32. masih lama

552 63 7
                                    

Happy Reading


*

*

*

Jarum pendek pada jam sudah terarah pada pukul satu dini hari. Tinggal beberapa jam lagi, bulan akan digantikan oleh sang mentari dilangit.

Seharusnya mereka beristirahat. Bukannya beristirahat, keduanya malah terjaga sambil melakukan pembicaraan. Pembicaraannya tidak begitu serius—lebih ke santai. Walau santai, bukan berarti itu tidak mencekam bagi Lisa.

Apalagi ketika mata elang milik Seungcheol begitu setia untuk memandangnya.

Itu sangat mengerikan!

"Katakan dengan jujur. Antara aku dan Minghao, siapakah? Yang lebih bisa membuatmu merasa nyaman"

Seungcheol tengah membuat pilihan untuknya? Sungguh, Lisa harus menjawab pilihan konyol ini—lagipula, Lisa tidak sekonyol itu akan memilih Minghao.

Senyaman apapun dengan Minghao, anggap saja itu kenyamanan yang diberikan oleh kasih sayang kakak untuk adiknya. Kalau Seungcheol itu sudah berbeda, dia memberikan kenyamanan layaknya seperti seorang pasangan.

"Kalau aku menjawab Minghao, aku tahu kau akan marah. Tidak perlu menjebakku dengan pilihan anehmu ini. Lagipula? Untuk apa diriku memilih pria lain, kalau aku bisa memiliki suamiku sendiri"

"Kau mengatakan itu, karena kita sudah menikah. Kalau semisalnya kita tidak menikah? Apa kau akan memilih Minghao"

"Minghao kakakku, aku tidak bisa memilihnya" Memberikan perkataan ini, mungkin sudah cukup untuk menyakinkan Seungcheol. Jikalau Lisa tidak akan memilih orang lain, selain dirinya.

"Kau pikir aku tidak tahu, kalau kakakmu menyimpan hati untukmu. Dan perlakukannya saja, terkadang lebih hangat dari perlakuanku untukmu"

"Aku sudah tahu itu, tapi aku hanya menganggapnya sebagai kakak saja, tidak ada lebih. Kau dan dia berbeda, dia kakakku dan kau—suamiku" Memperjelas segalanya, kalau hubungannya dengan Minghao hanya sebatas kakak beradik. Harusnya Seungcheol tidak perlu memperpanjangnya, kecuali kalau dia cemburu.

Tangan Lisa tertarik, kini Seungcheol menggabungkan tangannya dan Lisa, agar bersatu didalam genggaman.

"Kau bisa berjanji?"

"Berjanji, untuk?"

"Menjauhi Minghao, aku ingin kita hidup tanpa hambatan orang-orang. Aku hanya ingin kita hidup berdua dan anak-anak kita saja. Kita tidak perlu orang lain dalam hidup kita" Genggam tangan semakin di pererat oleh Seungcheol, seolah-olah tidak mengizinkan Lisa untuk melepaskannya.

"Apa itu tidak berlebihan?" Lisa merasa, kalau perucapan Seungcheol seperti orang yang tengah menjauhkan Lisa dari orang-orang. Mau itu orang asing ataupun orang terdekat Lisa.

"Itu tidak berlebihan sayang. Aku melakukan ini, agar pikiranmu tidak terpusat untuk orang-orang. Aku hanya ingin, kau memusatkan segala yang ada pikiranmu hanya untukku dan anak-anak kita saja"

Perasaan Lisa mulai tidak enak. Ini terlihat seperti hal yang berbeda dari sebelumnya. Seungcheol terlihat seperti orang yang takut kehilangan.

Namun caranya itu salah, dalam memikirkan ketakutannya.

"Satu lagi, jadilah istri yang penurut. Ketika aku marah, tolong jangan dilawan. Kau cukup memohon maaf saja untuk menghentikan kemarahanku" Seungcheol melanjutkan lagi perkataannya.

Fear Lalisa | Lalisa × Seungcheol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang