Happy reading
*
*
*
Seungcheol Pov.
Keparat!
Kenapa tidak sejak dia bermain-main dengan bucket saja. Seungcheol sudah memberikan peringatan untuk si keparat tidak tahu malu itu. Terlalu membiarkan seorang keparat bermain lebih jauh, rupanya membawa sesuatu kedalam lubuk lebih dalam lagi.
Seungcheol selalu merasa ingin terus mengumpat keparat itu dengan berbagai bahasa umpatan dari negara lain. Sekalian juga menyumpahi dengan sumpah serapah. Keparat tidak tahu malu, sialan intinya.
Tangannya benar-benar terasa gatal. Ia harus sesegera mungkin memberikan hadiah buah tangan untuk Minghao si keparat. Dibiarkan bermain-main sebentar, malah semakin bermain lebih jauh. Minghao dahulu yang mengajaknya untuk berperang.
Tidak ada namanya sopan santun, kalau Seungcheol sudah dirasuki oleh setan. Ia memiliki gelora amarah berada di segala titik terpuncak manapun. Langkah kalinya terpacu cepat memasuki kediaman dari pewaris Anderlecht. Didalam kediaman tersebut, Seungcheol terus berseru nama si keparat dengan gejolak amarahnya.
Penjagaan yang ada ditempat tersebut. Tidak berani menghadang, disaat melihat kemarahan dari seorang Miller. Pria itu terlihat seperti seseorang yang kesetanan dan tentu siap untuk menghabiskan siapa saja yang berani menghalangi jalannya.
Seorang pelayan paruh baya menghampiri Seungcheol, karena Seungcheol sudah membuat keriuhan dengan suara-suara teriakannya yang tegas nan menakutkan. Tapi sebelum si pelayan paruh baya bisa menghentikan tindakan Seungcheol lebih jauh lagi. Sang pelayan sudah terlebih dahulu disingkirkan oleh Seungcheol.
Ingat kembali dengan prinsipnya-tidak ada yang boleh menghalangi jalannya, apalagi kalau jalan yang sedang dipilihnya itu untuk menghabisi seseorang.
Seharusnya si pelayan paruh baya itu, meregang nyawa oleh takdir kehidupan dan perintah dari Tuhan. Namun hari ini, dia harus meregang nyawa oleh takdir yang mengerikan. Manusia selalu bisa mengambil nyawa orang, sebelum takdirnya sendiri yang berkata.
Minghao menuruni anak tangga dengan santai dan tenang. Matanya melirik pada lantai. Disana, rupanya sudah ada mayat saja.
Kerah kemeja putih miliknya, terasa tertarik oleh cengkraman seseorang dengan mata berapi-api. Pasti si bajingan ini, sudah mengetahuinya. Begitu menyenangkan, kalau permainan simplenya sudah berjalan dan berhasil mengundang seseorang untuk masuk kedalam.
Seungcheol mencengkeram dengan erat kerah kemaja dari Minghao. "Seharusnya dari dulu aku menghabisimu keparat. Kau selalu menghancurkan dan memisahkan sesuatu yang menjadi milikku" Ucap Seungcheol melalui sela-sela giginya yang terkatup sempurna didalam sana.
"Milikmu? Kau bilang milikmu" Ujar Minghao dengan diiringi oleh senyuman mengejek pada Seungcheol. "Sebelum ada kau, aku dululah yang memilikinya" Minghao tidak harus menjelaskan, maksudnya ini. Seseorang seperti Seungcheol tentu paham dan mengerti, kecuali kalau otaknya tidak sampai saja-berarti dia bodoh.
Seungcheol menajamkan pandangannya untuk Minghao. Keparat ini ada gila-gilanya juga, soal membahas memiliki.
"Shut up fuckeup, kau tidak pantas mengatakan dia milikmu. Kau adalah pria dengan segudang masalah didalam dirimu. Sebaiknya kau cari wanita lain, dan berhenti mengejar wanitaku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fear Lalisa | Lalisa × Seungcheol
SonstigesCHOI SEUNGCHEOL × LALISA MANOBAN Ketakutan besar seorang Lalisa Jenkins, kita harus dipertemukan kembali dengan Seungcheol Miller, pria yang disegani. - "Aku tidak akan menyiksamu. Kalau dirimu, tidak melarikan diri dariku Lisa!" * Hello guys, back...