18. Obsesi dan Cinta

40.1K 3.8K 301
                                    

HAPPY READING SENG🥰

Mobil Nathan berhenti tepat di depan rumah Bianca yang ada di belakang mansion.

Selama perjalanan, pandangan Bianca kosong, tetapi berbeda dengan detak jantungnya yang terus meronta.

Nathan menatap Bianca dengan senyum yang mengembang. "By, kamu tidak turun? Apa kamu ingin kubawa ke mansion?"

"Hah? Tidak." Bianca menjawab dengan cepat, segera ia melepas seatbeltnya.

Setelah berhasil membuka seatbelt, Bianca lantas keluar dari mobil. Dari jendela ia berucap, "Terima kasih atas tumpangannya Tuan Nathan." Setelah mengatakan itu, Bianca langsung berlari masuk ke dalam rumahnya.

"Tuan? Lagi?" Nathan mengusap wajahnya frustasi. Kata 'Tuan' seakan terus bergema di telinganya, itu membuatnya kesal

"Sial, dia membuatku gila," gerutunya.

***

Naqila Antarexa, gadis cantik dengan senyuman lembut itu mematut penampilannya di cermin, ia tersenyum, cantik sekali penampilannya.

Setetes likuit bening jatuh membasahi pipinya, dengan segera ia usap, mencoba tetap tersenyum di saat batinnya melara, fisiknya terluka, lagi dan lagi kekerasan dari ayah tirinya ia dapat.

Sekarang, pria paruh baya itu telah pergi entah ke mana saat habis memukulinya, bukan sekali dua kali, ada rasa ingin pergi, namun untuk hidup di luaran sana Naqila jelas membutuhkan biaya, belum lagi kuliahnya, tak munafik dirinya masih sangat membutuhkan 'uang' pria itu.

Di rasa selesai dengan penampilannya, Naqila menuruni anak tangga, rumah besar ini nampak sangat sepi, ia melangkah menuju pintu keluar, memasuki mobilnya lalu pergi menuju suatu tempat.

.
.
.
.

"Kak, sudah lama menunggu?" tanya Naqila seraya mendudukkan dirinya di kursi, ia menatap lekat Dean, senyum manis mengembang sempurna di bibirnya

"Tidak, baru saja," jawab Dean, ia menatap Naqila intens yang membuat gadis itu salah tingkah. "Kamu cantik, Na," lanjut lelaki itu. Tapi tidak lebih cantik dari Bia, tambahnya dalam hati.

"M-makasih, kamu juga tampan, Kak," ucap Naqila, jantungnya berdebar kencang, ini kali keberapa mereka berkencan, tapi sesuatu yang Naqila harapkan tak kunjung terpenuhi. Kapan Dean menembaknya? Ia sudah sangat siap menjadi kekasih laki-laki itu.

Tapi... Jika ia menerima Dean, bagaimana dengan Nathan? Pasti lelaki itu akan memaksanya untuk memilih dirinya nanti, ah Naqila jadi pusing bagaimana ia menolak Nathan nantinya.

"Tuan, Nona. Ini pesanan kalian." Seorang pelayan masuk di ruang VVIP yang dipesan oleh Dean, Naqila semakin tersipu, begitu perhatian Dean hingga ketika dirinya sampai makanan pun juga ikut langsung dihidangkan.

Siapa perempuan yang tidak tersipu jika di perlakukan seperti itu?

"Makanlah Na, makan yang banyak," kata Dean, ia tersenyum menatap Naqila.

"I-iya Kak," jawab gadis itu, ia begitu berharap Dean mengungkapkan perasaannya malam ini.

Namun hingga makan malam selesai hal yang ia harapkan tak kunjung terungkap, Dean hanya mengajaknya makan malam biasa seperti biasanya, hanya ada percakapan biasa tanpa membahas hal lainnya.

Naqila sedikit kecewa, ia menatap Dean sendu, lelaki itu bahkan kini lebih fokus pada handphone-nya, entah apa yang ia lihat.

Apa dirinya kurang cantik dan menarik?

Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang