Hari Minggu yang cerah itu, Gio sengaja meluangkan waktu dari segala kesibukan pekerjaannya. Seperti yang mereka rencanakan tiga hari sebelumnya, ia dan Valeska akan bertemu dengan teman-teman SMA mereka, Dimas, Rendra, Bimo, Shavira, Laura dan Citra. Meskipun tubuhnya sedikit berubah karena kehamilan, Valeska tetap ingin tampil mempesona dan menarik, menonjolkan kecantikannya yang tak lekang oleh waktu. Di dalam benaknya, ia merasa ada sesuatu yang berbeda dari istrinya akhir-akhir ini. Entah itu cara Valeska berbicara, berjalan, atau sekadar menatapnya. Ada aura keibuan yang mulai terpancar, yang sebelumnya tak pernah ia sadari. Namun, Gio tak ingin memikirkannya terlalu dalam. Hari ini adalah tentang kebersamaan mereka, sebuah kesempatan langka untuk bersantai bersama teman-teman lama.
"Ka Gio, menurut kamu, yang lebih bagus yang ini atau yang ini?" tanya Valeska, mengangkat dua setelan pakaian dengan raut wajah penuh kebingungan.
Gio menatapnya sejenak, lalu berkata lembut, "Kenapa nggak pakai kaos aja? Nanti kamu kepanasan, sayang. Ibu hamil kan gampang gerah."
Valeska mengernyit, merenungkan sarannya. "Gitu ya?" gumamnya pelan, seolah bertanya pada dirinya sendiri.
Gio tersenyum tipis, mencoba menenangkan kebimbangannya. "Tapi kalau kamu lebih suka yang itu, nggak masalah. Aku cuma ngasih saran aja."
"Ah, yaudah deh. Aku pakai kaos oversize sama rok aja," jawab Valeska akhirnya, menyerah pada saran Gio. Wajahnya tampak lega, sementara Gio hanya mengangguk sambil menyunggingkan senyum simpul.
Sambil menunggu Valeska bersiap-siap, Gio sibuk dengan ponselnya, jemarinya mengetuk layar dengan irama santai. Namun, ia tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Udah siap belum, sayang?" tanpa menoleh dari layar ponselnya.
"Lima menit lagi, Kak," jawab Valeska sambil terus merapikan rambutnya di depan cermin.
Gio mendesah panjang. "Lama banget," keluhnya, sedikit menggoda.
Raut wajah Valeska langsung terlihat kesal, "sabar dong, namanya juga cewek" ucapnya dengan ketus.
Lima menit berlalu, Valeska akhirnya berdiri di hadapan Gio, siap dengan pakaian sederhana seperti saran suaminya. Kaos oversize yang membalut tubuhnya terlihat nyaman, dipadukan dengan rok yang manis. Rambut curly-nya dibiarkan tergerai indah, dihiasi jepitan kecil berbentuk bintang yang menambah kesan feminin.
Gio menatapnya, matanya menyiratkan kekaguman. "Cantik," ucapnya singkat, tapi penuh makna.
Valeska tersipu, lalu meraih tas kecilnya. "Ayo, Kak, kita berangkat. Jangan sampai kita yang telat," ujarnya dengan senyum ceria, menyembunyikan rona di pipinya.
Setelah mematikan ponselnya, Gio berdiri, meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja, lalu menatap Valeska yang berjalan mendekat. Langkahnya pelan tapi pasti, membawa aura anggun yang sulit dijelaskan. Gio tersenyum tipis, lalu membuka pintu.
"Udah siap, nih? Jangan nanti di jalan bilang lupa sesuatu," goda Gio sambil melirik sekilas ke arah Valeska.
Valeska mencibir kecil. "Aku bawa semuanya kok. Nih, tas, handphone, dompet… lengkap, Ka!"
Gio mengangguk. "Bagus. Aku males muter balik kalo kamu ketinggalan sesuatu."
Mobil meluncur pelan di jalanan kota yang tak terlalu ramai. Valeska duduk di sebelahnya, sesekali memperhatikan pemandangan dari balik kaca jendela. Tangannya tak henti mengusap perutnya yang mulai tampak membesar. Ia memang tak pernah mengatakan apa-apa, tapi Gio tahu betul betapa Valeska mencoba menyesuaikan diri dengan perubahan dalam hidup mereka. Ia sendiri tak pernah membayangkan akan menjadi seorang ayah di usia semuda ini, namun entah kenapa, ada rasa hangat yang perlahan tumbuh di hatinya setiap kali ia melihat Valeska.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIOVA 2
Novela JuvenilLima tahun setelah menikah, kehidupan Gio dan Valeska dihadapkan pada ujian besar. Valeska, yang hampir menyelesaikan kuliahnya, terpaksa harus mengambil cuti karena sebuah keadaan darurat yang tak terduga. Meskipun Gio semakin sukses dengan bisnisn...