Part 1~Aslam

567 82 24
                                    

Valeska melangkah pelan mendekati Gio, yang sedang fokus di depan laptopnya, tenggelam dalam tumpukan berkas-berkas yang menunggu untuk ditangani. Beberapa hari setelah wisudanya, Martin, sang ayah, memutuskan untuk menyerahkan salah satu cabang perusahaannya kepada Gio. Kini, Gio sibuk mengurus segala proses pergantian nama dan administrasi terkait, perhatiannya tertuju penuh pada layar.

Dengan nada manja dan sedikit mengeluh, Valeska mulai menggoda, "Kaka suamii.. kamu ngga mau nganterin aku ngampus?"Suaranya lirih, menuntut perhatian, berharap setidaknya bisa mengalihkan fokus Gio meski hanya sebentar.

Gio, yang masih berkutik dengan pekerjaannya, segera memutar kursi dan menatapnya. Mata cokelatnya yang dalam menatap penuh kesabaran. "Sayang, hari ini sama Pak Aris dulu, ya. Aku harus ngurus berkas-berkas ini, soalnya Ayah minta aku untuk mulai nge-handle kantor dia dalam waktu dekat ini." Suaranya lembut, meski ada sedikit kekhawatiran di dalamnya.

Valeska menghela napas, bibirnya merengut dalam cemberut yang begitu khas. "Yaudah deh," jawabnya setengah terpaksa, rasa kecewa terlukis jelas di wajahnya. Gadis itu kemudian mengambil tas laptopnya dari atas kasur, gerakannya cepat namun ada sedikit keengganan dalam caranya meraih benda tersebut.

Namun, ekspresi Valeska seketika berubah. Senyum cerah tiba-tiba menghiasi wajahnya, matanya berbinar penuh semangat. "Minta uang tambahan, dong! Pulang kampus, aku mau jalan sama temen-temen" pintanya sambil mengangkat tangannya, seolah mengharapkan sesuatu yang lebih dari sekadar janji.

Gio mengerutkan alisnya, wajahnya berubah serius sejenak. Dia menatap dalam-dalam mata istrinya, mencoba membaca niat di balik permintaannya. "Ngga ke club, kan?" tanyanya penuh curiga, suaranya terdengar lembut namun tegas.

Valeska memutar matanya dengan gaya khasnya yang manja, "Astaga, Ka Gio. Udah berapa tahun loh aku stop ke club, masih aja kamu curiga," jawabnya, nada suaranya terdengar sedikit kesal. Tangannya yang sempat terangkat untuk meminta uang kini turun perlahan, menandakan kekecewaan kecil dalam dirinya.

Sebuah senyum tipis muncul di wajah Gio, seolah lega mendengar jawabannya. "Iya, sayang, iya. Aku bercanda" ucapnya lembut, nada sabar yang selalu berhasil menenangkan Valeska.

"Boleh minta kan?" tanya Valeska, kali ini dengan lebih bersemangat.

"Boleh Valeskaa" jawabnya begitu lembut.

Gio meraih ponselnya, matanya terpaku pada layar sejenak, "Aku transfer ngga apa-apa kan? Lagi ngga ada uang cash sekarang."

Valeska mengangguk dengan penuh antusias. "Mau minta berapa?" tanya Gio, nada suaranya seolah memberi kebebasan penuh.

"500 ribu aja," jawab Valeska, polos tanpa banyak berpikir.

Beberapa detik kemudian, ponsel Valeska berbunyi, menandakan ada notifikasi masuk. Matanya membelalak ketika melihat jumlah yang Gio transfer kepadanya.

"Kaka suami... Kok banyak banget? Lima juta?" celetuk Valeska, matanya tak percaya dengan angka yang tertera di layar.

Gio tersenyum hangat, matanya penuh kasih sayang. "Belanja sepuasnya. Kamu jarang minta uang ke aku, aku seneng kalau kamu minta. Simpen aja buat jajan atau apapun yang kamu suka."

Valeska mendengus pelan sambil tersenyum, "Aku jarang minta uang ke kamu soalnya kamu selalu ngasih uang ke aku banyak banget, makanya aku ngga pernah minta ya karena uangnya selalu lebih banyak. Tapi kali ini karena aku ngambek sama kamu, makannya aku sengaja minta uang tambahan," ucapnya sambil menjulurkan lidah dengan gaya bercanda.

Gio tertawa pelan, suaranya dalam dan menenangkan. "Simpen aja, sayang. Aku bisa ngasih lebih dari apa yang kamu inginkan."

Valeska mendekat, lalu tanpa berpikir panjang, tubuh mungilnya melompat ke pelukan Gio. Aroma tubuhnya yang khas memenuhi indera penciuman Gio saat dia memeluk erat suaminya. Tak lupa, Valeska meninggalkan sebuah ciuman singkat namun penuh makna di bibir Gio, seolah menandai bahwa pria itu adalah miliknya.

GIOVA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang