Eleanor Calanthe dan Leone Natheron dijodohkan oleh keluarga mereka. Bagi Eleanor pernikahan ini adalah tradisi keluarganya, Yaitu dengan menikahi seorang prajurit hebat notabene seorang pahlawan perang. Namun disisi lain dia tidak pernah bertemu de...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di dalam tenda darurat yang penuh sesak, Eleanor bergerak dengan ketenangan dan ketelitian. Meski seorang bangsawan, dia tidak ragu untuk menyingsingkan lengan bajunya, berjongkok di samping para korban, dan menyentuh luka-luka mereka. Udara penuh dengan aroma obat-obatan dan rasa sakit yang tersisa setelah pengeboman, namun Eleanor tampak fokus. Tatapan matanya penuh rasa empati, dan gerakannya cekatan saat membantu para perawat membersihkan luka, membalut perban, dan memberi semangat kepada para korban yang terluka.
Di antara rakyat, banyak yang terkejut melihat kehadiran seorang bangsawan di tengah mereka, terlebih lagi melihat Eleanor yang dikenal sebagai wanita dari keluarga terhormat. Namun, kekaguman mulai tumbuh di hati mereka saat menyaksikan bagaimana dia terlibat langsung tanpa canggung, seperti tidak ada jarak antara dirinya dan mereka.
Beberapa orang berbisik di sudut tenda, mempertanyakan mengapa seorang bangsawan seperti dia memilih untuk berada di sana. "Tidak biasa melihat seorang wanita bangsawan seperti dia menyentuh luka rakyat jelata," gumam seseorang. Namun, Eleanor tidak peduli dengan bisikan-bisikan itu. Baginya, tugas kemanusiaan dan membantu yang terluka lebih penting daripada statusnya.
Saat dia membalut luka seorang anak kecil, tangan lembutnya bergerak dengan hati-hati, sementara pikirannya melayang, memikirkan kehancuran yang baru saja terjadi. Wajahnya terlihat tenang, meskipun di dalam dirinya, ia merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar serangan fisik yang menghantam kota ini.
Di sela-sela pekerjaannya, seorang perawat menghampiri Eleanor, dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran. "Nyonya, ini bukan tempat yang biasa bagi Anda... Namun, terima kasih karena telah membantu," katanya lirih.
Eleanor hanya tersenyum tipis, matanya penuh determinasi. "Kita semua harus melakukan apa yang kita bisa. Luka-luka ini mungkin kecil, tapi mereka adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar. Saya tidak bisa hanya berdiam diri sementara rakyat Entrinnia menderita."
Eleanor bukan hanya seorang bangsawan yang berwibawa, tetapi juga lulusan dari akademi keperawatan terbaik di Entrinnia. Meskipun dia jarang bekerja langsung di rumah sakit, pengetahuannya tentang perawatan medis sangat mendalam. Di saat-saat krisis seperti ini, status kebangsawanannya terasa tidak berarti dibandingkan dengan tanggung jawabnya sebagai seseorang yang memiliki kemampuan untuk menolong.
Saat dia berdiri di antara para perawat yang siap sedia dalam kondisi apapun, Eleanor merasakan ketegangan di udara. Para perawat telah terbiasa dengan situasi darurat dan bekerja dengan cepat, namun Eleanor, dengan segala pelatihan yang pernah diterimanya, tetap bisa menyamai kecepatan dan ketepatan mereka. Dia tahu bahwa dalam situasi ini, tindakan lebih penting daripada gelar atau status.
Di tengah hiruk-pikuk itu, Eleanor tetap tenang, menggunakan kemampuannya untuk membersihkan luka dengan presisi, menghentikan pendarahan, dan memberikan instruksi kepada perawat yang lebih muda. "Kompres luka ini dengan kain bersih, dan ganti perbannya setiap beberapa jam," katanya sambil membalut luka seorang korban yang terluka parah.