Part 2~Rahel

234 64 24
                                    

Valeska melangkah kembali ke kelasnya dengan langkah pelan, tubuhnya sedikit gemetar karena lemas, dan kepalanya terasa berputar. Namun, di balik semua itu, tekadnya untuk menyelesaikan presentasi hari ini tetap teguh. Ia tidak ingin mengecewakan dirinya sendiri, meski rasa mual terus mengganggu.

Laura, yang duduk di barisan depan, menatap Valeska yang baru saja duduk di depannya. Dengan gerakan bibir tanpa suara, dia bertanya, "Lo kenapa?"

Valeska balas menatap, bibirnya bergetar saat menjawab pelan, "Mual."

Meskipun tubuhnya terasa berat, Valeska dan Dara berhasil menyelesaikan presentasi mereka dengan sangat baik. Setiap kalimat yang keluar dari mulut mereka berjalan lancar, seolah tidak ada yang salah. Perkuliahan pun berakhir tanpa hambatan berarti.

Saat Valeska melangkah keluar kelas, dia dikejutkan oleh sosok yang sudah sangat akrab di matanya. Gio berdiri tegap, menunggu di depan pintu kelas. Setelan jas hitam, kemeja putih, dan celana hitam membuatnya tampak anggun dan elegan, seperti seorang pangeran yang baru saja turun dari menara kastil.

"Kaka suamiii!" Valeska menyapa dengan nada genit, tubuhnya langsung merapat ke arah Gio, memeluknya erat.

Gio menunduk, matanya penuh perhatian, menatap Valeska yang terlihat lelah. "Are you okay, sweety?" tanyanya dengan lembut, namun nada khawatir terdengar jelas dalam suaranya.

Valeska mengangguk pelan, bibirnya melengkung dalam senyum tipis. "I'm okay," jawabnya singkat.

"Mau pulang sekarang?" Gio bertanya, senyumnya hangat dan manis, membuat Valeska merasa lebih baik hanya dengan melihatnya.

Valeska terlihat berpikir sejenak. "Tadinya mau jalan sama temen-temen. Tapi nggak jadi deh. Mau jalan sama kamu boleh nggak?"

Gio melirik ke arah jam tangannya, menghitung waktu yang tersisa. "Satu jam cukup?" tanyanya dengan nada lembut.

Valeska langsung mengerucutkan bibirnya, matanya mengerjap-ngerjap seolah memohon. "Bentar banget."

Gio tersenyum kecil, berusaha tetap tenang. "Sayang, aku ninggalin pekerjaan, dan dua jam lagi aku harus meeting," jelasnya dengan nada menenangkan.

"Huh. Yaudah deh," keluh Valeska, meski ada nada manja yang tak hilang dari suaranya.

Gio menggenggam tangan Valeska, menuntunnya dengan lembut menuju parkiran.

Di dalam mobil, sesekali Gio melirik ke arah istrinya. Ada rasa khawatir yang tak bisa ia sembunyikan. "Kamu tadi mual kenapa?" tanyanya.

Valeska menghela napas, matanya menerawang. "Nggak tahu, tiba-tiba aja mual."

"Telat makan?" Gio bertanya lagi, kali ini suaranya sedikit tegang.

"Mungkin," jawab Valeska, setengah ragu.

"kamu mau jalan ke mana?" tanya Gio, mencoba mengalihkan perhatian.

Valeska menoleh, ekspresinya berubah seketika. "Tiba-tiba BM martabak sayur," ucapnya polos.

Gio hanya mengangguk, mengikuti keinginan istrinya tanpa banyak kata.

Mereka berhenti di depan sebuah mini market, karena penjual martabak yang mereka cari ada di sampingnya. Gio turun dan segera memesan. "Mas, martabak spesial satu ya," ucapnya tegas.

"Siap, tunggu 15 menit ya," jawab penjual itu.

Gio kembali ke mobil dan mendapati Valeska dengan ekspresi penuh manja. "Kaka suamii," rengeknya.

"Kenapa sayang?" balas Gio, suaranya lembut dan penuh kasih.

"Hug me, please," Valeska membuka kedua tangannya, berharap Gio akan memenuhi permintaannya. Namun, Gio malah keluar dari mobil.

GIOVA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang