BOREDOM

5K 588 133
                                    

.
.

apa kalian pernah merasakan kebosanan yang sangat luar biasa? Rasa bosan yang meresap sampai ketulang!

Ya, momen dimana rasa bosan yang kalian rasakan sudah terlampau-

Apa ya, hmm, ah tidak ada perbandingan yang bagus.

Yang pasti, tidak ada satupun hal yang membuat rasa bosan kalian lenyap.

Bosan hidup, mungkin.

Seperti yang Wei Wuxian rasakan saat ini.

Jika biasanya weekend adalah waktu yang sangat ditunggu-tunggu, tapi tidak untuk kali ini.

Wei Wuxian merasa tidak antusias sama sekali untuk melewati hari liburnya.

Monoton, adalah kata yang ia gunakan untuk menggambarkan hidupnya, setidaknya untuk beberapa minggu ini. Semua hal terasa tidak lagi semenyenagkan biasanya.

"Hah." Helaan napas yang entah untuk keberapa kalinya dikeluarkan pemuda yang saat ini tengah berbaring dengan sikap lilin.

Wei Wuxian melakukannya karena sudah terlalu frustasi dengan kebosanan yang sudah mencapai ubun-ubun.

"BOSAAAAAAN~~~" ia berteriak sekencang yang ia bisa, tak peduli jika ada tetangganya yang terganggu dengan teriakkannya.

Hah, malah harusnya mereka merasa diberkati karena bisa mendengar suara indah dan seksi miliknya.

Brak!

"A Xian! Berhenti berteriak! Kau bukan tarzan!" Tiba-tiba saja seorang wanita cantik dengan celemek yang juga cantik berwarna pink menerobos masuk ke kamar puteranya.

Kemudian ia menggelengkan kepalanya ketika melihat seberapa berantakannya kamar Wei Wuxian.

Toples kosong serta beberapa bungkus makanan yang berserakan diatas lantai, bersama beberapa buku tebal koleksi puteranya yang terbuka. Juga ponsel yang sepertinya telah dilempar begitu saja, laptop yang tengah memutar sebuah film penuh darah namun sama sekali tak diperhatikan sipemilik juga layar televisi yang entah menayangkan acara apa.

Bruk

Wei Wuxian menjatuhkan kakinya yang sejak tadi terangkat dan mengubah posisinya menjadi telungkup dengan wajah cemberut, "mama aku bosan." Adunya.

Ia tidak bisa lagi menemukan kesenangan, bahkan melalui ponsel yang selama ini sudah seperti kembar siam baginya.

Melihat betapa menyedihkan putera semata wayangnya, Changse Sanren hanya bisa berdecak prihatin. Ia mendekati Wei Wuxian dan menepuk kepalanya dengan lembut, sisi keibuannya tiba-tiba tergerak melihat keadaan Wei Wuxian.

Ia merogoh saku celemeknya dan memberikan selembar uang dengan nominal yang cukup untuk membuat mata pemuda Wei itu berbinar. Ia menatap sang mama dengan senyuman lebar, "mama~" ujarnya manja.

Apakah mamanya mulai peka? Jika dirinya saat ini sepertinya memang butuh piknik!

Untuk menyegarkan otaknya yang terasa kusut, suntuk, sumpek dan lain sebagainya.

Chateau de WangxianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang