Part 15~Back

1.2K 114 24
                                    

Bi Sari berhenti di tengah langkahnya menuju kamar mandi ketika melihat Valeska masih terjaga di ruang TV. Raut wajahnya penuh perhatian saat memperhatikan Valeska yang terlihat gelisah.

"Non cantik kok belum tidur? Udah malem loh ini," kata Bi Sari dengan senyum hangat, berusaha mencairkan suasana.

Valeska menghela napas panjang. "Bi, Valeska mual-mual terus deh, tadi habis bolak-balik muntah" ucapnya pelan, mencoba menahan rasa tidak nyaman di perutnya.

Bi Sari langsung menunjukkan kepeduliannya. "Aduh, Non. Terus gimana? Kalau gitu, Den Gio suruh pulang aja, biar bisa bantu nemenin."

Namun, Valeska menggeleng. "Nggak mau, Bi," jawabnya sambil menunduk. Matanya tampak sendu, menyiratkan ada beban di hatinya. Melihat itu, Bi Sari merasa iba. Ia lalu duduk di samping Valeska, memberikan bahu yang siap menjadi sandaran.

"Non, lagi ada masalah, ya?" tanyanya dengan kelembutan seorang ibu. Bi Sari sudah seperti ibu bagi Valeska dan Gio, seseorang yang selalu siap mendengarkan, memberikan nasihat, dan menenangkan hati mereka.

Valeska akhirnya menceritakan semuanya kepada Bi Sari, termasuk bahwa ia sempat mengusir Gio dari rumah. Bi Sari mendengarkan dengan penuh perhatian, tak sekalipun menyela.

Setelah Valeska selesai bercerita, Bi Sari tersenyum lembut. "Non, Bibi nggak mau ngebela siapa-siapa. Bibi tahu Den Gio salah karena masih melibatkan perasaan dengan masa lalunya, apalagi saat sudah punya istri dan bakal jadi seorang ayah. Tapi, percaya sama Bibi, Den Gio itu sayang banget sama Non Valeska, cinta banget. Dengan apa yang Den Gio perjuangkan buat Non, itu udah bukti kalau Den Gio itu tulus," kata Bi Sari sambil mengusap tangan Valeska dengan penuh kasih.

Valeska mendengarkan dalam diam, meresapi setiap kata. Perlahan-lahan, hatinya mulai terasa lebih ringan.

"Lagi pula, cewek itu kan cuma masa lalunya. Den Gio bakal bisa lupain cewek itu, yang penting kan sekarang Den Gio udah jadi milik Non Valeska," lanjut Bi Sari dengan senyum lembut. Valeska merasa tenang mendengar nasihat Bi Sari. Tanpa sadar, ia memeluk erat wanita tua itu, seolah-olah berterima kasih karena sudah menenangkannya.

"Makasih, Bi... Bibi selalu ngasih nasihat yang bikin Valeska tenang," ucapnya lirih, memejamkan mata dalam pelukan Bi Sari.

Bi Sari mengusap punggung Valeska. "Nah, sekarang coba deh hubungi Den Gio, suruh dia pulang. Dosa, lho, ngusir-ngusir suami sendiri dari rumah," katanya lembut namun tegas.

Valeska mendengus kecil, wajahnya menunjukkan gengsi yang terpancar. "Ah, nggak mau, Bi... gengsi ah," ucapnya, sedikit tersenyum tapi masih dengan hati yang bimbang.

"Nanti anak Non marah lagi, lho," canda Bi Sari, mencoba menggodanya.

"Bi, jangan gitu dong... nanti Valeska malah tambah mual," ucap Valeska sambil memajukan bibir, merasa semakin bingung dengan keadaannya.

Bi Sari tertawa kecil dan mengusap pundak Valeska. "Ya udah, Non masuk kamar aja ya, istirahat yang cukup. Udah malam, kasihan kan adik bayinya, perlu banyak tidur juga."

"Oke, Bi..." jawab Valeska dengan lembut. Setelah menghela napas panjang, ia akhirnya masuk ke kamar.

Di kamar, rasa mualnya kembali datang. Valeska hanya bisa mengoleskan minyak angin di perutnya, "Deuhhh, nggak bisa di kompromi banget deh ini anak..."

Matanya tertuju pada ponselnya yang tergeletak di sampingnya. "Chat Kak Gio aja apa ya... dari pada mual terus sendirian," gumamnya sambil memikirkan ulang. "Tapi... ah, nggak ah. Gengsi."

Namun, seakan alam semesta mendengar gumamannya, tiba-tiba sebuah notifikasi masuk. Ia melihat layar ponsel dan tersenyum lebar saat menyadari pesan itu dari Gio. Ini adalah kesempatan yang ia tunggu, untuk mengajaknya pulang tanpa harus menyingkirkan gengsinya sepenuhnya.

GIOVA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang