Haiiii~
Ada info dibagian bawah yaw, hihi
.
.
."Wei Wuxian, tolong bawakan teh ke ruangan Tuan Muda Lan."
"Baik."
Wei Wuxian menutup kembali telepon yang digunakan sebagai alat komunikasi di mansion megah Lan dan mulai melaksanakan perintah yang baru saja diberikan kepala pelayan.
Sebagai salah satu dari pelayan junior di Mansion Lan, Wei Wuxian tentu harus cekatan dalam melaksanakan tugasnya. Bahkan meski sedang kerepotan oleh hal lain, ia tidak boleh berkata tidak atau kredibilitasnya akan diragukan dan kemungkinan dipecat sangat tinggi.
Itu tidak boleh terjadi! Kondisi ekonominya tidak memungkinkan dirinya untuk berprofesi sebagai pengangguran. Wei Wuxian harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri setelah kepergian kedua orangtuanya.
Dengan susah payah ia berjalan terseret-seret menuju dapur. Karena luas mansion yang sangat tidak masuk akal, akan membutuhkan waktu cukup lama unyuk sampai disana. Ia harus melewati koridor yang cukup panjang dengan jendela-jendela besar yang menghadap langsung taman luas disana. Menuruni tangga dengan pegangan berhias ukiran klasik. Menyebrangi aula tempat berkumpulnya para tamu saat perjamuan yang selalu rutin di adakan beberapa bulan sekali. Lalu sampai di ruang keluarga dengan sofa-sofa besar, gantungan Chandelier megah, televisi seukuran dinding tempat tinggalnya. Melewati koridor terbuka yang melintasi area taman. Disana ia bisa melihat kesibukan para tukang kebun yang sedang merawat tanaman maupun menanam bunga baru, juga beberapa tukang yang sedang sibuk membersihkan kolam ikan yang sangat luas. Wei Wuxian ingin menyapa mereka, tapi kemudian urung.
Tidak memungkinkan untuk saat ini. Ingin rasanya ia berteriak tapi apalah daya. Jika melakukan itu bukan tidak mungkin keselamatannya akan terancam.
Setelah perjalanan yang cukup panjang hanya demi menyeduh teh, sampailah ia di dapur mansion yang sibuk. Seorang koki sedang menyiapkan makan siang yang akan berlangsung dua jam lagi, dan staff dapur lainnya membantu berhilir mudik menyiapkan alat-alat dan bahan. Wei Wuxian sendiri langsung menuju area pantry. Menyiapkan tea pot yang terbuat dari porselain berwarna putih bersih dengan ukiran daun rami berwarna biru di sisi-sisinya. Menakar daun teh untuk kemudian diseduh dalam suhu yang pas. Setelah memastikan semuanya beres, Wei Wuxian membawanya di atas nampan.
Lagi-lagi ia tidak bisa mengeluh dengan bebas. Beban yang sejak tadi menempel di tubuhnya enggan lepas dan malah makin menjadi-jadi. Ingin rasanya ia menghardik, tapi lagi-lagi ini soal posisinya sebagai pelayang tingkat junior. Maka, yang bisa Wei Wuxian lakukan saat ini hanya bisa pasrah.
Tunggu nanti sampai dia bisa meluapkan semuanya dengan bebas.
.
.
.Tok tok
"Ya."
Setelah mendengar sahutan pendek di dalam sana seorang pelayan lainnya membantu Wei Wuxian membukakan pintu ke kantor putra sulung Pasangan Lan.
Tepat di tengah ruangan, Lan Xichen duduk di atas kursi kebesarannya. Pria itu tampak sibuk dengan dokumen yang menumpuk, tapi masih sempat menyambutnya dengan senyum kecil.
Selama Wei Wuxian menuangkan teh, mata Lan Xichen tidak lepas darinya. Sesekali kepalanya menggeleng sambil terkekeh kecil. Diam-diam Wei Wuxian menyembunyikan wajahnya yang memerah.
Lebih kepada jengkel alih-alih malu.
Bulu kuduknya merinding ketika sesuatu yang lembut menyentuh permukaan lehernya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chateau de Wangxian
Short Storypenggalan kisah pendek Wangxian di era modern. Alternative Universe. disclaimer: I own nothing, whole characters inside are belong to MXTX