Part 31~Pertemuan

745 100 9
                                    

Keyfano mendengarkan tanpa menyela, mencoba menenangkan pikirannya yang terus bergejolak. Namun, tiba-tiba suara langkah ringan terdengar dari arah tangga. Semua kepala spontan menoleh, dan tak lama kemudian, sosok Valeska muncul di ambang pintu. Ia mengenakan sweater lembut berwarna krem dan celana santai, wajahnya tetap menawan meski tanpa riasan.

"Loh? ada tamu?" sapanya dengan senyum lembut yang dulu begitu familiar bagi Keyfano.

Deg. Hati Keyfano kembali bergemuruh. Itu benar-benar dia, Valeska, wanita yang pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya. Ia berusaha keras menahan ekspresinya agar tidak terlalu kentara.

Valeska belum menyadari kehadiran Keyfano. Ia hanya melangkah mendekat, duduk di sebelah Gio dengan keanggunan yang begitu alami. Saat itu, Keyfano menangkap detail yang menghantam hatinya, perut Valeska yang membuncit. Ia sedang mengandung.

"Val, kenalin. Ini Keyfano, sepupu Rendra," ujar Gio santai, melirik ke arah pria itu.

Saat nama itu disebut, Valeska menoleh. Matanya membesar dalam sekejap, dan air mata perlahan menggenang di pelupuknya. Wajahnya yang semula tenang berubah menjadi pias. Keyfano hanya berdiri terpaku, tatapannya terperangkap di mata wanita yang dulu menjadi dunianya.

"Keyfano?" bisik Valeska, hampir tak terdengar.

Rasa sakit mengguncang dada pria itu, namun sebisa mungkin Keyfano membalasnya dengan senyuman. Pemandangan di depannya terlalu menyayat hati. Wanita yang pernah ia cintai dengan sepenuh jiwa, yang ia rindukan selama bertahun-tahun, kini ada di hadapannya, menjadi istri dari sahabat sepupunya, sedang mengandung buah cinta mereka. Semua itu terlalu banyak untuk ditanggung.

"Val... kita ketemu lagi," ucap Keyfano, suaranya bergetar, hampir pecah.

Valeska menundukkan kepala, air matanya kini mengalir tanpa bisa ditahan. Tangannya gemetar, jari-jarinya sibuk meremas satu sama lain, mencoba mencari pegangan untuk menguatkan hatinya yang kini remuk. Ia tak mampu menjawab, kata-katanya terkunci dalam kepedihan yang begitu mendalam.

"Lagi? Ma...maksudnya?" tanya Gio, kebingungan melihat interaksi yang tak ia mengerti.

"Kalian... udah saling kenal?" tambah Rendra, ekspresinya tak kalah heran.

Keyfano tidak menjawab. Napasnya berat, dadanya terasa sesak seakan seluruh udara telah menghilang dari ruangan itu. Matanya memerah, dan air mata akhirnya luruh, membasahi wajahnya. Tangis yang ia tahan sejak tadi kini pecah, Keyfano menangis tanpa suara, tidak peduli jika mereka yang ada di sini menganggap dirinya lemah. Ia mencoba menghapusnya dengan punggung tangan, namun tangis itu justru semakin deras, seperti bendungan yang tak lagi mampu menahan derasnya air.

"Val..." panggil Keyfano, suaranya lirih, nyaris tenggelam dalam keheningan yang melingkupi ruangan. Ada beban berat yang tertahan di sana, penuh rasa pedih yang tak terkatakan.

Valeska tetap menunduk, bahunya bergetar pelan. Air mata terus mengalir dari sudut matanya, jatuh tanpa suara. Ia tak berani menatap Keyfano, seolah pandangan mereka bisa membuka kenangan lama yang selama ini ia coba lupakan. Suasana berubah begitu suram. Keheningan yang hadir terasa menyesakkan, seolah ruangan itu dipenuhi udara yang berat dan sulit dihirup.

"Aku terlambat ya, Val?" ucap Keyfano, suaranya retak, penuh penyesalan. "Sangat terlambat."

Kalimat itu memecah ketegangan, membuat semua orang di ruangan itu semakin terpaku. Gio, Rendra, dan Bimo tetap diam, tidak ada yang berani menyela. Mereka hanya menyaksikan, seolah-olah apa yang terjadi di depan mereka adalah teka-teki besar yang perlahan terungkap.

Valeska akhirnya memberanikan diri mengangkat wajahnya. Perempuan itu mengusap air matanya. Tatapan mereka bertemu, dan di sana ada dunia yang tidak dipahami siapa pun kecuali mereka berdua. Air mata masih mengalir di wajah Valeska saat ia menjawab, dengan suara yang hampir berbisik.

GIOVA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang