang terhadap dirinya.

Dan satu hal lagi, ia terkesan bodoh amat jika ada yang bicara buruk. Karena ia punya prinsip bahwa hidup adalah miliknya, dan orang lain yang berkomentar itu hanya penonton yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lagi pula percuma menjelaskan kepada orang yang memang sudah awal ,membenci. Jatuhnya percuma.

" Jadi, aku harap kamu bisa menjaga Esha saat kami sedang tidak bersamanya."

" Baik Nyonya, saya akan mengingat hal itu."

" Terimakasih Janu."

Degh!

Entah memang kebiasaan dari keluarga ini atau memang mereka memiliki sisi yang baik seperti ini, tapi ucapan terimakasih yang baru saja diucapkan Cilla membuat Janu merasa bergetar karena saking senangnya. Apa yang dia lakukan itu adalah tugas, dan ucapan terimakasih baginya sungguh tidak perlu. Tapi saat mendapatkannya, rasanya menjadi sangat lain. Janu tidak bisa mendeskripsikannya, tapi ia bisa merasakannya.

" Sudah menjadi tugas saya Nyonya," sahut Janu cepat.

" Ya baiklah, aku titip Esha ya Jan."

Cilla menjadi orang terakhir yang pergi setelah Darius dan Ekhtan. Keluarga itu memang terlihat sibuk, tapi mendengar apa yang mereka katakan tadi sepetinya mereka tetaplah keluarga yang harmonis dan memerhatikan satu sama lain. Dan ini membuktikan bahwa sebuah pekerjaan tidak menghalangi sebuah keluarga untuk tetap hangat.

Siapa yang tidak tahu tentang Darius dan Cilla, pasangan dari dua keluarga yang termasuk besar itu jelas memiliki kesibukan masing-masing. Tapi ternyata mereka tetaplah harmonis dan memikirkan apa yang terbaik untuk anak perempuan mereka.

Janu yakin, untuk menghilangkan barisan para mantan dari kota ini bukanlah hal yang sulit bagi Darius. Terlebih pria itu memilki hubungan yang baik dengan Silvya yang merupakan mantan ketua Mafia namun kiprahnya masih tetap berjalan hingga saat ini. Jadi, tentu bukan lah hal sulit. Namun Daris tidak melakukan itu karena menghormati keinginan putrinya.

Tak tak tak

Esha keluar paling akhir dari rumah itu. Entah apa yang ia kerjakan sebelumnya, tapi wanita itu terlihat membawa sebuah paper bag. Ketika sudah dekat dengan Janu, ia memberikan paper bag tersebut. " Ini, buat kamu sarapan. Kita harus langung ketemu klien jadi nggak kan sempet buat makan dulu nanti."

" Baik, terimakasih Nona."

Janu menerima dengan senang hati, meskipun begitu ekspresi wajahnya tetaplah datar. Dan sebenarnya dia sudah sarapan tadi di rumah, tapi tetap ia akan memakan makanan dari Esha. Nona nya itu sudah dengan baik hati membuatkannya, maka dari itu dia tidak harus menolaknya meskipun sebenarnya perutnya sudah diisi sebelumnya.

Pertemuan dengan klien berjalan lancar. Hanya satu jam saja semuanya sudah beres. Ini adalah sebuah kerja sama dimana MoonDrink akan jadi sponsor sebuah pertandingan bulutangkis. Event tersebut diadakan setahun sekali, dan baru tahun ini MoonDrink ikut serta.

Hal tersebut tentunya sudah dibicarakan sebelumnya dengan ayah dan abangnya, bahwa mereka akan mulai melakukan promosi yang lebih  mencakup skala lebih besar lagi. Dan menjadi sponsor dalam bidang olahraga menjadi peluang yang besar.

Esha dan Janu kembali ke kantor. Mereka terlihat begitu puas akan hasil rapat mereka tadi. Dengan wajah cerah Esha melenggang masuk ke ke dalam gedung bersama Janu. Tapi saat tiba di lobi, Esha dikejutkan dengan banyaknya buket bunga yang terdiri dari berbagai macam jenis dan warna.

" Apa-apaan ini! Kenapa ada banyak bunga di lobi, memangnya ada yang mau ngadain resepsi di sini?"

Drap drap drap

Beberapa orang yang terdiri dari security, resepsionis dan staf lainnya langung datang menghadap Esha. Wajah mereka sedikit pucat melihat Esha yang marah.

" Ma-maaf Nona Muda, bunga itu dikirimkan untuk Nona?"

" Apa?"

Esha tentu terkejut mendengarnya, ia pun hendak memeriksanya. Tapi Janu lebih dulu bergerak, ia membawa dua diantara bunga itu dan diberikan kepada Esha. Ada kartu di sana, dimana sebuah ucapan dan nama pengirimnya terlihat jelas.

" Brengsek, pria-pria itu bener-bener bikin pala ku pusing. Kamu, panggil kembali toko yang mengirim bunga ini. Dan kirimkan kembali ke pada orang yang memesan. Aku nggak akan menerima barang satu tangkai pun bunga yang ada di sini. Dalam waktu setengah jam lobi ini harus bersih. Huh!"

" Siap laksanakan!"

Tak tak tak

Suasana hati Esha seketika hancur. Padahal dia tadi sudah cukup merasa senang. Tapi semuanya menjadi mengesalkan karena ulah para mantan Esha. Ya, bunga-bunga itu dikirim oleh Remi, Artan dan Ferdy. Janu sudah memastikannya, dan nama ketiga pria itu ada pada buket bunga yang ada di lobi kantor.

Rasanya Esha ingin memukul wajah mereka dengan bunga-bunga itu. Tapi agaknya  sayang sekali tenaga dan emosinya jika harus berhadapan langsung dengan mereka.

Esha tidak habis pikir, bagaimana mereka bertiga bisa kompak sekali mengganggunya. Kemarin satu persatu muncul, dan hari ini mereka mengirim bunga  secara bersamaan. Sungguh membuat hati dan pikiran menjadi lelah.

" Melihat kejadian ini, sepertinya mereka tidak akan berhenti Nona."

" Ya, kamu bener Jan. Apa yang harus aku lakuin ya biar mereka berhenti ngegganggu kayak gini."

Esha terdiam sejenak, mencoba memikirkan apa yang akan ia lakukan kedepannya. Seperti yang dikatakan oleh Janu, bahwa mereka pasti akan terus mengganggunya. Dan pasti semakin ke sana akan semakin frontal lagi.

Wanita itu tiba-tiba terpikirkan sebuah cara. Ia menatap Janu dengan pandangan penuh arti yang membuat Janu bergidik. Tanpa bicara dan hanya menerbitkan senyuman, Janu sudah merasa bahwa apa yang ada di kepala sang nona muda pasti sesuatu yang akan membuatnya kerepotan.

" Janu, gimana kalau kamu jadi suamiku. Jadi menikah lah dengan ku."

" Haaah, maaf Nona saya tidak berani. Sudah, Anda jangan bercanda. Saya akan kembali ke ruangan saya, permisi."

Tak tak tak

Klaak

Janu langung pergi dari ruangan Esha untuk kembali ke ruangannya. Sedangkan Esha terus menatap punggung Janu hingga menghilang dari balik pintu.

" Tck, cepet banget nolaknya. Aseem, padahal aku harap dia bakalan deg-degan gitu. Minimal nge-blush kek. Haah. Dasar pria berhati dingin. Padahal kalau dia mau, aku beneran akan nikahin dia lho, eeeh laah. Otak mu ini Sha Esha, konslet kayaknya."

TBC

Dicintai Nona Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang