Bab 14 : Red Card

175 26 0
                                    

Di gerbang sekolah, para siswa baru berbondong bondong menginjakan kaki melangkah mereka tak ingin melewatkan mendapat meja paling ideal, kalau bukan di depan pasti paling belakang. Namun tak semua siswa baru menyambut dengan penuh suka cita ada juga yang gugup dan cemas takut tak mendapat banyak teman dan Alderan ada di dalamnya, bukan karena takut tidak mendapat teman tapi lebih takut pada hal lain.

Sejak malam di mana camping di laksanakan nama Alderan sudah menarik perhatian lantaran di berikan Red Card yang tak sembarangan, tapi apa Alderan tau apa itu Red Card? No. Tapi untungnya saja Yunus menjelaskan dengan baik ia juga ikut bersemangat.

"Red Card tuh gak sembarangan di kasih ke anak yang berhasil jawab pertanyaan kakak senior. Lu beruntung Al. Gue bangga sama lu. " Yunus menepuk nepuk pelan bahu Alderan.

"Oke, tapi lu bisa jelasin lebih rinci gak?"

"Baiklah karena sahabat gue ini udah gak sabar gue jelasin, pertama di sekolah elit ini yang namanya osis bukan cuma sekedar babu sekolah asal lu tau di sini berbeda. "

Maksud Yunus berbeda memang sangat berbeda jika sekolah lain memiliki anggota osis seperti pada umumnya di sini semuanya memiliki kelas masing masing.

Terdapat osis yang publik ke tahui dan yang di undang lewat jalur Red card tidak bisa menolak atau mengajukan permohonan untuk bergabung.

Semua anggota di pilih secara selektif dan penuh perhitungan, lalu kenapa Alderan bisa mendapat Red card dengan mudah? Ini menjadi misteri dan tak ada yang berani bertanya.

Dan yang lebih pentingnya di dalam Red card ada rahasia apa?

Beberapa siswa berjalan secara berkelompok terlebih siswi perempuan mereka susah memiliki cicle pertemanan masing masing,  sementara siswa laki laki masih sibuk kesana kemari ada juga yang tak peduli sekitar dan berusaha untuk tidur pahala suara bel sudah terdengar beberapa detik yang lalu.

Alderan duduk di kursinya sendiri ia tak memiliki teman yang akrab di kelas barunya ini baik Iksan dan Yunus berada di kelas berbeda dengan Iksan yang mengambil jurusan IPS semakin membuat mereka terpaut jarak.

Kelas 10-1 dengan wali kelas Indra mulai memperkenalkan diri tak lupa memberi wejangan dan peringatan untuk mematuhi peraturan yang sudah ada. "Karena ini masih hari pertama tidak akan ada pelajaran apapun lalu_

YEEYY
YEEYY

Para murid lebih dulu berteriak heboh memotong ucapan Indra, mereka kegirangan.

"Sudah sudah, kalian bisa berkeliling melihat ruang eskul atau lapangan dan untuk Alderan setelah ini tolong ke ruang guru sebentar. " Pak Indra segera meninggalkan kelas yang kembali berisik para murid mulai bertanya kenapa hanya Alderan yang di panggil.

'Hah,.. apalagi ini? Padahal masih hari pertama. ' Batin Alderan

Tok,.. tok,..

Pintu di ketuk setelah beberapa saat Alderan masuk ke dalam ruang guru yang tengah ramai saling menanyakan kabar, membahas anak murid mereka yang baru asa beberapa murid juga di sana.

"Alderan sini. " Wali kelas Alderan memberi isyarat untuk mendekat setelah itu mereka keluar dari ruang guru yang berisik menuju ruang kepala sekolah yang lebih tenang di sertai para guru yang diam sesaat setelah mereka mendengar nama siapa yang di sebut.

"Andres Cillision 4 tahun yang lalu ia bersekolah disini, di kelas yang sama denganmu dan menerima Red card di hari pertama pula. Benar benar terdengar mirip. " Pria tua di depan Alderan ini terus bicara tak memperkenankan Alderan untuk buka mulut.

AlderanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang