Eleanor Calanthe dan Leone Natheron dijodohkan oleh keluarga mereka. Bagi Eleanor pernikahan ini adalah tradisi keluarganya, Yaitu dengan menikahi seorang prajurit hebat notabene seorang pahlawan perang. Namun disisi lain dia tidak pernah bertemu de...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat Tuan Ruel berada di saat-saat terakhirnya, dia mengumpulkan kekuatannya untuk menyampaikan pesan terakhirnya kepada Leone. Dengan napas yang semakin melemah, dia melihat Leone dengan tatapan yang penuh emosi.
"Aku ingin berbicara denganmu tentang Eleanor. aku tidak pernah menerima keputusan Eleanor untuk tetap bersamamu meski kau berselingkuh."
Leone dengan hati yang berat, mendekat dan membungkuk sedikit untuk mendengar pesan tersebut. "Aku mendengarkan, Viscount."
Tuan Ruel melanjutkan "Aku mencintai putriku lebih dari apapun. Dia adalah segalanya bagiku, Di akhir hayatku, aku hanya ingin tahu bahwa dia akan dijaga dan dihargai dengan baik."
Tuan Ruel berhenti sejenak untuk menarik napas, lalu melanjutkan, "Walaupun aku tidak setuju dengan keputusan Eleanor, aku menghargainya, dan bersedia memberi kesempatan. Aku harap kamu bisa menunjukkan padanya bahwa keputusan itu tidak sia-sia. Jaga dia dengan baik dan buktikan bahwa kau bisa berubah."
Leone, dengan penuh rasa hormat, mengangguk dan berkata, "Aku mengerti, dan aku berjanji akan menjaga dan menghargai Eleanor sebaik mungkin. Terima kasih atas pesanmu."
Eleanor berdiri mendengarkan percakapan terakhir ayahnya dengan Leone. hal itu membawanya kembali ke hari pernikahannya beberapa tahun lalu, ketika ayahnya dengan penuh harapan dan keyakinan menyerahkan tangannya kepada Leone di altar. Saat itu, ayahnya melepas tanggung jawabnya sebagai pelindung Eleanor dan menyerahkannya kepada suaminya. Kenangan tersebut terasa sangat hidup di benaknya. Dia ingat betapa penuh emosi dan keyakinan ayahnya saat menyerahkan tangan Eleanor, berharap bahwa Leone akan menjaga dan mencintai putrinya sebagaimana seharusnya.
Leone segera menjauh dari pinggir kasur setelah Tuan Ruel selesai dengan pesannya. Kini Leone berdiri satu meter dari kasur Tuan Ruel. Eleanor kembali mendekati ayahnya dengan senyuman diwajahnya, Dia tetap tersenyum meskipun hatinya terasa sakit.
Sementara Tuan Ruel terbaring sekarat, Eleanor memegang tangan ayahnya dengan penuh kesedihan.
Tuan Ruel dengan sisa tenaga yang ada, menatap putrinya dengan penuh kasih sayang. "Eleanor," katanya dengan suara lembut namun tegas,"Putriku yang cantik, kau akan selalu menjadi anak kecil, sayang."
Dia melanjutkan, "Jadilah seperti samudra, dengan hati yang luas dan berani, tak tergoyahkan seperti batu karang. Jangan biarkan kesulitan membuatmu rusak. Aku yakin kau akan terus melangkah dengan penuh keberanian dan keteguhan."
Eleanor menahan air matanya, ia mengangguk dan membalas, "Aku hanyalah anak kecil, ayah. Jangan tinggalkan aku secepat ini."
Tuan Ruel mengangkat tangannya yang lemah dan berkata dengan suara lembut namun tegas, "Kematian adalah bagian dari kehidupan manusia, dan itu memang selalu menyertai kita."
Dia melanjutkan dengan penuh kasih,"Jangan biarkan kesedihan ini menghancurkan semangatmu. Aku ingin kamu penuh keberanian dan harapan."
Eleanor berusaha menahan tangisnya, mengangguk dengan penuh pengertian.