Part 17~Es Buah

1.9K 159 17
                                        

Dua bulan telah berlalu sejak Valeska memasuki bulan keenam kehamilannya. Gio memilih lebih sering berada di rumah, menghabiskan waktu mengurus pekerjaan di ruang kerjanya yang nyaman dan tenang.

Malam telah beranjak larut. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 22:45, namun Valeska belum sepenuhnya terlelap. Perasaan mual sesekali datang, membuatnya ingin ditemani, sementara Gio masih asyik dengan gamenya di ponsel. Ia menatap wajah suaminya yang tampak serius dalam permainan, dan tak tahan untuk memanggilnya.

"Kaka suami belum tidur?" suara lembut Valeska terdengar, menyentuh malam yang tenang.

Gio menoleh sekilas, tersenyum singkat, namun segera kembali pada layar ponselnya. "Belum sayang, kenapa?" tanyanya, terdengar tenang namun penuh perhatian.

Valeska mendekat, meletakkan kepalanya di bahu Gio dan memeluk tubuhnya hangat dari samping. "Aku tiba-tiba kepingin es buah," bisiknya manja, seolah harapan itu bergantung pada sang suami.

Tanpa pikir panjang, Gio mematikan ponselnya. Ia menaruhnya di atas meja dan beranjak, tanpa protes atau penundaan. Valeska melepaskan pelukannya, memperhatikan suaminya yang segera mengambil kemeja yang tergantung rapi di sudut ruangan. Dengan senyum yang hangat, ia mengulurkan tangan.

"Yuk, kita cari es buah," ajaknya sambil mengenakan kemejanya.

Valeska tersenyum senang, namun senyum itu berkurang ketika sesuatu terlintas di benaknya. "Tapi, game kamu kan belum selesai, Kak. Nanti skornya turun gimana?"

Gio mengangkat bahu, tersenyum lembut, "Gampang itu mah. Sekarang yang penting cari es buah dulu buat kamu," ujarnya penuh perhatian, membuat Valeska merasa hangat.

Dengan cepat, Valeska mengenakan pakaian sederhana, lalu memakai sandal bulunya yang lembut. Ia berlari kecil menghampiri Gio, yang telah siap menemaninya. Tanpa ragu, Gio menggandeng tangan Valeska, membimbingnya menuruni tangga menuju ruang tengah. Di sana, mereka menemukan Bi Sari yang tengah duduk di sofa, sesenggukan sambil menonton drama Korea dengan tatapan penuh emosi.

Valeska tertawa kecil, merasa heran sekaligus iba. "Bibi kenapa kok nangis?" tanya Gio dengan senyum penasaran.

Bi Sari mengusap air matanya dan menghela napas, "Ini, Den… gara-gara nonton drakor rekomendasi dari Non Valeska," jawabnya, suaranya serak tertahan haru.

Gio menggelengkan kepalanya sambil tertawa. "Ini gara-gara kamu sering ngajak Bi Sari nonton drama, Sayang. Jadi sekarang, tiap ada waktu luang, Bibi ketagihan," ucapnya, nada suaranya penuh godaan.

Valeska tersenyum lega, melirik Bi Sari penuh perhatian. "Nggak apa-apa, Bi. Biar kalau ada waktu luang, Bibi nggak bosan. Iya, kan, Bi?"

Bi Sari mengangguk semangat, tersenyum dengan mata masih berembun. "Bener banget, Non. Bibi jadi punya hiburan," sahutnya bahagia.

***

Malam semakin larut ketika mereka berkendara menyusuri jalanan yang mulai lengang. Tiba-tiba, Valeska berseru, suaranya menggetarkan malam, "Kaka suami, stop!" ucapnya sedikit berteriak, matanya berbinar menatap ke arah toko kecil di tepi jalan.

Gio segera menepi, menoleh bingung. "Ada apa, Sayang?"

Valeska tersenyum polos, menunjuk deretan boneka yang berbaris di etalase. "Aku mau itu… boleh nggak?"

GIOVA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang