Bab 1 : Namanya Alderan

1.5K 99 0
                                    

Alderan Cillision anak tengah dari pasangan Edward Cillision dan Anita Cillision mereka menikah 25 tahun yang lalu akibat perjodohan dan melahirkan si sulung Andres Cillision yang kini tengah menyelesaikan studi akhirnya di sebuah universitas bergengsi di luar negri. Menjadi kebanggaan keluarga akan prestasi dan masa depan untuk mengelola perusahaan Edward.

Jika Alderan anak tengah maka ada si bungsu kesayangan keluarga Mikaya Cillision, putri satu satunya yang menyandang gelar Princess Cillision bagaimana tidak di umurnya yang baru menginjak kelas 7 smp ia sudah memiliki beberapa Village atas namanya.

Lalu bagaimana dengan sang anak tengah? Ia kerap menjadi bayang bayang yang ntah ada atau tidak. Sudah menjadi rahasia umum dalam lingkup keluarga Cillision anak tengah yang di sembunyikan keberadaannya entah apa dan karena apa sang anak yang tidak mendapat sorot kamera wartawan dan segala jenis privilege.

"Apa yang kamu lakukan pagi pagi begini?" Andres bertanya saat memasuki dapur dan melihat adiknya itu tengah memasukkan beberapa makanan dalam kontak bekal. "Ah, hari ini aku berangkat pagi jadi gak bisa ikut sarapan. " Alderan sudah siap dengan tas punggung yang lumayan besar dan beberapa tote bag yang ia genggam di sisi kanan dan kiri tangannya.

Andres menggaguk mengerti bukan pertama kalinya ia melihat sang adik berangkat lebih awal dari yang lain dengan bawaan yang cukup banyak ia tahu isinya, beberapa printilan anak sekolah yang ia ambil dari seseorang dan menjualnya kembali dengan beberapa sen keuntungan.

Kalian tidak salah dengar dengan beberapa koin yang ia kumpulkan itu cukup untuk memenuhi beberapa kebutuhan di luar sekolah. Alderan ia memang mendapatkan uang jajan dan tidak perlu khawatir tentang biaya sekolah dan hal lainnya namun uang jajannya tidak seberapa. Hanya cukup untuk sebungkus roti dan susu itu artinya jika ada kegiatan di luar sekolah seperti renang, karya wisata, studi tour, bahkan uang untuk angkot ia harus mengumpulkannya sendiri.

Di pagi yang belum sepenuhnya menampilkan sang mentari Alderan sudah menjajakan beberapa barang yang ia simpan di koperasi dan beberapa warung di sepanjang jalan, ia sengaja tidak memakai angkutan umum.

Memejamkan matanya sebentar, hah ini kalau minggu ini gak kejual semua bisa bisa gak ikut studi tour lagi. Harus jual apa lagi coba?

Memasuki kelas yang mulai ramai dan bersiap menyambut pelajaran pertama, "Al, lu kapan sampenya?" Iksan teman sebangku Alderan duduk dan meletakkan beberapa buku di meja.

"Baru aja. "

"Lu setor printilan lagi? Nanti pulangnya jalan kaki lagi dong. "

"Iya, bentar lagi kan studi tour gue pengen ikut. "

Ini merupakan studi tour terakhir sebelum perpisahan, Alderan yang kini berada di kelas 9 tentu tidak memiliki kesempatan lagi untuk mengukir kenang kenangan bersama para teman temannya. Tadinya jika ia berhasil mempertahankan peringkat pararelnya sang Ayah akan membayar biaya studi tour namun sayang Alderan turun peringkat ke dua.

"Padahal pas semester kemaren lu seneng banget bisa santai di akhir kelas 9 tapi malah tipes segala. " Iksan sangat tau perihal Alderan yang berbeda dari saudaranya yang lain selalu berusaha mengumpulkan beberapa lembar uang untuk kebutuhan sekolah di luar spp.

"Dah nasib gue aja, lagian kan gue tetap gak bisa santai.  " Alderan yang masih sibuk membaca beberapa materi yang akan di pelajari hari ini. "Iya bener juga, lu kan harus masuk SMAN 1 Neo. Karena itu gue memutuskan untuk masuk SMAN 1 Neo biar lu gak kesepian. " Merangkul pundak sang sahabat yang ikut tersenyum merasa berterimakasi.

AlderanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang