Pagi menjemput, saat cahaya mentari yang lembut menyelinap melalui celah-celah jendela kamar Valeska dan Gio. Kilauan hangat itu menyentuh kelopak mata Valeska, membangunkannya perlahan dari lelapnya.
Valeska bangkit dengan gerakan lembut, melangkah ke arah balkon. Dengan senyum kecil, ia membuka hordeng, membiarkan sinar pagi menerobos lebih terang, dan membuka pintu balkon agar udara segar masuk memenuhi ruangan.
Gio yang masih terbaring menggeliat kecil, mendengar suara lembut aktivitas istrinya. "Jam berapa, sayang?" tanyanya, suaranya serak khas pagi hari.
"Jam setengah tujuh," jawab Valeska, matanya sesekali melirik Gio yang masih tampak malas untuk beranjak.
"Ka, aku ada kelas hamil hari ini. Kamu mau ikut?" tanyanya lembut sambil menyibukkan diri merapikan selimut. Gio, yang matanya masih setengah tertutup, hanya mengangguk kecil.
"Ok. Kelasnya mulai jam 9. Kita berangkat jam 8 ya, Kak," pintanya dengan nada manja.
"Iya," balas Gio, suaranya datar, diselimuti rasa malas.
Valeska tersenyum, lalu mendekati suaminya. Ia memeluknya dari samping, kepalanya bersandar di bahu Gio. "Aku kangen, Ka Gio," ucapnya lirih.
Gio membuka matanya, kini penuh perhatian. "Sayang, kita kan serumah, seruangan, bahkan tidur sebelahan. Kok masih kangen?" balasnya, bingung sekaligus geli.
"Tetap aja kangen," jawab Valeska, senyumnya semakin manis.
"Manja banget," ucap Gio, gemas. Jarak mereka begitu dekat, dan mata Valeska tak lepas memandangi wajah suaminya, pahatan sempurna Tuhan, pikirnya. Alis tebal, hidung mancung, kulit putih bersih, bulu mata panjang, dan bibir tipis yang selalu membuatnya terpukau.
"Kamu ganteng banget, Ka. Untung yang dapetin kamu itu aku," katanya polos, membuat Gio tertawa kecil.
"Kamu masih ngantuk ya?" tanya Valeska, kini bergeser sedikit menjauh.
Gio mengangguk. "Sedikit," jawabnya sambil menguap kecil.
"Kalau gitu, aku mandi dulu ya. Nanti selesai, aku bangunin Ka Gio," ucapnya, lalu beranjak ke kamar mandi, membawa handuk di lengannya.
Gio hanya tersenyum tipis, menarik selimut kembali, dan memejamkan matanya sejenak.
***
Di bawah, suasana benar-benar beda. Bi Sari, dengan semangat seperti baru dapat gaji, bersenandung kecil mengikuti lagu dangdut yang diputar dari speaker kecil di kamarnya.
"Asekk," serunya sambil menggoyangkan pinggul, seperti sedang konser pribadi. "Duda Arabaan," lanjutnya, nyanyiannya sedikit fals, tapi penuh percaya diri.
Dengan spatula di tangan, ia mengaduk tumis kangkung sambil bergaya seperti penyanyi profesional. Sesekali ia menggigit bibir bawah, menirukan ekspresi diva dangdut di televisi. "Uwuw, Aduh, mantap betul lagunya!" serunya, semakin larut dalam suasana.
Ketika lagu memasuki bagian reff yang mendayu-dayu, Bi Sari berhenti mengaduk. "Yah, kalau dangdut itu, Kak, goyang pinggul harus seimbang sama rasa masakan!" katanya, meskipun tidak ada orang yang mendengar. Ia lalu memutar badan dengan gerakan dramatis, nyaris menjatuhkan tutup wajan.
"Eh, ketangkap kamera bisa viral nih, wakakak," gumamnya sendiri sambil terkikik, membayangkan dirinya jadi bintang TikTok.
Setelah beberapa menit penuh goyangan dan nyanyian, akhirnya tumis kangkung selesai juga. Bi Sari dengan cekatan menata lauk-pauk di meja makan. Tapi bukan Bi Sari kalau nggak ada aksi tambahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
GIOVA 2
Teen FictionEND! 08 Desember 2024 Lima tahun setelah menikah, kehidupan Gio dan Valeska dihadapkan pada ujian besar. Valeska, yang hampir menyelesaikan kuliahnya, terpaksa harus mengambil cuti karena sebuah keadaan darurat yang tak terduga. Meskipun Gio semaki...