Part 8~Manja

2.7K 166 15
                                        

Setelah Valeska tiba di kantor, ia langsung menuju ruangan Gio yang terletak di lantai paling atas. Dengan lelah yang masih terasa, ia memilih menggunakan lift. Langkahnya terhenti di depan pintu ruangan suaminya. Ia mengetuk pelan, lalu membuka pintu.

"Suami," panggilnya lembut.

"Hmm," sahut Gio, matanya masih fokus menatap layar laptop di depannya.

Valeska mengernyitkan dahi. "Dih, istrinya datang bukannya disambut, malah kayak gitu, cuma 'hmm' doang?" gumamnya sambil menggerutu. Suara rendahnya menggema di ruangan luas itu.

Gio mendengar keluhannya dan tertawa kecil, lalu dengan gerakan cepat ia menutup laptopnya. Ia menghubungi staf di bawah melalui ponselnya, memastikan bahwa ia tidak ingin diganggu selama satu jam ke depan. Setelah itu, tanpa berkata apa pun, ia berjalan ke arah pintu dan menguncinya dengan santai.

"Kenapa, gimana hari ini?" tanya Gio, perlahan mendekati Valeska. Ia duduk di sampingnya di sofa, wajahnya penuh perhatian.

Valeska mengerucutkan bibir, memperlihatkan rasa kesalnya. "Perut aku mual, tapi kamu bikin aku tambah kesel."

Gio hanya tersenyum, tangannya terangkat, menyibak sedikit baju yang dikenakan Valeska, mengusap lembut perutnya yang masih rata. "Makanya, jangan marah-marah terus," godanya dengan nada yang menenangkan.

"Dih, kamu yang bikin marah," sahut Valeska, mendengus.

Gio tertawa kecil. "Sayang, udah periksa belum?" tanya Gio, merebahkan kepalanya di paha Valeska, menatapnya dari bawah dengan pandangan lembut.

Valeska mendengus lagi, "Harusnya tuh suami yang nganter istrinya cek kandungan, bukan supir pribadi. Suami macam apa kamu?"

Gio tersenyum lembut, tangannya masih mengusap perut Valeska. "Adik, kamu denger kan? Mamah kamu marah-marah terus," bisiknya.

"Diem," sahut Valeska sambil menyentil bibir Gio dengan manja.

"Udah enakan belum perutnya?" tanya Gio lembut, memperhatikan istrinya dengan seksama.

Valeska menggeleng, "Belum."

"Loh, kan udah aku ajak ngobrol," goda Gio, membuat Valeska tertawa kecil meski masih merajuk.

"Kan baru sekali," balas Valeska, menahan senyumnya.

Gio memeluk perut Valeska, menciumnya dengan penuh kasih sayang, jari telunjuknya menekan lembut di atas kulit perutnya. "Denger ya, Adik, jangan bikin Mamah kamu capek, ya. Soalnya nanti papah kamu yang jadi sasaran"

Valeska tertawa puas, jari-jarinya bermain di rambut Gio. "Kamu kerjaan udah selesai?"

"Belum, tapi bisa aku lanjut di rumah. Ada apa?"

"Pulang yuk. Adik pengen dipeluk."

Gio mengangkat alisnya, tersenyum nakal. "Permintaan Adik atau permintaan Mamahnya?"

Valeska tertawa ringan. "Permintaan Adik... tapi Mamahnya juga pengen."

Gio tersenyum lebar, menatap penuh cinta. "Ok, kita pulang sekarang."

***

Sesampainya di rumah, Gio membukakan pintu mobil untuk Valeska. "Silakan, Tuan Putri," ucapnya, membungkukkan badan dengan gaya bercanda.

Valeska tertawa kecil. "Makasiiih, Kaka Suami."

Mereka berjalan bersama menuju kamar. Gio mengawasi setiap langkah Valeska dengan seksama. "Hati-hati, pelan-pelan, nanti jatuh."

"Iyaaa, bawel," balas Valeska dengan senyuman.

Begitu sampai di kamar, Gio berencana mandi. "Kok malah pergi?" tanya Valeska dengan nada sedikit manja.

GIOVA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang