Kediaman Cillision jauh lebih tenang dari beberapa hari yang lalu atau lebih tepatnya kediaman megah itu selalu tampak kosong dan sunyi, setelah kepergian Anita membawa banyaknya koper dan rasa malu bersamaan dengan media yang menyorot pagar besi nan kokoh itu kembali tertutup rapat tak membiarkan sejengkal saja lalat hinggap dan merangkak.
Terlihat damai nan indah di luar namun menyimpan rahasia dan ketakutan di dalamnya, Mikaya adalah bukti nyata dari korban perselingkuhan orang tua. Anak perempuan itu hanya akan berada di kamarnya sepanjang hari, tidak pergi sekolah,bermain dan hal yang biasanya gadis itu lakukan.
Ia terlalu malu menghadapi teman temannya meski kata kata dukungan dan penuh motivasi terus terdengar mereka hanya akan pura pura peduli dan ikut berkomentar di belakang sana.
Tok,.. tok,...
Pintu terketuk pelan berirama, namun tak ada sautan Mikaya masih pada tempatnya menenggelamkan diri di balik selimut tebal miliknya. "Mikaya buka pintunya. "
Panggilan itu mengalun di tengah gelapnya kamar sang adik, Andres berada di balik pintu. "Kamu tahukan sudah berapa lama berdiam diri di kamar tanpa melakukan apapun? Bagaimana dengan sekolah?" Suara itu kembali terdengar kala tidak ada respon di dalam sana.
"Bagaimana aku menghadapi dunia ini??"
Lirih sangat lirih suara Mikaya terdengar hampir tidak dapat di jangkau telinga. Andres menghela nafas lelah, adiknya itu sudah biasa di limpahkan segala jenis kasih sayang anak bungsu dan saat ini bersikap seperti dunia tengah hancur.
"Tampilkan wajah polos dan sedih milikmu maka semua orang akan berpihak pada kita. "
"Kakak bisa berucap santai gitu tanpa tau apa apa__ aku,.. aku,.. harus menghadapi teman teman yang memiliki keluarga lengkap! Sementara gadis kecil ini yang selalu memamerkan keluarga cemaranya berubah dalam semalam! SIALAN SIAPA YANG MENYEBARKAN VIDEO ITU?? Ji_jika saja video itu tak tersebar luas aku_aku akan baik baik saja. " Racau Mikaya dengan pandangan kosong, batin dan mentalnya sedang tidak baik baik saja tapi mereka hanya terus menyuruhnya keluar dari kamar.
"Jadi kamu lebih memilih berada di kubangan air menjijikan yang di namakan kasih sayang ibu yang berkhianat?"
"IYA! JIKA PERLU AKU AKAN MENCABIK CABIK MEREKA YANG MERUSAK KEBAHAGIANKU!!"
"Bagaimana jika kamu tahu Alderan yang bertanggung jawab?" Guman Andres, sampai saat ini Mikaya masih belum tau siapa pelaku yang sudah repot repot mengurusi keluarga sempurna miliknya.
Tapi memang yang di katakan Mikaya benar orang yang sudah mencoreng nama baik Cillision di mata publik harus di cabik cabik.
"Jika memang kamu tidak ingin kehilangan rasa sayang itu kenapa tidak berlari ke pelukan wanita itu? Ku dengar setelah proses perceraian dia akan menikah dengan si Johnson. " Saran Andres ia ingin melihat bagaimana adiknya akan bertindak jika ia tidak bodoh seperti seseorang maka adik bungsu kesayangan Cillision ini akan tetap pada tempatnya.
.
Rasanya jantung dan aliran nafas mereka tidak dapat bekerja dengan baik atmosfer ruangan ini terlalu berat, dengan posisi sempurna duduk di antara deretan kursi memanjang raut wajah takut dan cemas mereka tampilkan.
Di sebrang sana tepat di kursi pemimpin Andres duduk dengan tenang membaca setiap laporan para siswa siswi Internasional High School in Jakarta secara rinci tanpa melewatkan detail kecil apapun.
Ini adalah kunjungan pertamanya setelah memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di LA karena itu wajah wajah asing yang menghiasi jajaran anggota Red card cukup tegang, ini pertama kali mereka melihat langsung pewaris Cillision dalam jarak sedekat ini bahkan Juna pun merasakan hal yang sama.
"Jadi adik pertamaku tidak pernah datang ke aktivitas apapun yang menyangkut Red card. " Setelah membolak balik buku tahunan para siswa siswi Andres buka suara pandangannya menatap Juna dan satu orang lain yang jika tidak salah menjabat sebagai ketua Red card.
"Benar. "
"Sebelumnya aku meminta kalian untuk tidak memaksanya tapi itu sudah berlalu, dalam rapat minggu ini pastikan Alderan ikut. " Yah, ketika Alderan meminta untuk membantunya keluar dari kubangan merah berdarah Red card Andres langsung meminta para anggota penting Red card tidak mengganggu adik pertamanya, tidak ada alasan khusus hanya saja itu adalah permintaan pertama Alderan.
Terlihat para anggota Red card mengaguk mengerti meski tak paham kenapa tidak dari awal saja tapi pertanyaan itu tertelan mentah mentah tak mungkin berani mereka ucapkan.
"Hmm,.. beasiswa?" Fakta Alderan yang memutuskan mengambil beasiswa nya cukup menarik perhatian, Alderan kamu benar benar mirip Ayah. "Ohoh,.. " Andres tersenyum kecil melihat nama Yunus dengan jajaran absen merah mengisi dua baris yang artinya sudah dua minggu lamanya anak itu tidak berangkat sekolah,
'Anak zaman sekarang tidak ada yang peduli absen kah?' Ia jadi teringat Mikaya yang masih kekeh diam di kamar.
"Yunus, jika anak itu tidak hadir juga beritahu wali kelasnya untuk menghapus namanya mataku bisa sakit melihat jajaran warna merah ini. " Tunjuk Andres di balik kacamata hitam legam yang bertandar di hidungnya.
"Dan Yesa adikmu menarik ya?"
Deg,..
Jantung Yesa seakan berhenti, ia segera mendongkak melihat bagaimana berkuasanya Andres, "Maaf?" Tolong katakan jika Andres hanya salah sebut nama adiknya tidak akan berakhir baik jika menyangkut Cillision.
"Katakan padanya untuk memastikan Alderan makan dan tidur tepat waktu tak akan ku biarkan jika Alderan sampai sakit karena tinggal di kosan sempit adikmu itu. " Peringatan tegas Andres layangkan tak seperti dugaan Yesa, kedua kakak itu sama sama mengkhawatirkan adiknya ternyata.
Gerimis menyertai langkah lunglai Alderan yang sejak pagi datang sang surya enggan memamerkan sinarnya lebih lama, entah karena cuaca yang seharian mendung atau karena hal lain tapi sedari tadi perasaan Alderan tak beraturan seakan sudah ada hal buruk yang menanti di ujung lorong yang gelap tanpa suara.
Nafasnya tercekat, sejak pagi memang tidak ada yang mengganggu dirinya anak anak Red card itu sepertinya sibuk karena hal ini dan ini patut si syukuri setelah melewati panjangnya lorong menuju halaman utama Alderan akan langsung pulang meski tetesan air tidak melambat sedikitpun, biarlah toh besok ia akan memakai seragam batik.
"Senang merasakan angin memabukan itu?" Di ujung sana ketakutan yang menjadi rasa tak tenang Alderan berdiri bak seorang Alpha di antara sekumpulan serigala yang siap memangsa lawannya.
Menelan ludah gugup Alderan tau sekarang kenapa beberapa anak Red card tidak terlihat seharian ini ternyata pawang mereka ada di sekolah, tapi untuk apa?
"Siapa yang lagi main?" Tanya pelan Alderan melirik kanan dan kiri memastikan tidak ada siswa yang melihat dirinya tapi nampaknya para murid masih berada di kelas menghindari cuaca yang bisa saja berubah menjadi lebih buruk.
"Kamu. " Tunjuk Andres, "Pulang sekarang jangan sampai ada yang ketiga kali. " Suruh Andres, setelah beberapa hari yang lalu Dion datang berniat menjemput Alderan namun di tolak mentah mentah Andres merasa penasaran dengan adik pertamanya yang menjadi pembangkang.
Alderan menggigit bibirnya pelan jujur saja ia sedikit takut dengan reaksi yang di berikan keluarganya sendiri harusnya mereka tidak datang dan melupakan dirinya sang anak tengah yang tak pernah ada hadirnya tapi kini malah kakaknya sendiri yang datang jika sampai besok Edward sampai datang ia bisa pingsan di tempat, tapi tentu saja tak mungkin ia goyah karena hal kecil seperti ini, mungkin.
"Aku tidak akan kembali. "
"Gila, "
"Bego, "
"Anjir, "
"Tuker tempat bisa?, "
Gumam beberapa orang di belakang tubuh Andres mereka terkejut tentu saja siapa yang tak ingin lahir dan menikmati segala privilege seorang pewaris Cillision, hanya orang gila yang tak ingin merasakannya.
"Terserah padamu tapi jangan menyesal nantinya. " Seringai tipis Andres, biarkan Alderan tahu bagaimana akibatnya jika mencoba bermain main dengan orang yang salah.
Nulis ini sambil dengerin Apt gak kelar kelar😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Alderan
Short StoryAlderan Cillision, anak tengah dari keluarga Cillision yang terpandang, hidup dalam senyap di antara bayang bayang yang kian besar. Meski segala pendidikan terpenuhi ia harus terus mencari beberapa koin tambahan. Dibalik kediamannya, tersimpan perju...