Tidak Mempan

34 2 0
                                    

" Eleeh, cewek pick me! Sok kecantikan, sok kaya, sombong pula."

" Rasain diputusin lagi kan. Lagian siapa yang tahan sama cewek kayak situ."

" Gue pun kalau jadi laki ogah banget punya pasangan kayak dia."

Suasana ditempat itu sangat ramai. Banyak orang yang ada di sana tapi semua berbicara buruk kepada Esha. Sedangkan Esha, dia sendirian meringkuk di tengah-tengah lingkaran manusia yang menatap tajam dan menghina ke arahnya.

Esha tidak bisa berkutik, ia hanya meringkuk di sana sambil menutupi telinga dengan kedua tangganya. Matanya terus mengeluarkan air mata, dan mulutnya menutup rapat. Esha tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Semua orang yang ada  saat ini berkata buruk kepadanya.

" Nona!"

Disaat semua orang menghujatnya, sebuah suara yang paling berbeda memanggilnya. Ia hendak menengadahkan kepala, tapi dirinya terlalu takut untuk melakukannya.

" Nona! Sadarlah! Nona!"

Suara itu kembali memanggilnya, tadinya terasa jauh tapi semakin lama semakin mendekat.

Greb

Esha tersentak saat kedua bahunya dipegang oleh si pemilik suara. Tubuhnya yang tadi bergetar lambat lain menjadi tenang. Ia pun memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya.

" Ya bagus, seperti itu. Lihatlah saya, tujukan pandangan Anda kepada saya. Jangan melihat ke arah lain dan dengarkan saya saja. Jangan dengarkan ucapan orang-orang itu. Nona, Anda tidak salah. Apa yang Anda lakukan sudah benar. Tidak akan ada orang yang berani menyentuh Anda. Keluarga Anda begitu menyayangi Anda. Jadi tidak ada yang akan bisa menyakiti Anda."

Greb!

Esha langung memeluk tubuh pria yang saat ini ada di depannya itu. Meskipun samar tapi dia bisa mengenali suara dan gesture tubuhnya. Benar, dia adalah Janu, pria yang belum lama ia kenal itu sekarang tengah menenangkan dirinya. Rasanya benar-benar tenang dan juga hangat.

" Nona, Anda sudah bangun?" Apa Anda mimpi buruk sampai-sampai Anda menangis?"

" Aah ... ."

Esha perlahan membuka matanya, ternyata semua itu hanya mimpi. Tapi intimidasi yang dilakukan oleh orang-orang tadi begitu nyata. Dan juga pelukan serta kata-kata Janu juga terasa nyata.

Perlahan Esha menghapus pipinya yang basah, ia lalu menegakkan punggungnya dan menatap Janu lekat-lekat.

" Ada apa Nona? Apa Nona merasa sakit, haruskan kita ke rumah sakit?"

" Jan, ayo nikah."

" Aaah baiklah tampaknya Nona sudah baik-baik saja, kalau gitu mari kita makan siang dulu Nona,"

Sreeet

Tap tap tap

Janu bangkit dari duduk lalu pergi menuju ke ruang makan. Sedangkan Esha berjalan cepat menyusul Janu. Ia tidak berhenti meminta Janu untuk menikah dengannya. Esha baru berhenti ketika Janu menyuapkan makanan ke mulut Esha. Sepertinya Janu sudah tidak tahan mendengar Esha yang bicara demikian.

" Janu, aku serius," ucap Esha lagi setelah ia menelan makanan yang tadi Janu siapkan.

" Saya juga serius Nona, serius menolak permintaan Anda."

Esha memberengut, bibirnya sudah maju setidaknya lima senti untuk saat ini. Ia tahu bahwa dirinya akan kembali di acuhkan oleh Janu setiap mengatakan perihal pernikahan. Tanpa ia sendiri sadari bahwa permintaanya terhadap Janu sungguh benar adanya. Ya, ia sungguh-sungguh menginginkan Janu sebagai suaminya. Entah mengapa hal tersebut bisa terjadi, tapi memang seperti itulah sebenarnya. Maka dari itu Esha tidak akan berhenti untuk terus mengatakannya.

Dengan memikirkan banyak cara, Esha memilih untuk segera memakan makanan yang sudah Janu masak. Dan siapa sangka ia menyukai makanan yang dibuat oleh Janu.

" Waw kamu pinter masak ternyata, ini beneran pas buat jadi suami. Gimana Janu?"

" Kalau sudah selesai, mari kembali ke perusahaan Nona, anda juga belum melaksanakan kewajiban 4 rakaat kan? Nah di sini nggak ada mukena jadi ayo segera kembali."

Janu tampak lelah meladeni Esha yang entah mengapa hari ini sangat aneh. Jika terus-terusan bersama dengan nonanya itu, yakinlah kepala Janu akan dibuat pusing.  Ia benar-benar tidak bisa mendengar Esha yang berkata sedemikan. Karena Janu yakin ucapan Esha itu akan membuatnya terkena Maslaah yang tidak sederhana.

" Nona, saya harap dan saya mohon Nona tidak lagi berbicara seperti tadi?"

" Seperti apa Janu?"

Esha mengerlingkan matanya ke arah Janu yang membuat Janu semakin tidak habis pikir. Tapi dia harus sabar dengan ulah nonanya tersebut. Esha yang sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan oleh Janu itu memilih untuk pura-pura tidak mengerti. Dan lagi-lagi Janu hanya bisa menahan rasa kesalnya.

" Ya sudahlah kalau Nona tidak tahu."

" Hei, kamu ngambek. Laah, ternyata kamu bisa juga ngambek gitu. Aishh lucu deh."

Hampir saja Janu mengerem mendadak mendengar ucapan Esha. Sungguh dia tidak tahu bagaimana menghadapi ulah Esha yang setiap hari semakin menjadi itu.

" Nona, saya hanya ingin bekerja dengan tenang. Saya harap Anda tidak melibatkan saya dalam hal-hal yang diluar pekerjaan."

" Ohoo tentu saja Janu, tentu. Kamu tenang aja, aku tahu kok. Tapi bagaimana dong, aku semakin hari jadi semakin suka sama kamu."

Kali ini Esha tidak sekedar bercanda, ia sungguh-sungguh merasa menyukai Janu. Janu yang berada di mimpinya dan melindunginya itu seakan nyata. Ras takut yang ada di alam bawah sadarnya itu perlahan menghilang saat ada Janu. Ini adalah rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Ucapan Janu yang datar malah bisa membuat hatinya tenang. Sikapnya yang terkesan acuh malah membuat Esha seakan nyaman.

Mungkin Esha memang harus bertemu orang semacam Janu untuk benar-benar bisa menyandarkan hatinya. Namun sepertinya tidak akan mudah. Esha juga harus menelaah apa yang ia rasakan untuk saat ini. Apakah benar dia menyukai Janu atau sekedar menjadikan Janu untuk pelarian. Tapi apapun itu, keberadaan Janu membuat perasaanya semakin membaik dan tidak lagi menatap para pria tampan di luar sana.

Jika mantra daddy dan abangnya tidak lagi mempan, maka dia akan menggunakan wajah dan sikap Janu untuk membatasinya dari para wajah tampan pria.

TBC

Dicintai Nona Muda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang