boy meet boy 5

869 173 41
                                    

Enjoy~

.
.
.

Kelas baru berlangsung beberapa menit, keadaan yang cenderung tenang dan sesekali diselingi suara gesekkan kertas yang saling beradu memecah keheningan. Jam istirahat baru berakhir beberapa menit yang lalu, setelah melewati ulangan dijam pertama dan kedua, sekarang mereka disibukkan oleh text matematika yang sungguh membuat otak jungkir balik.

Suara derit kursi mengalihkan atensi beberapa siswa, “Wangji?” Wang Linjiao memanggil pelan, Wangji menoleh dan sedikit terkejut saat mendapati gadis itu sudah berada disampingnya. Pantas saja, ternyata suara derit kursi tadi adalah suara kursi Wang Linjiao yang ia geser.

“ada apa?” tanya Wangji tanpa minat, “tolong ajari aku materi logaritma, aku belum terlalu mengerti.” gadis itu tersenyum dengan binar penuh harapan dimatanya, Wangji sebenarnya merasa enggan, kepalanya memutar memperhatikan semua orang dalam kelas itu, sibuk.

“baiklah, tapi hanya sedikit.” akhirnya, meski dengan berat hati ia meraih buku yang Wang Linjiao sodorkan lalu mulai mengajarkanya pada gadis itu.

Ini yang paling ia benci, mengajarkan sesuatu pada orang lain bukanlah hal yang menyenangkan. Apa lagi pada orang yang memandangmu seolah kau dewa, memuakkan.

Selang beberapa menit tiba-tiba suasana yang kondusif berubah saat seseorang tiba-tiba saja membanting pintu hingga menabrak tembok, Wangji mendongak kemudian berdecak, “that trouble maker.”

Sementara gadis menor disampingnya langsung sigap ke mode waspada.

Oh, dia tidak akan pernah melupakan sensasu mengerikan dari hewan melata yang bocah sialan itu letakan di roknya waktu itu.

“A Xian, ada apa lagi?” Huacheng yang tengah fokus pada text matematikanya menatap lembut pada Wei Wuxian yang kini berdiri dengan raut kesal dihadapanya. “Gege, bisa kau singkirkan makhluk ini dariku?” ia menunjuk tak sopan pada seseorang yang baru saja memasuki ruangan itu.

Er Gege!! Aku sangat merindukanmu!”  tiba-tiba saja anak itu melompat pada Huacheng dan memeluknya erat, putra kedua keluarga Wei yang mulanya kaget langsung terkekeh kecil sambil membalas pelukan itu. “Xueyang, kapan kau kembali?” Huacheng bertanya setelah melepas pelukanya, mengabaikan tatapan heran juga beberapa bisikkan penasaran dari penghuni kelas.

Er Ge~, lama tidak bertemu kenapa kau malah semakin tampaaannn?!!” Xueyang tak menghiraukan pertanyaan Huacheng, anak itu malah terus bergelayut memeluknya.

Beberapa kernyitan aneh dilemparkan padanya, semacam, kenapa anak itu?— apa dia gila? Dan lain sebagainya yang tak anak itu pedulikan sama sekali.

“Sudah kubilang dia tidak waras, sebaiknya gege musnahkan makhluk astral ini secepatnya!” Wei Wuxian berujar kasar, menarik kerah belakang Xueyang lalu melemparnya kearah pintu. “ A Xian, kau tidak boleh begitu, biar bagaimanapun—“

“—biar bagaimanapun aku ini adalah kekasihmu, adik manis.” Xueyang memotong, menghadirkan kedutan kesal dikepala bungsu Wei.

“biar kuperjelas, idiot. Pertama, aku bukan kekasihmu, sejak kapan aku memiliki hubungan menjijikan seperti itu dengan makhluk tak jelas sepertimu?! Kedua, jangan memanggilku dengan sebutan menjijikan seperti itu. Kau membuatku ingin muntah!” Wei Wuxian menuding telunjuknya tepat dihidung Xueyang membuat pemuda itu sedikit memundurkan kepalanya, namun senyuman anehnya masih ia tunjukan.

“apanya yang manis dari bocah mengerikkan seperti it—Oopps!” Wang Linjiao segera menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

Sungguh, ia tak berniat mengucapkan kalimat itu, itu tadi—keluar secara tiba-tiba. Dan sekarang dalam hati ia sungguh merutukinya, aura iblis semakin pekat menguar dari bocah itu.

Chateau de WangxianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang