36. Tiga hari setelahnya

18.5K 2.1K 63
                                    

Happy reading cingtaaaa💗

Tubuhnya bergetar, pria itu mengelap keringat yang membanjiri pelipisnya. Entah kesialan atau keberuntungan, ia bertemu dengan orang yang terkenal kejam ini.

"Kau..., ayah dari perempuan itu."

"B-benar Tuan, saya ayah tirinya," jawab pria itu dengan gugup.

Jarinya mengetuk pinggiran sofa, ditatapnya datar pria di seberangnya itu.

"Dari yang saya lihat, kau sering menyiksa putrimu itu?" katanya dengan raut dingin

Pria itu semakin bergetar ketakutan, ia mengangguk kaku. "I-itu karena dia pembangkang," jawabnya gugup, "iya, karena dia pembangkang," lanjutnya seraya mengangguk cepat.

Nathan terkekeh. "Bagaimana jika saya melaporkanmu atas dasar kekerasan, citra baik yang kau bangun selama ini akan hancur dalam sekejap."

Pria itu menelan salivanya susah payah, ia berpikir apa hubungan putri tirinya itu dengan Nathan.

Sialan sekali.

"Ja-jangan Tuan, maafkan saya, saya akan melakukan apapun asal tidak dilaporkan," ucapnya, ia menunduk takut. Memang hukum bisa dibeli dengan uang mirisnya, tapi jika lawannya adalah Nathan, maka sebanyak apapun uang yang akan ia keluarkan, maka semuanya akan sia-sia.

"Jadi kau takut, reputasimu sebagai ayah yang sangat menyayangi putri tirinya itu hancur?"

Pria itu mengangguk lemah. "Saya akan melakukan apapun Tuan, tapi jangan laporkan saya."

Jika reputasinya hancur, maka perusahaan yang ia bangun dengan jerih payah itu semua akan ikut hancur.

Menatap dingin, Nathan diam. Ia mengangguk. "Baik, saya tidak akan melaporkanmu. Tapi saya mempunyai tugas untukmu."

"A-apa itu Tuan?" tanya pria itu sambil mengangkat wajahnya, menatap sekilas Nathan lalu kemudian kembali menunduk

"Alendro Wiratama, saya ingin kau lebih siksa dia, tapi jangan area wajah, jangan sampai mati, dan lakukan itu setiap hari hingga mentalnya hancur. Pastikan juga perempuan itu tidak pergi dari rumah dan jangkauanmu!" ujarnya dengan wajah dingin, ada dendam yang kuat di netra matanya

Akan Nathan buat hancurnya hidup Naqila melebihi apa yang ia lakukan di masa lalu untuk perempuan itu.

Alendro, selaku ayah tiri Naqila tertegun. Ia menatap Nathan tak percaya. "Tuan ... serius?"

"Kau tidak mau?"

Alendro menggeleng cepat. "Baik, akan saya lakukan, Tuan."

Nathan mengangguk puas. "Tenang saja, perbuatanmu akan saya tutup rapat, pihak luar tidak akan ada yang mengetahuinya jika perempuan itu mengadu."

"Baik, saya tidak akan mengecewakan Tuan Nathan."

Alendro Wiratama, pria berumur empat puluh tahun itu merupakan orang yang temperamental, ringan tangan, dan mudah terpancing emosi. Dari data yang Nathan dapat lewat Naren, pria ini kerap memukuli, mencambuk, dan menyiksa Naqila setiap kali ia merasa emosi, dalam hal apapun itu.

Bodohnya, Naqila tetap bertahan di rumah itu dengan alasan ia masih membutuhkan uang. Karena semua kebutuhan dan gaya hedon Naqila semua uangnya berasal dari Alendro, ayah tirinya.

Sedikit beruntung pada Naqila, karena pria paruh baya itu bukan pria gila selangkangan.

Akan Nathan buat hancur mental perempuan itu hingga ia mengalami trauma, tapi tentu saja itu belum cukup. Akan ia buat lebih dan lebih lagi, hingga pada titik lebih baik mati dari pada hidup.

Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang