Tumbuh dan besar dalam keluarga yang lebih dari sekedar kata kaya, rumah mewah, pakaian mahal, makanan enak namun hanya sebatas itu. Jika kita kembali ke belakang Alderan bahkan harus berjualan printilan untuk uang saku yang kerap di potong Edward untuk berbagai alasan jangan lupakan Alderan yang tidak pernah bisa ikut study tour lantaran masalah uang dan kini seolah keadaan berbalik yang hanya menjadi angan angan Alderan bisa anak itu dapat kan dengan kedipan mata.
"Mulai besok kamu di antar jemput sama pak Manto. " Malam ini mereka kembali berkumpul untuk makan malam tapi lagi lagi Mikaya melewatkannya, apa mungkin masa hukumnya masih lama? Selain itu ada apa dengan diantar jemput seorang supir? selama sekolah Alderan sudah terbiasa sendiri tanpa ada yang menyempatkan menjemputnya.
"Kenapa?"
"Kamu kerap kali pulang malam jadi pak Manto akan memastikan kamu pulang dengan selamat. " Itu bukanlah ungkapan khawatir seorang ayah pada anaknya melainkan bentuk pengawasan Edward untuk memastikan Alderan berada pada tempatnya.
'Sejak kapan ayah yang gak peduli gue pulang jam, berapa naik apa, berusaha sekeras ini?' Batin Alderan ingin tertawa kencang saja.
Alderan sangat ingat sejak ia mulai memasuki sekolah dasar tiada hari ia lewati dengan mengayuh sepeda usang bekas kakaknya atau memilih berjalan kaki saat roda itu tidak bisa berputar. Oh, ayolah saat smp ia sering pulang larut karena les dan berjualan saja tidak ada yang peduli lalu apa? Memastikan pulang selamat? Lucu sekali.
Bukan kah ini mencurigakan? Jika Mikaya hanya bicara melantur untuk apa anak itu di kurung selama beberapa hari ini dan untuk apa mereka begitu waspada dengan tingkah Alderan.
Sejak kecil, Alderan selalu merasakan jarak yang membentang jauh tanpa ujung terlihat, Edward dengan sikap dingin dan kesibukannya tidak pernah ada dalam perkembangan hidupnya. Apakah seorang ayah kerap kali mengajarkan anaknya naik sepeda atau bermain bola bersama? Itu hanya angan angan anak yang bernama Alderan.
Setiap kali, setiap hari Alderan berusaha mendekat dengan harapan ia bisa mendapatkan perhatian kecil iya tidak apa jika ayahnya sibuk tapi bisakah ia berharap ayah dinginnya menanyakan sekali saja tentang kabarnya? Apakah ia sudah makan? Apakah harinya baik? Apakah ada yang mengganggu di sekolah atau ada makanan yang tidak bisa ia makan.
Anak itu bahkan hampir mati karena keracunan udang yang tidak di ketahui siapa pun, tidak ada satupun orang rumah yang tau Alderan memiliki alergi tapi terus menghidangkan makanan itu di hari hari berikutnya.
Berbeda saat Andres alergi kacang, bulatan kecil itu tidak pernah lagi menampakkan diri di tengah meja makan Cillision, perbedaan yang terlalu ketara kan.
Hal hal kecil yang bisa membuat hatinya menghangat, perlakuan yang selalu ia lihat untuk adik kecilnya Mikaya, apakah ia menjadi egois jika ingin merasakan hangat yang sama karena di tengah api unggun hanya dirinya yang menggigil kedinginan.
"Bagaimana jika aku tidak ingin?"
Hening mengisi, baik Edward atau Andres menghentikan acara makan mereka, "Ayah akan pergi keluar kota dan Andres pun semakin sibuk jadi jangan melakukan sesuatu yang merepotkan. " Peringat Edward seakan mengerti dengan jalan pikiran anaknya.
Alderan mengamati dari jauh, melihat Edward bersiap memasuki mobil yang akan membawanya jauh dengan beberapa koper seakan pertanda jika ia tidak akan pulang dalam waktu dekat.
"Ayah, " Panggil Alderan pelan, ia sedikit mendekati posisi Edward menciptakan raut bingung terpatri jelas. "Sampai kapan ayah akan mengurung Mikaya?" Edward menghembuskan nafas entah perasaan lega atau lelah yang ia tunjukkan, sangat sulit untuk membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alderan
Historia CortaAlderan Cillision, anak tengah dari keluarga Cillision yang terpandang, hidup dalam senyap di antara bayang bayang yang kian besar. Meski segala pendidikan terpenuhi ia harus terus mencari beberapa koin tambahan. Dibalik kediamannya, tersimpan perju...