CHAPTER 43

902 60 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Sudah lima bulan sejak pengeboman rumah sakit yang mengguncang Kekaisaran Entrinnia, dan meskipun saat ini keadaan di luar terlihat tenang, ancaman baru justru muncul dari dalam negeri. Meskipun musuh luar tampaknya mundur untuk sementara waktu, ketidakpuasan rakyat dan krisis yang berkepanjangan semakin mengganggu stabilitas dalam kekaisaran.

Krisis kelaparan yang disebabkan oleh gagal panen terus memperburuk kondisi sosial. Banyak daerah yang masih menghadapi kesulitan untuk mendapatkan pasokan makanan yang memadai, sementara pajak tinggi yang diterapkan oleh istana semakin membuat rakyat berjuang untuk bertahan hidup. Ketidakpuasan ini mulai membara, menciptakan potensi kerusuhan di kalangan rakyat yang merasa diabaikan oleh pemerintah.

Di sisi lain, ketegangan politik juga meningkat. Beberapa anggota dewan mulai mempertanyakan keputusan pemerintah untuk mengalokasikan sebagian besar anggaran pada penguatan militer, sementara kebutuhan dasar rakyat diabaikan. Mereka mengusulkan agar pemerintah memberikan perhatian lebih pada pemulihan ekonomi dan bantuan sosial, tetapi suara mereka teredam oleh kekhawatiran akan potensi ancaman dari luar.

Selain pemimpin kekaisaran, para bangsawan Entrinnia juga tampaknya semakin abai terhadap kondisi rakyat jelata. Bagi mereka, kontribusi yang sudah diberikan untuk pembangunan rumah sakit setelah pengeboman lima bulan lalu sudah lebih dari cukup. Mereka merasa bahwa tugas utama mereka telah selesai dengan memberikan sumbangan finansial, dan tanggung jawab penuh kini berada di tangan kekaisaran untuk menangani masalah rakyat lainnya, seperti kelaparan dan krisis ekonomi.

Bangsawan-bangsawan ini hidup dalam kemewahan, terlindungi dari penderitaan yang dirasakan oleh rakyat biasa. Bagi mereka, keterlibatan dalam masalah-masalah sosial yang lebih mendalam bukanlah prioritas. Mereka beranggapan bahwa dengan memberikan bantuan sesaat, seperti dalam kasus rumah sakit, mereka sudah memenuhi kewajiban moral mereka. Padahal, keadaan sebenarnya jauh lebih rumit, dengan rakyat masih berjuang menghadapi kelaparan, inflasi, dan pajak yang terus meningkat.

Sikap acuh tak acuh para bangsawan ini semakin menciptakan jurang pemisah antara kelas atas dan kelas bawah di Entrinnia. Di kalangan rakyat, muncul kemarahan dan rasa tidak percaya terhadap para pemimpin dan bangsawan yang dianggap hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri. Para bangsawan juga semakin menjauhkan diri dari kenyataan pahit yang dihadapi rakyat, hidup dalam gelembung kemewahan yang memisahkan mereka dari dunia luar.

Keadaan ini mengancam stabilitas sosial, karena rakyat semakin merasa diabaikan dan tidak dipedulikan oleh elit-elit kekaisaran. Jika ketidakpuasan ini terus berlanjut tanpa ada perubahan nyata, bukan tidak mungkin akan timbul pemberontakan dari dalam, yang dipicu oleh kesenjangan sosial dan ekonomi yang semakin melebar. Kekaisaran Entrinnia sekarang bukan hanya menghadapi ancaman eksternal dari musuh, tetapi juga potensi konflik internal yang bisa membahayakan seluruh struktur pemerintahan dan bangsawan itu sendiri.

Hari itu, Eleanor meninggalkan Narenth Manor tanpa mengenakan pakaian mewah seperti biasanya. Dia menyamar dalam pakaian sederhana untuk melihat langsung kondisi rakyat di luar manor, sesuatu yang sering dia lakukan untuk memahami kehidupan di luar tembok kekayaan dan kekuasaan. Namun, ketika dia sampai di pusat kota, suasana jauh dari yang dia bayangkan.

Eleanor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang