47. Sepenggal Tentang Dia

10K 1.2K 55
                                    

Happy reading Sob💙💙💙

Meja makan luas itu diisi oleh tiga orang. Dean dan kedua orang tuanya. Ketiganya makan dengan khidmat tanpa ada perbincangan yang berarti. Tradisi yang sudah turun-temurin dilakukan oleh keluarga Anderson.

Setelah kejadian memalukan yang disebabkan oleh Naqila, Dean seakan kehilangan ketertarikannya tentang apapun. Seolah hari-harinya seperti kertas putih bergaris. Datar dan kosong.
Ia bahkan enggan mendekati wanita manapun lagi karena bayang-bayang wajah hancur Naqila terus menghantuinya.

Bisakah ini disebut karma?

Tentu saja papa dan mamanya mengetahui kejadian itu. Kejadian menggemparkan yang langsung di take down oleh Brian, papa Dean untuk menjaga citra keluarganya yang sudah susah payah dijaga dari generasi ke generasi.

Brian mengusap bibirnya menggunakan tissue, ia sudah selesai makan dan kini memandang putra semata wayangnya itu. Sejenak bertatapan dengan Ellyka-mama Dean, sambil bertukar kode.

"Sampai kapan kau akan sendiri?" cetus Brian akhirnya

Dean yang masih belum menyelesaikan makannya menatap papanya itu dengan sebelah alis terangkat.

"Bukankah aku sedang bersama kalian?" celetuknya dengan wajah konyol

Brian menghembuskan napas lelah. Sementara Ellyka menepuk keras lengan putranya.

"Kamu tahu apa yang Papa maksud," gantungnya, "berhenti bermain-main dan carilah wanita yang tepat. Atau Papa yang akan mencarikannya untukmu," desak Brian tegas.

"Betul yang dikatakan papahmu, Dean," seloroh Ellyka menatap putra dan suaminya bergantian.

Lelaki itu meletakkan sendoknya ke atas piring. "Terserah Papa Mama saja. Asal dengan beberapa syarat."

Brian memasang telinganya dengan baik, menunggu Dean melanjutkan kalimatnya, tak jauh berbeda dengan Ellyka.

"Pertama, dia harus cantik," tuturnya, "Dean tidak mau sampai berselingkuh di kemudian hari."

Pasangan suami istri itu mengangguk paham. Syarat pertama bisa diterima, karena cukup masuk akal mengingat sifat Dean yang playboy.

Mari kita dengarkan syarat ke dua.

"Syarat ke dua, ke tiga, ke empat dan seterusnya, harus selalu cantik di manapun dan kapanpun."

Baiklah, mari kita akui bahwa ini sudah terlalu berlebihan. Bukankah Dean terlalu memandang fisik?

"Jangan terlalu berlebihan Dean, kriteriamu itu hanya dimiliki ratu Inggris," celetuk pria paruh baya itu.

Mengedikkan bahunya tak peduli, Dean kembali melahap makanannya

"Satu lagi, yang tidak kalah penting."

Brian dan Ellyka serempak menunggu kalimat putra mereka selanjutnya.

"Dia tidak boleh menyukaiku."

.
.
.

Merokok, itulah yang dilakukan Dean di balkon kamarnya. Sembari memandang sinar rembulan di atas sana.

Hari-hari tanpa adanya Naqila tampak begitu tenang. Memilih menyibukkan diri pada tumpukan kertas di meja kerjanya merupakan pilihan tepat yang dilakukan Dean.

Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang